PRIORITASKAN TEKAN ANGKA PENGANGGURAN

Kamis 19-12-2019,11:33 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

OUTLOOK 2020

BENGKULU, bengkuluekspress.com - Untuk menekan angka pengangguran, Pemerintah Provinsi Bengkulu siap menggalakkan program pelatihan kerja dan pencarian minat. Sehingga pada tahun 2020 nanti angka pengangguran di daerah bisa semakin menurun. Kepala Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Bengkulu, Ir Sudoto mengatakan, hingga Agustus 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu mencapai 3,39 persen atau mengalami penurunan dibandingkan TPT Agustus 2018 sebesar 3,51 persen. Penurunan tersebut dapat terjadi berkat program pelatihan kerja dan pencarian minat yang selalu dilakukan oleh Pemerintah. Bahkan, pemerintah juga rutin mengadakan Job Fair dan program magang ke Jepang serta Jerman. Sehingga angka penganguran di daerah semakin menurun.

\"Walaupun angka pengangguran menurun, tetapi jumlah angkatan kerja setiap tahunnya meningkat, seiring dengan banyaknya lulusan baik di Perguruan Tinggi, SMA, dan SMK,\" kata Sudoto, kemarin (18/12).

Bahkan hingga Oktober 2019, jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan di Provinsi Bengkulu mencapai 23.620 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2018 yang tercatat sebanyak 22.705 orang. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, hingga Agustus 2019, jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu mencapai 1.015.534 orang terdiri dari 981.095 orang telah bekerja dan sebanyak 34.439 orang menganggur. \"Melihat data tersebut, mengindikasikan masih banyak angkatan kerja yang belum bekerja di Provinsi Bengkulu. Sehingga Pemerintah berusaha mengatasi permasalahan tersebut,\" tutur Sudoto.

Beberapa strategi yang dilakukan oleh Pemerintah diantaranya program magang ke Jepang. Program ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi untuk mengurangi angka pengangguran di daerah yaitu dengan menjalin kerjasama ke sejumlah perusahaan dan industri terkenal di Jepang. Bahkan pada 2019 ini, Pemerintah sudah memberangkatkan kurang lebih ratusan orang. Selain itu, Pemerintah juga membuka program Ausbuiding ke Jerman. Dimana pada 2019 ini sudah ada 30 orang yang diberangkatkan. \"Tidak hanya itu, beberapa program lainnya seperti Job Fair dan Job Matching bekerjasama dengan ribuan perusahaan juga rutin kami adakan di daerah, ini juga diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja di Bengkulu khusunya lulusan SMK, SMA, Diploma, dan Sarjana,\" tuturnya.

Ia mengaku, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Bengkulu hingga Agustus 2019 didominasi olah lulusan SMK sebesar 6,22 persen, diikuti SMA sebesar 5,04 persen, Diploma 4,98 persen, dan Sarjana 3,25 persen. Masih tingginya angka pengangguran lulusan SMK mengindikasikan masih kurangnya lapangan pekerjaan di daerah. Oleh sebab itu, 2020 mendatang Pemerintah akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dengan banyak melakukan pengiriman calon tenaga kerja ke berbagai Balai Pelatihan Kerja (BLK) di Bengkulu.

Itu semua dilakukan agar pengangguran bisa turun dan tidak hanya dengan mengandalkan kerja di perusahaan, tetapi juga memaksimalkan peran BLK agar melatih calon tenaga kerja dengan keahlian yang dibutuhkan ditengah masyarakat saat ini. \"Setelah pelatihan selesai, mereka akan mendapatkan sertifikat dan skill untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri ataupun agar bisa memenuhi pasar kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang ada di Bengkulu,\" tutupnya.

Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan, tingginya kontribusi lulusan SMK terhadap jumlah pengangguran di Bengkulu salah satunya disebabkan oleh lebih rendahnya keahlian khusus atau soft skill lulusan SMK dibandingkan lulusan SMA. Namun, kasus ini tidak ditemui di SMK yang kualitas pendidikannya sudah teruji. \"Kalau menurut kajian Bank Dunia, kemampuan soft skill anak-anak SMK itu rata-rata nasionalnya di bawah lulusan SMA, tapi ada juga SMK yang bagus employeabilitynya tinggi,\" kata Kamaludin.

Kemampuan soft skill dapat dilihat dari cara individu untuk memahami kondisi psikologisnya sendiri, mengatur ucapan, pikiran, dan sikap sesuai dengan lingkungan sekitar. \"Jadi misalnya kemampuan bahasa manual, jadi kalau menurut kajian dari hasil ujian nasional, rata-rata nilai matematika, sains, sama kemampuan membaca, itu anak SMA lebih tinggi dibandingkan SMK. Ini yang membentuk soft skill,\" ujarnya.

Ia menambahkan, ada beberapa SMK yang memiliki kualitas pendidikan yang sudah baik. Namun, ada beberapa SMK yang juga perlu ditingkatkan kualitas pendidikannya. Apalagi pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, yaitu penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk non produktif. Di masa ini juga diprediksi penduduk usia produktif mencapai 64% dari total penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 297 juta jiwa.

Oleh sebab itu, banyaknya penduduk dengan usia produktif harus diikuti oleh peningkatan kualitas, baik dari sisi pendidikan, keterampilan, dan semakin ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja. \"Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah harus fokus pada peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan vokasi sebagai prioritas daerah di 2020. Hal ini dilakukan dengan penguatan pendidikan vokasi dan peningkatan kompetensi guru,\" tutur Kamaludin.

Selain itu, Pemerintah juga harus menambah jumlah sekolah kejuruan di Indonesia. Selain itu, peningkatan fasilitas pendukung seperti ruangan pelatihan hingga bengkel juga perlu disediakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dan siswi SMK. Selain itu, kompetensi guru yang mengampu mata pelajaran juga harus ditingkatkan. Sehingga peserta didik bisa mendaparkan pemahaman teori dan praktik yang lengkap yang nantinya bisa diterapkan di dunia kerja. \"Pemerintah harus mendorong vokasi menjadi pilihan jadi bukan terpaksa. Jadi perbaiki dulu kualitas sekolahnya dan gurunya,\" tutupnya.(999)

Tags :
Kategori :

Terkait