Kemarau Panjang Picu Kenaikan Inflasi

Senin 26-08-2019,10:30 WIB
Reporter : redaksi2
Editor : redaksi2

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu memperkirakan efek kemarau panjang akan menyumbang kenaikan inflasi pada Agustus 2019. Hal ini disebabkan produksi hasil pertanian yang menurun sehingga menyebabkan harga beberapa komoditas pangan menjadi tinggi.

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Bengkulu, Rif\'at Pasha mengatakan, inflasi dengan mengabaikan kemarau diroyeksikan pada 3,17 persen namun kalau memperhitungkan dampak kemarau, perkiraan inflasi menjadi 3,67 atau 3,70 pada triwulan IV 2019.

\"Musim kemarau yang lebih panjang, selain berdampak terhadap produksi hasil pertanian juga pada harga, inflasi jadi meningkat,\" kata Rifat, kemarin (25/8).

Bengkulu diprediksi akan mengalami kemarau yang cukup panjang sekitar delapan bulan sejak April sampai November 2019. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya kinerja sejumlah sektor produksi pertanian seperti cabai merah, beras, cabai rawit, tomat sayur, dan bawang merah. \"Contohnya cabai merah, seharusnya pada triwulan ketiga 2019 ini produksi lebih banyak, tetapi karena kemarau malah sebaliknya, dan harganya jadi melonjak,\" ujar Rifat.

 

Meski begitu, Ia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi guna memastikan harga pangan terkendali di tengah efek kemarau panjang. \"Kalau mengenai beras, kami sudah ketahui bahwa stok Bulog lebih dari cukup. Dampak kemarau panjang yang terasa adalah cabai, tapi ini dampak temporer,\" tuturnya.

Berdasarkan hasil pemantauan Bank Indonesia di Bengkulu, cabai akan mulai memasuki musim panen dalam dua bulan ini. Adapun panen terutama akan terjadi di wilayah Sumatera, terutama Sumatera Utara. \"Tentu memang harga cabai akan berpengaruh terhadap inflasi. Tapi pengaruh itu sudah kami sudah perhitungkan,\" ucapnya. Kendati demikian, Ia menyakini optimistis inflasi hingga akhir 2019 berada di bawah titik tengah kisaran sasaran 3,5 persen. Proyeksi tersebut telah memperhitungkan potensi kemarau panjang yang melanda di sebagian besar wilayah Indonesia.

\"Dulu kita bilang inflasi ini akan menuju ke batas bawah sekitar 3,1 persen. Sekarang mungkin sekitar 3,17 persen karena ada dampak kemarau panjang, tapi masih di bawah 3,5 persen,\" jelasnya.

Pemerintah juga sudah mengantisipasi dampak kemarau panjang yang bisa berimbas pada kenaikan harga bahan-bahan pokok. Koordinasi menjadi langkah utama pemerintah dalam mengendalikan harga-harga pangan. \"Pemerintah juga akan antisipatif terhadap dampak kemarau panjang ini. Tentu saja langkah-langkah koordinasi itu untuk memastikan pasokan bahan pangan dan terkendalinya harga-harga pangan,\" tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, H Lierwan SE mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bulog untuk mencegah terjadinya kelangkaan bahan pangan khususnya beras selama musim kemarau di Bengkulu. Pihaknya optimis beras akan tetap tersedia hingga musim kemarau berakhir. \"Tidak perlu khawatir kalau beras pasti selalu tersedia untuk masyarakat dan harganya stabil,\" ujar Lierwan.

Untuk komoditas cabai merah, pihaknya meyakini tidak akan berdampak signifikan ke Inflasi daerah. Karena pasokan cabai merah sudah didatangkan dari luar Provinsi Bengkulu. Bahkan harganya saat ini terus mengalami penurunan ditingkat pedagang di Kota Bengkulu. \"Untuk cabai merah masih aman, sekarang sudah mengalami penurunan harga,\" tutupnya.(999)

Komoditas Terdampak Kemarau Beras Cabai Merah Cabai Rawit Tomat Sayur Bawang Merah
Tags :
Kategori :

Terkait