Transportasi dan Pangan Picu Inflasi

Sabtu 29-12-2018,11:36 WIB
Reporter : Redaksi Terkini
Editor : Redaksi Terkini

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sektor transportasi dan pangan diprediksi akan memicu inflasi pada Desember 2018 ini. Selain itu, libur panjang anak-anak sekolah beserta perayaan Natal dan Tahun Baru 2019 juga mendongkrak konsumsi rumah tangga, sehingga harga-harga pun ikut meningkat.

Pakar Ekonomi Bengkulu, Dr Ahmad Badawi Saluy MM memprediksi, inflasi bulanan pada Desember 2018 berkisar 0,6–0,7%. Sedangkan secara tahunan, inflasi sekitar 3,25%.  Faktor utama penyebab inflasi tersebut yaitu konsumsi masyarakat yang meningkat karena liburan panjang Natal dan Tahun Baru 2019.

\"Faktor yang berpotensi mendongkrak inflasi yakni konsumsi yang meningkat,\" kata Badawi, kemarin (26/12).

Sedangkan peningkatan permintaan atau konsumsi pada libur panjang akhir tahun, membuat pedagang lebih bebas menaikkan harga karena intervensi pemerintah sangat terbatas. Lebih lagi libur panjang tersebut terjadi selama lima hari, sehingga akan membuat pedagang semena-mena menaikkan harga komoditas pangan.\"Libur natal dan Tahun baru ini sekitar lima hari, kan para pedagang jadi tidak diawasi, bisa saja mereka menaikkan harga\" terang Badawi.

Ia juga memprediksikan inflasi Desember 2018 secara bulanan mencapai angka 0,6% atau jauh lebih tinggi dari inflasi November 2018 yang tercatat 0,2%. Hal ini disebabkan faktor musiman di akhir tahun, dimana didorong oleh permintaan saat Natal dan Tahun Baru 2019.

\"Inflasi secara bulanan akan berada 0,5-0,7% atau sekitar 3,1-3,2% secara tahunan. Sektor utama yang mendorong inflasi adalah pangan, transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan. Semua sangat terkait dengan event natal dan tahun baru,\" tutupnya.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, tekanan inflasi pada Desember 2018 diperkirakan akan meningkat dikarenakan adanya Natal dan perayaan akhir tahun 2019 yang akan mendorong jumlah permintaan. Selain itu, permintaan bahan pangan juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Dari sisi produksi, risiko gagal panen dan terbatasnya aktivitas nelayan seiring dengan meningkatnya curah hujan dan tinggi gelombang di Bengkulu berpotensi untuk membatasi jumlah pasokan komoditas.

\"Di penghujung tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu memperkuat koordinasi antar instansi untuk memitigasi risiko inflasi yang muncul setiap akhir tahun,\" tegas Dyah.

Selain itu, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat agar bijak dalam mengkonsumsi juga merupakan langkah yang tidak kalah penting. Dalam jangka pendek, upaya pengendalian inflasi akan dilakukan melalui implementasi program pasar murah dan koordinasi dengan distributor dan maskapai penerbangan untuk pengendalian harga. \"Saya berharap seluruh pemangku kepentingan tetap harus mengawal perkembangan inflasi sampai Desember 2018,\" tutup Dyah.(999)

Tags :
Kategori :

Terkait