BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Industri makanan di Bengkulu terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, bahkan hingga triwulan III 2018, sektor ini telah tumbuh mencapai 30.34 persen (yoy). Peningkatan ini sangat signifikan jika dibandingkan triwulan II 2018 yang hanya mencapai 16.62 persen (yoy).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengaku, peningkatan pertumbuhan ini sekaligus membantu pemerataan ekonomi masyarakat Bengkulu karena mayoritas pelakunya di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal ini menunjukan industri makanan mempunyai peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi Bengkulu karena dinilai mampu menjadi instrumen yang berperan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
\"Pertumbuhan industri ini jelas membantu pemerataan ekonomi di Bengkulu,\" ujar Dyah, kemarin (25/11).
Lebih lanjut Dyah mengungkapkan, pertumbuhan industri makanan membantu pemerataan ekonomi karena mayoritas pelakunya di sektor UKM. Oleh karena itu, sektor makanan di Bengkulu ini diharapkan dapat memperkuat pendalaman struktur dan rantai nilai industrinya melalui kemitraan strategis dengan beberapa sektor skala kecil dan menengah lainnya.
\"Selain makin menguatkan struktur industrinya, juga akan mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga pemerataan ekonomi akan semakin cepat terjadi,\" ungkap Dyah.
Terakhir Dyah mengakui, pertumbuhan di sektor industri makanan yang cukup signifikan ini diharapkan menjadi titik terang bagi pemerintah untuk mampu mewujudkan pemerataan ekonomi. Oleh karenanya, ia juga berharap pemerintah menaruh perhatian serius untuk industri ini agar semakin berkembang dan mampu menjadi salah satu penopang perekonomian Bengkulu. \"Kenaikan pertumbuhan indsutri makanan di Bengkulu diharapkan mampu dipertahankan, tentunya dengan bantuan dan dukungan dari program pemerintah yang pro terhadap pemerataan ekonomi masyarakat,\" tukas Dyah.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengungkapkan, potensi industri makanan di Bengkulu cukup besar. Hal ini dilihat dari pertumbuhannya yang bahkan hampir dua kali dari pertumbuhan ekonomi daerah.\"Rata-rata per tahun, industri makanan tumbuh mencapai puluhan persen, sedangkan ekonomi hanya empat persen. Ini artinya pertumbuhan industri makanan sangat potensial untuk terus dikembangkan,\" tutur Kamaludin.
Kamaludin menilai, Industri makanan juga memiliki daya saing yang kuat dan pemainnya yang beragam dimana tidak ada pelaku yang mendominasi. Bahkan supply chainnya tidak terganggu mulai bahan baku, produksi, sampai ke konsumen sehingga hal inilah yang menyebabkan industri makanan yang di daerah bisa tumbuh.\"Semua bisa jadi pemain di industri makanan, bersaing secara sehat dan mampu memenuhi supply pasar sehingga industri makanan semakin tumbuh di masyarakat,\" sambung Kamaludin.
Mengingat potensinya yang besar, Kamaludin juga meminta agar sektor prioritas ini ikut berperan mendukung program pemerintah dalam pendidikan dan pelatihan vokasi industri. Pengembangan industri di Indonesia harus didorong oleh sumber daya manusia (SDM) yang andal dan kompeten.
\"Agar pertumbuhannya terus meningkatkan, mau tidak mau pemerintah harus mendorong peningkatan SDM sebagai pelaku di industri ini agar semakin memiliki kompetensi yang dibutuhkan,\" terang Kamaludin.
Sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut, Kamaludin meminta kepada pelaku industri makanan di Bengkulu untuk juga mengembangkan kemitraan dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bengkulu agar meningkatkan kompetensi para siswa/siswi sehingga bisa menjadi SDM yang andal dan kelak bisa terjun menjadi pemain di industri makanan di Bengkulu.\"Pembinaan SDM bisa dimulai dari siswa/siswi SMK sehingga nantinya mereka sudah memiliki kompetensi sendiri untuk terjun ke industri, terutama makanan,\" Sambung Kamaludin.
Kamaludin juga menilai, industri makanan di Bengkulu memiliki potensi untuk naik tingkat ke industry 4.0. Jika naik level, industri makanan di Bengkulu bukan tidak mungkin dapat mengembangkan inovasi dan teknologi terbaru melalui kemitraan dengan industri makanan di negara-negara maju. Sebagai contoh, Salah satu industri Makanan di Pulau Jawa sudah ada yang menerapkan Industry 4.0 memanfaatkan teknologi seperti robotic, big data dan 3D printing untuk menurunkan biaya produksi.\"Bengkulu bukan tidak mungkin akan menuju ke era ini jika terus melakukan perbaikan, inovasi, serta peningkatan potensi SDM secara berkala,\" terang Kamaludin.
Ia juga menyambut baik pemerintah dan pelaku usaha yang diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi aksi dalam memacu pertumbuhan industri makanan ke depannya. Para pelaku industri makanan saat ini juga sudah mulai berekspansi melirik pasar-pasar baru yang mulai menjanjikan, termasuk pasar ASEAN. \"Kita berharap pelaku industri terus bekerja sama dengan pemerintah menjaga pertumbuhan industri yang dicapai saat ini, sehingga sektor ini menjadi penggerak utama industri nasional,\" tutup Kamaludin.(999)