BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Meskipun Bengkulu termasuk salah satu provinsi penghasil CPO terbesar di Indonesia, ekonomi Bengkulu tetap lambat bergerak.
\"Tidak hanya kopi yang ekspornya melalui provinsi lain, CPO dari Bengkulu juga banyak di ekspor melalui provinsi tetangga seperti Padang,\" kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA, kemarin (18/10).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, setidaknya pada Agustus 2018 CPO yang berhasil diekspor melalui pelabuhan Teluk Bayur Sumatera Barat mencapai US$ 9,09 juta. Angka tersebut cukup besar jika ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
\"Kita melihatnya cukup sedih karena banyak komoditas di Bengkulu, tetapi dieskpor melalui provinsi lain,\" tutupnya.
Sementara itu, Ketua GAPKI Provinsi Bengkulu, John Irwansyah Siregar mengharapkan adanya terminal curah cair di Pelabuhan Pulau Baai, karena dengan begitu akan mempermudah pengiriman sawit tujuan domestik dan ekspor. Selain itu, ekonomi Bengkulu dapat bergerak lebih cepat.
\"Kalau pengiriman sawit langsung dari Bengkulu, maka ekonomi Bengkulu juga akan tergerak,\" ujar John.Untuk menggerakkan ekonomi Bengkulu, GAPKI mendukung adanya pembenahan infrastruktur di Pelabuhan Pulau Baai. Pasalnya, kegiatan ekspor sawit yang melalui Pulau Baai hanya terealisasi sekitar 30%-40%.
\"Kami ingin pembenahan sehingga ekspor langsung dari Bengkulu. Tidak hanya sawit, ekspor kopi asal Bengkulu harus melalui Pelabuhan Panjang di Lampung. Makanya, kami sangat mendukung terminal curah cair ini,\" ujar John.
Dukungan ini telah dibuktikan GAPKI Bengkulu melalui serangkaian kerjasama. Antara lain, pada 18 November 2016 penandatanganan MoU dengan Pelindo II Pelabuhan Pulau Baai mengenai Rencana Kerjasama Pembangunan & Pengoperasian Terminal Curah Cair di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Selanjutnya, pada 21 Desember 2017, Ground Breaking Pembangunan Tangki Timbun untuk CPO di Pelabuhan Pulau Baai.
Dengan adanya terminal curah, lanjut John, akan terwujud investasi di sektor hilir sawit. Dalam waktu dekat akan ada peletakan batu pertama pembangunan refineri sawit oleh investor asal India. Selain refineri, Provinsi Bengkulu membutuhkan pabrik pengolahan PKO. Nantinya, limbah ampas atau bungkil dapat diolah menjadi pakan ternak sapi.
Menurut John, dengan adanya pembangunan terminal curah cair akan menambah pendapatan daerah Bengkulu dan penyerapan tenaga kerja. Selain akan dibangun terminal curah cair akan dibangun juga Kawasan Ekonomi Khusus, Karantina Hewan dan Terminal Curah Kering yang terintegrasi.
\"Untuk industri sawit, terminal curah cair akan mempercepat proses pengapalan. Alhasil sangat menguntungkan buat pelaku bisnis sawit, karena CPO dapat terkirim secepatnya, begitupula dengan perputaran bisnisnya akan cepat,\" tutup John.
Seperti diketahui, produksi CPO di Provinsi Bengkulu tahun 2017 lalu mencapai 984.340 ton. Dengan areal perkebunan sawit seluas 379.084 hektare terdiri dari perkebunan swasta 126.332 hektare dan perkebunan negara 3.635 hektare. Hampir 66% perkebunan sawit di Bengkulu dikelola petani rakyat seluas 248.817 hektare.(999)