Petani Sawit Makin Terpuruk

Selasa 14-08-2018,11:40 WIB
Reporter : redaksi2
Editor : redaksi2

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pasca ditetapkannya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Bengkulu sebesar Rp 1.071 per Kilogram (Kg) beberapa hari lalu, membuat ekonomi petani sawit makin terpuruk.

Sebab, saat harga di pabrik ditetapkan Rp 1.200 per Kg, harga di tingkat petani hanya Rp 500 per Kg. Apalagi untuk bulan ini harga di tingkat pabrik ditetapkan Rp 1.071/Kg, maka harga di tingkat petani juga turun menjadi Rp 400/Kg. Petani Sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Deka mengaku, harga yang ditetapkan oleh pemerintah tidak sesuai harga di pabrik CPO. Beberapa perusahaan sawit masih membeli sawit dengan harga Rp 900 per Kg.

\"Ini tentu tidak sesuai dengan kesepakatan, bukannya membuat ekonomi menjadi baik malah makin terpuruk,\" tutur Deka, kemarin (12/8).

Petani sawit di Benteng lainnya, Narian mengaku sejumlah toke di desanya sudah menghentikan membeli TBS. Alasannya, selain harga murah, juga tidak mampu menunggu antrean di pabrik yang mencapai 2-3 hari. \"Jadi, selain harga murah, menjualnya pun sulit. Kalau seperti ini terus menerus, maka petani sawit seperti kami ini bisa kelaparan,\" jelasnya.Di sisi lain, ia juga mengeluhkan kebutuhan hidup sehari-hari yang terus naik. Apalagi saat ini menjelang hari raya Idul Adha, hampir semua bahan pokok merangkak naik.

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Slamet Riyadi menilai, penetapan harga Tandan Buah Segara (TBS) kelapa sawit yang dilakukan setiap bulannya di Bengkulu, belum akan mampu menjamin untuk meredakan keterpurukan ekonomi para petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu. Apalagi, pasca penetapan tidak diiringi pengawasan dari pihak terkait akan membuat harga yang ditetapkan tersebut tidak langsung direalisasikan perusahaan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).

\"Dari laporan yang kami terima, ketetapan harga TBS bulan lalu masih ada perusahaan PMKS yang disinyalir tidak merealisasikannya. Bahkan beberapa perusahaan, diinformasikan lebih memilih menghentikan pembelian TBS kelapa sawit milik masyarakat. Tentu ini ada kesan jika kebijakan pemerintah hanya dipandang sebelah mata,\" kata Slamet.

Terjadinya kondisi tersebut secara tidak langsung menunjukkan penetapan harga TBS belum mampu menjamin para petani untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. Untuk itu, pihaknya berharap adanya alternatif lain agar harga TBS tetap stabil dan harganya bisa kembali bangkit.

\"Kalau ada alternatif lain seperti penetapan harga yang stabil jelas menguntungkan petani, karena saat ini saja antusiasme masyarakat berkebun sawit cukup tinggi, bahkan produksi TBS sawit di Bengkulu juga melimpah,\" jelas Slamet.

Tingginya antusias masyarakat dalam menanam sawit dan besarnya produksi sawit Bengkulu seharusnya dapat didorong oleh pemerintah dengan menjaga harga TBD tetap stabil. Karena tujuan masyarakat berkebun sawit adalah agar bisa keluar dari keterpurukan ekonomi. \"Saya rasa untuk menyetabilkan harga bisa dengan mendatangkan investor PMKS ataupun perusahaan yang bisa mengelola minyak kelapa sawit menjadi minyak goreng,\" tutupnya.

Sementara itu, Asisten II Sekda Provinsi Bengkulu, Yuliswani SE menyatakan, ditetapkan harga TBS di Provinsi Bengkulu merupakan langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Namun penetapannya tidak selalu langsung direalisasikan oleh perusahaan. Untuk itu, pihaknya mendorong seluruh perusahaan agar segera melaksanakan penetapan harga yang telah disetujui bersama.

\"Harga yang sudah ditetapkan bersama, harus benar-benar dapat dirasakan petani. Sehingga petani bisa mengembangkan usaha, yang muaranya tentu saja kesejahteraan,\" tutupnya.(999)

Tags :
Kategori :

Terkait