Harga Material Bedah Rumah Tak Sesuai Daftar

Harga Material Bedah  Rumah Tak Sesuai Daftar

\"Dugaan

BENTENG, Bengkulu Ekspress - Dugaan mark up bantuan bedah rumah atau bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Bengkulu Tengah (Benteng), masih terus bergulir. Salah seorang warga Kecamatan Pondok Kelapa, Anton (30), mengungkapkan bahwa ia pernah bekerjasama dengan salah seorang fasilitator bedah rumah di Desa Sunda Kelapa, DS dalam hal pengadaan material untuk bedah rumah di desa tersebut. Akan tetapi, karena harga material berupa pasir yang dibeli diketahui di bawah harga yang tertera di dalam daftar rencana pembelian bahan bangunan (DRPBB), Anton pun menghentikan kerjasama tersebut dan menolak untuk menjadi pemasok (suplai) material.

\"Karena harga pasir yang dibayarkan terlalu rendah, saya akhirnya tidak mau lagi menjadi penyuplai material,\" ungkap Anton. Anton mengaku, setiap pasir yang diantarkannya dibayar oleh DS sebesar Rp 140 ribu per kubik. Padahal, dalam DRPBB tertera bahwa harga pasir Rp 210 per kubik.

\"Karena selisih harga cukup tinggi, saya menolak untuk memperpanjang kerjasama dan hanya mengantarkan barang sebanyak 2 (dua) kali,\" ungkapnya. Sementara itu, fasilitator bedah rumah, DS membantah bahwa dirinya sengaja melakukan mark up harga barang. Ia pun dengan tegas menolak seluruh tudingan yang ditujukan kepadanya.

\"Seluruh barang ataupun material bedah rumah dibeli langsung oleh masyarakat selaku penerima barang. Selaku fasilitator, saya hanya mendampingi masyarakat,\" kata DS. Dilansir sebelumnya, polemik dugaan penyimpangan dana bedah rumah ini terungkap setelah adanya laporan yang disampaikan oleh salah seorang tokoh masyarakat Desa Sunda Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Benteng, Kanedi (47). Kanedi menyebutkan bahwa ada dugaan pungutan liar (pungli) yang sengaja dilakukan oleh DS kepada penerima bantuan senilai Rp 200 ribu.

\"Uang senilai 200 ribu yang dipungut langsung oleh DS dari masyarakat miskin penerima bantuan,\" beber Karnedi. Selain itu, SD juga diduga memainkan harga material, yakni membeli material lebih rendah dibandingkan harga yang sudah di susun dalam daftar. Selisihnya pun cukup besar.(135)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: