Pelaku Penikaman Polisi dan TNI Diminta Menyerahkan Diri

Pelaku Penikaman Polisi dan TNI Diminta Menyerahkan Diri

Kapolres: Kita Upayakan Persuasif ILIR TALO, Bengkulu Ekspress - Hingga berita ini diturunkan, pelaku penikaman terhadap, Aipda Heriadi  selaku anggota Polres Seluma, Kepala Satpam PTPTN VII Nawawi, dan anggota TNI Kopda Iwan di Desa Pering Baru Kecamatan Ilir Talo Kabupaten Seluma pada Kamis (9/6) malam, masih berkeliaran. Sebab itu pihak kepolisian dari Mapolres Seluma meminta pelaku segera menyerahkan diri ke pihak kepolisian.

Kapolres Seluma  AKBP Raden Tri Wahyu Budiyanto SIK MM didampingi Kasat Reskrim AKP Margopo SH, mengatakan, pihaknya masih melakukan upaya persuasif menyelesaikan kasus ini. Selain meminta pelaku penusukan menyerahkan diri, Kapolres menyatakan, pihaknya juga menyelidiki penyebab keributan itu sehingga berakhir ke penusukan. \"Kasus penikaman ini akan kami selidiki untuk mengetahui akar permasalahannya, jadi kami minta pelaku penusukan segera menyerahkan diri,\" imbau Kapolres, kemarin (9/6). Kapolres menambahkan, pihaknya akan membentuk tim khusus untuk mengusut kasus penikaman terhadap anggota TNI dan Polri serta Satpam tersebut.

Sementara itu, saat ditemui di ruang rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah (RSUHD) Manna BS, kemarin (9/6), Aipda Heriadi  yang merupakan bapak 4  anak masih terbaring lemah paska operasi. Pria yang menjabat Kanit Propost Polsek Semidang Alas Maras (SAM), Seluma ini  mengaku, ia ditikam lantaran hendak menolong Nawawi dari amukan massa.

\"Ada puluhan warga yang mengamuk, saat itu saya mau menolong Pak Nawawi dari amukan warga, sehingga saya menjadi korban penusukan,” katanya.

Diceritakan Heriadi,   saat itu dirinya bersama 4 temannya Bripda Fauzan, Kopda Iwan, Nawawi, dan angota satpam PTPN VII Edi  sedang patroli di perkebunan PTPN VII.  Sebab, sebelumnya Kepala Satpam Nawawi, mendapat telpon dari bosnya jika buah sawit dicuri orang. Lalu  saat patroli, mereka memergoki 3 warga Pring Baru sedang mengangkut buah sawit menggunakan motor ojek, saat di tanya salah satu warga inisial Mu mengaku kalau buah sawit tersebut milik kakak iparnya.  Tidak percaya begitu saja, Heriadi, Nawawi, beserta tiga temannya mengecek langsung dengan kakak ipar Mu, dan mengetahui bahwa buah sawit tersebut bukan milik kakak ipar Mu.

“Saat dijalan kami memergoki ada warga membawa sawit, lalu kami datangi, dirinya tetap bersikukuh jika sawit itu bukan hasil curian, setelah kami itu kami mau pulang,” ujarnya.

Hanya saja, sambung Heriadi, saat itu dirinya bersama 4 temannya Bripda Fauzan, Kopda Iwan, Nawawi, dan angota satpam PTPN VII Edi hendak pulang meninggalkan desa usai berbuka puasa di depan rumah warga, tiba-tiba ada sekitar 50 warga sudah mengepung.  Melihat warga sudah mengepung, Nawawi sempat menjelaskan  kepada warga, jika kedatangan mereka bukan untuk menangkap. Rupanya penjelasan ini tidak diterima warga, sehingga warga langsung mengeroyok Nawawi.  Melihat Nawawi dikeroyok, sambung Heriadi, dirinya berusaha menyelamatkannya,akan tetapi, ada yang menusuk dari samping. \"Saat itu saya sempat keluarkan tembakan peringatan ke atas, namun warga tidak takut,  bahkan senjata yang saya mau direbutnya, saat itu saya kena tusukan lagi,” urai Heriadi.

Selanjutnya, sambung  Heriadi,  setelah warga semakin ramai, dirinya sudah terpisah dengan Nawawi. Kemudian saat kondisinya terjepit, ada warga setempat karyawan PTPN VII langsung menarik Heriadi keluar dari kerumunan massa dan membawanya ke puskesmas terdekat sebelum dirujuk ke RSHD Manna.

“Saya saat itu berusaha melindungi senjata saya agar tidak diambil warga, sebab kalau sampai berakhir direbut warga, maka situasi pasti akan semakin gawat,”  imbuhnya.

Senada dengannya, Nawawi  yang ditemui di ruang rawat inap kelas 2  juga mengatakan,  kedatangan mereka berlima ke desa tersebut bukan untuk menangkap terduga pencuri buah sawit milik PTPN VII.  Namun untuk mengroscek keterangan Mu, apakah benar sawit itu hasil curian atau bukan. Setelah itu, mereka mau pulang. \"Kami hanya mengroscek saja, bukan mau menangkap,  namun saat kami mau pulang usai buka puasa warga sudah mengepung,”  ujar  Nawawi yang mengaku sejak 1996 sudah bekerja di PTPN VII.

Ditambahkan Nawawi, meskipun massa ramai, dirinya mengaku masih beruntung,  sebab bisa lepas dari amukan massa. Ssaat itu, masih ada warga yang baik membawanya kabur ke hutan tak jauh dari desa. Setelah suasana cukup sepi, dirinya dibawa ke rumah warga tersebut, dan bidan dipanggil ke rumah tersebut untuk mengobati dirinya.  Setelah itu, dengan menggunakan mobil warga, secara diam-diam warga membawa dirinya  puskesmas. Setelah itu dirujuk ke rumah sakit. \"Meskipun kami dikeroyok, Alhamdulillah masih ada warga yang baik hati hingga menyelamatkan nyawa saya,”  ujarnya  terbaring lemah didampingi sang isteri Upik (35) di rumah sakit.(369)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: