Pedagang Tuntut Perbanyak Pintu Pagar

Pedagang Tuntut Perbanyak Pintu Pagar

Satu Pedagang Meninggal

BENGKULU, BE - Puluhan pedagang Pasar Panorama menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Walikota Bengkulu, kemarin (27/10). Dalam aksi ini, pedagang menuntut Pemerintah Kota Bengkulu memperbanyak pintu pagar Panorama, karena sejauh ini pasar yang sudah dipagar beton tersebut hanya memiliki 5 pintu.

Sehingga mereka meminta Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu untuk segera menambah jumlah pintu menjadi 10 pintu.

Pantuan BE, aksi yang dilakukan para pedagang tersebut cukup tertib, dengan menggunakan satu unit mobil dan sound sistem beberapa perwakilan pedagang ini menyampaikan dengan lantang tuntutan-tuntutan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot).

Selain itu pedagang juga menggunakan atribut kertas karton yang bertuliskan,\' Gempa Kebakaran Kemana Kami Lari Pak?\', Pintu Tertutup Kami Terancam! Anak Putus Sekolah, Cicilan Bank Macet, Usaha Gulung Tikar\', Kami Pedagang Bukan Tahanan Kenapa Kami Dikurung dan berbagai ungkapan lainnya yang mengambarkan kekesalan para pedagang.

Selain itu, masing-masing pedagang juga mengikat salah satu lengannya dengan pita merah sebagai tanda keseriusan untuk mendapatkan keadilan terhadap nasib mereka.

\"Kami datang untuk mengajukan gang-gang masuk yang tadinya ditutup itu untuk dibuka, karena jumlah akses masuk ke Pasar Panorama itu berjumlah 5 pintu. Padahal sebelumnya sudah sepakat 10, tapi kenapa hanya dibuat 5 pintu. Jadi kami minta untuk ditambah,\" cetus juru bicara pedagang, Mulyadi dalam orasinya.

Menurutnya, pengurangan jumlah pintu keluar masuk pasar ini akan menambah kesengsaraan bagi mereka yang berjualan di dalam pasar. Sebab, selain berimbas terhadap perekonomian karena mengurangi jumlah pembeli, juga menyulitkan mereka untuk menyelamatkan diri jika terjadi bencana seperti gempa bumi dan kebakaran. Apalagi ketinggian pagar yang mencapai 2,5 meter itu sudah melebihi tinggi dari atap auning pedagang sehingga menciptakan suasana di dalam pasar gelap dan lembab seperti penjara.

\"Kalau ada gempa kami tidak bisa meloncat pagar itu. Kalau terjadi kebakaran kami mau lari kemana? Kami tidak mau dikubur hidup-hidup dalam pasar itu. Dan akses pintu itulah satu-satunya harapan kami untuk menyelamatkan diri,\" terangnya.

Disamping persoalan jumlah pintu, tuntutan lain pedagang dalam aksi ini terkait masih dibiarkannya pedagang di Jalan Kedondong dan Jalan Belimbing berjualan di badan jalan. Pemkot pun dinilai ingkar janji untuk melakukan penertiban. Padahal beberapa waktu lalu pemkot telah berjanji akan menertibkan pedagang jika pembangunan pagar sudah dilakukan.

Seperti yang diungkapkan Pedagang Sayur Panorama, Leni Kusendang, bahwa satu-satunya solusi yang harus dilakukan pemkot yakni menindak secara tegas melalui hukum terhadap pedagang yang berjualan di badan jalan karena sudah jelas melanggara aturan. Sebab, sampai kapanpun persoalan tersebut tidak akan selesai jika tidak ada ketegasan yang dilakukan baik aparat keamanan dan pemda kota.

Bahkan ia meminta Walikota Helmi Hasan untuk turun langsung melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di Pasar Panorama tersebut.

\"Kami minta Pemkot harus tegas menindak pedagang yang di luar secara hukum. Jangan hanya bisa janji-janji saja. Kami juga minta Pak Walikota turun melihat pasar. Jangan sampai setelah pemagaran ini kami lebih tersiksa lagi,\" tegas Leni.

Setelah menggelar orasi lebih kurang 30 menit, sebanyak 5 orang perwakilan pedagang pun diperbolehkan masuk untuk melakukan dialog dengan Pemerintah Kota Bengkulu, yang diterima langsung oleh Wakil Walikota Bengkulu Patriana Sosialinda, Asisten 1 ,2 dan 3, Kadis PU, Kadis Perindag, Kastpol PP, dan Kadishub.

Secara garis besar Wakil Walikota memberikan kesempatan para pedagang tersebut untuk menyampaikan aspirasinya kepada para dinas terkait. Sehingga, pedagang mendapatkan kejelasan atas tuntutannya.

Plt Kepala Dinas PU Kota, Syafriandi mengatakan, proyek pembangunan pagar tersebut sudah melalui kajian secara matang, mulai dari jalur evakuasi, ketahanan pagar beton terhadap gempa, serta akses ke luar masuk pedagang yang sebenarnya sudah cukup memadai.

Untuk mengakomodir permintaan pedagang, maka pihak berjanji untuk menambah jumlah pintu menjadi 10, namun dengan syarat menyelesaikan terlebih dahulu 5 pintu sesuai dengan rencana awal agar tidak menyalahi proses hukum penggunaan anggaran.

\"Saya janjikan, keberatan pedagang ini bisa diajukan di bulan Januari 2017 mendatang dan Februari itu sudah bisa dibuka 10 pintu lagi,\" terang Andi sapaan akrabnya.

Meski telah mendengar penjelasan-penjelasan secara teknis dan kajian tersebut, pedagang mengaku masih merasa kecewa dan belum puas terhadap tuntutan mereka. Karena, para pedagang ini terpaksa harus menunggu beberapa bulan kedepan.

Pun demikian, janji pihak Dinas PU tersebut akan dipegang dan dikawal selalu oleh untuk ditetapi sesuai tempo waktu yang telah dijanjikan.

Salah Pedagang Meninggal

Disisi lain, sepulangnya perwakilan pedagang ini melakukan aksi demo dan dialog bersama pemerintah kota, salah satu pedagang bumbu basah yang tinggal Jalan Gandaria Panorama yang bernama Ros (45) meninggal dunia.

Hal ini bukan karena demo, melainkan akibat terpeleset dari WC umum Pasar Panorama tersebut.

Menurut Leni Kusendang salah satu pedagang, kejadian ini berawal saat rombongannya pulang dari demo, dan Ros menghampiri dirinya untuk meminta maaf karena tidak bisa ikut bergabung dalam aksi demo tersebut dengan alasan sedang dalam kondisi tidak sehat.

Hanya saja, usai meminta maaf, Ros langsung masuk ke dalam WC umum pasar. Mengetahui gelagat yang mencurigakan, akhirnya para pedagang sekitar WC tersebut membuka pintu dan mendapati Ros sudah dalam kondisi tergeletak di lantai WC.

\"Waktu itu pintu terbuka sedikit, kami pikir dia pingsan atau kenapa di dalam itu. Pas kawan-kawan sesama nolong, kami lihat posisi ayuk Ros itu sudah jatuh. Kata anaknya tadi memang dari rumah sudah batuk darah,\" ungkap Leni.(805)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: