Mengenal Komjen Pol Muhammad Tito Karnavian MH PhD, Calon Tunggal Kapolri

Mengenal Komjen Pol Muhammad Tito Karnavian MH PhD, Calon Tunggal Kapolri

Wong Palembang yang Jago Seberangi Sungai Musi

Komjen Pol Muhammad Tito Karnavian MH PhD adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah. Tiga saudaranya adalah Prof Dr Diah Natalisa MBA, DR Iwan Dakota SpIP, dan Dr Fifa Argentina SpKK. Sumatera Ekspres, Palembang

Kemarin (15/6), wartawan Sumatera Ekspress (Jawa Pos Grup) bertandang di kediaman ayahandanya di Jalan Sambu No. 36 Rt 02 Rw 01. Meski usianya sudah 78 tahun, tapi Achmad Saleh tetap lancar menceritakan kehidupan masa kecil Tito Karnavian.

Mengenakan kaos oblong putih bertuliskan Jakarta Tempo Doeloe dan ditemani istrinya, Hj Supriyatini SPd MSi, ceritapun mengalir dari mulut pria kelahiran Lubuklinggau, 28 Agustus 1938. “Sejak kecil, Tito itu orangnya disiplin. Punya semangat tinggi,” kata Achmad Saleh.

Pernah suatu ketika, Tito diajak teman-teman sebayanya nongkrong di Garuda (maksudnya bioskop Garuda, salah satu bisokop di Jalan Merdeka, yang pernah populer di Palembang saat itu). “Tapi, Dia tidak mau main atau ikut nongkrong kalau tugas sekolah atau PR-nya, belum selesai dikerjakan. Pokoknya, tugas harus selesai dulu, baru dia mau main,”sambungnya.

Semasa kecil pula, lanjut Saleh, Tito juga senang main perang-perangan. Menurut Saleh, ketika main perang-perangan, Tito kecil tidak mau “mati” ketika kena tembak oleh teman-temannya saat perang-perangan tersebut. “Kata Tito, yang kena tembak cuma tangannya. Jadi, mana bisa mati,” sambungnya.

Dua kata dari nama Tito Karnavian, lanjut peraih Ismail Djalili Award pada 27 Oktober 2014 lalu, diambil dari 2 sumber. Tito, lanjut Saleh, diambil dari nama Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito yang punya hubungan pertemanan sangat akrab dengan Presiden Soekarno.

Kedua Presiden ini, lanjut Saleh, adalah penggagas Gerakan Non-Blok pada 1961. Kebetulan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. “Saya mengagumi Joseph Broz Tito dan Soekarno,” lanjutnya. Sedangkan Karnavian, lanjut Saleh, itu diambil dari kata Karnaval. “Saya juga sering mengurusi karnaval mahasiswa. Salah satunya karnaval di Pusri. Jadi, Karnavian itu saya ambil dari kata Karnaval,” kenang mantan penyiar Radio Republik Indonesia (RRI).

Lebih lanjut, Tito Karnavian, lanjut Saleh, juga gemar membaca. Terutama cerita-cerita petualangan atau kepahlawanan di Amerika. “Cerita-cerita detektif, dia juga senang. Dia memang rajin membaca,” ujarnya. Tito Karnavian sendiri lahir di Palembang, 26 Oktober 1964. “Lahirnya di daerah Tangga Buntung. Sekolahnya, dari SD hingga SMA, semuanya di Palembang,” ceritnya.

Tito bersekolah SD di kawasan Tangga Buntung 36 Ilir. Kemudian pindah sekolah ke SD Xaverius 4 Palembang hingga ke tingkat SMP Xaverius 2 Palembang. Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA, Tito bersekolah di SMA Negeri 2 Palembang.

\"Sama seperti anak-anak yang lainnya, Tito juga suka main layangan. Tapi sebelum pindah di rumah ini, kami sekeluarga pernah tinggal di Tangga Buntung 36 Ilir, jadi masa kecil Tito itu sering sekali berenang di Sungai Musi bersama teman-teman sebayanya. Bahkan kalau lagi berenang, Tito kecil dulu bisa menyeberangi Sungai Musi,\" ujar Saleh.

Dari masa kecil hingga masa remaja Tito, Saleh mengatakan, Tito memang anak yang memiliki tekad kuat dan komitmen dalam setiap usaha yang dijalaninya. Bahkan memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dengan saudara-saudaranya.

\"Selain disiplin, Tito juga mandiri. Dia aktif pramuka di sekolahnya sejak SMP hingga SMA. Tito masuk AKABRI , bersamaan juga lulus masuk univertas lainnya. Seperti masuk UGM, STAN dan Fakultas Kedokteran Unsri. Namun Tito memilih AKABRI, karena saya ingat betul Tito pernah bilang ke saya, Tito ingin meringankan beban ayahnya,\" ujar Saleh.

Terhadap Tito, Saleh pernah khawatir. Bukan khawatir karena penangkapan yang dilakukan Tito terhadap dua gembong teroris Azhari Husein (tahun 2005) dan Noordin M Top (2009), tapi khawatir ketika Tito bertugas memimpin Polda Papua. “Saya khawatir dengan ancaman sparatis di Papua. Deg-degan, apalagi medan di Papua itu sangat berat. Tapi, alhamdulillah, dua tahun tugas di Papua selesai juga,” katanya.

Meski jarang pulang, lanjut Saleh, Tito selalu rutin menanyakan kesehatan dirinya. “Kami juga maklum dengan tugasnya yang begitu banyak,” sambungnya.

Hanya satu pesan Saleh pada anaknya. Yaitu, jalani tugas dengan dengan penuh tanggung jawab. “Tidak usah perdulikan persaingan. Terima apa adanya. Jika diberi amanah, jalani dengan tanggung jawab,” katanya Saleh.

Sampai saat ini, lanjut Saleh, Tito masih terus berkomunikasi dengan saya dan saudara-saudaranya. “Tito memanggil saya ayah. Tito kalau bertugas selalu izin dan minta doa doa kepada keluarganya. Seperti di Poso, Papua bahkan saat bertugas menangkap teroris. Tito kalau telepon bilang, \'Ayah, Tito mau tugas, tolong doanya yah\',\" ujar Saleh, yang merupakan wartawan senior pernah aktif sebagai penulis buku religi Baitullah hingga edisi cetakan ke 19.

Tito Karnavian juga merupakan salah satu alumni Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Palembang. Dari daftar buku alumni SMAN 2, tertulis nama Muhammad Tito Karnavian. Nomor Daftar Induk : 4191. Tito diterima di SMAN 2 Palembang pada 20 Juli 1980. Mengikuti ujian akhir tahun 1983 dengan nomor ujian : 081. Tito dinyatakan Lulus dengan nomor ijazah No. 11 OC OH 0070410.

Selain Tito, istrinya Tri Suswati juga alumni SMAN 2 Palembang. Baik Tito maupun Tri, sama-sama jurusan IPA.

Tito Karnavian jadi salah satu kebangaan SMAN 2 Palembang. Pernah menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). “Dia aktif di organisasi. Jiwa kepemimpinannya memang sudah terlihat sejak sekolah. Saya benar-benar bangga dengannya,” kata Budiono, guru olahraga Tito Karnavian di SMAN 2 Palembang.

Senada juga diungkapkan Emi Simanungkalit, guru Fisika Tito Karnavian di SMAN 2 Palembang. Menurut Emi, prestasi akademik Tito Karnavian juga bagus. “Dia anak yang cerdas,” kata Emi.

Seperti diketahui, Tito Karnavian adalah calon tunggal Kapolri yang disodorkan Presiden Jokowi. Tito Karnavian merupakan lulusan terbaik AKABRI Tahun 1987. Bahkan Tito mendapatkan piagam penghargaan Adhi Makayasa 1987 yang langsung diberikan Presiden Soeharto.

Dalam sejarahnya, pernah ada salah satu Kapolri yang berasal dari Sumsel. Yaitu Jenderal Pol Mohamad Hasan yang lahir di Muara Dua, Oku Selatan, 20 Maret 1920 dan meninggal 23 Februari 2005. Mohammad Hasan adalah Kapolri pada tahun 1971-1974.

Kaget Belum Dikabari, Titip Amanah

Keluarga Tito yang ada di Jakarta mengaku kaget atas kabar pencalonan tunggal pria asli Palembang itu sebagai Kapolri yang akan menggantikan Badroddin Haiti yang memasuki masa pensiunnya.

Sebagaimana dituturkan adik kandung Tito, Iwan Dakota yang dikenal seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.

\"Kita sekeluarga yang ada disini (Jakarta) kaget mendengar pengumuman itu dari berita. Karena Pak Tito ga pernah cerita bakal dicalonkan tunggal menjadi kapolri oleh presiden,\" ungkapnya yang mewakili keluarga memberikan komentar kemarin (15/6) ditemui disela-sela kesibukannya di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta.

Memang ia mengakui saat kumpul keluarga, Tito pernah membahas perihal itu. Dimana saat itu Tito bercerita diminta Kapolri Badroddin Haiti untuk dicalonkan menjadi kapolri. \"Waktu itu, Pak Tito cerito ke kami (keluarga) masih enggan. Karena masih banyak senior-seniornya di Polri. Tetapi kalau yang minta presiden langsung, baru dak biso nolak,\" cerita Iwan menggunakan logat Palembang.

Karena itu amanah, masih kata Iwan, Tito tidak bisa menolak atas permintaan presiden langsung. Karenanya ia siap untuk melaksanakan perintah presiden. Ia melanjutkan bahwa Tito selama ini tidak pernah minta-minta jabatan. Karena jabatan yang selama ini dipegangnya merupakan buah hasil kerja kerasnya sebagai seorang polisi.

\"Pak Tito menunjukkan kualitasnyo sebagai seorang anggota Polri selama ini,\" seraya Iwan mengulas prestasi Tito yang disebutnya mengalami lompatan karir. Dimana pada saat berpangkat AKBP, Tito tergabung dalam Tim Cobra menangkap buronan Tommy Soeharto yang tak lain anak dari mantan presiden Soeharto. Lalu Tito menumpas gembong teroris dr Azhari dan Noordin M Top, hingga menyudahi aksi teroris di Jl Thamrin Jakarta baru-baru ini. Atas prestasinya itulah, menurut Iwan Tito bisa menapaki kesuksesan dalam karirnya hingga bakal menduduki kursi teratas di tubuh Polri.

\"Dia bisa menduduki karir saat ini karena pimpinan melihatnya dari kualitas kinerja yang ditunjukkan. Bukan karena hubungan nepotisme, kedekatan atau sanak saudara,\" ungkapnya.

Nah, Iwan menyampaikan di era kepemimpinan Tito kelak, bakal melakukan reformasi di tubuh Polri. \"Zaman Pak Tito kelak, ia akan menata Polri. Dimana polisi yang benar-benar memiliki kualitas, akan diberi kesempatan untuk dipercaya memegang amanah,\" lanjutnya.

Dimana di mata Iwan sendiri Tito adalah sosok yang bisa menjadi role model (panutan) bagi anggota Polri lainnya. \"Pak Tito itu jadi polisi bukan dari sogok menyogok. Dari akabri sampai jadi jenderal berkat kualitasnya,\" tandasnya.

Meski saat ini Tito di puncak karirnya, bagi Iwan, kakak kandungnya itu masihlah seperti biasa. Dimana Tito masih menyempatkan berkumpul bersama keluarga besarnya. Minimal, kata Iwan, Tito satu bulan sekali berkumpul bersama keluarganya.

Dalam kesempatan kumpul keluarga itu, Tito sering berbagi bersama keluarga seputar pekerjaannya. Dari keluarga pun kesempatan itu juga aering digunakan untuk menyampaikan pesan dan nasihat kepada Tito dalam menjalankan amanahnya. \"Kami dari keluargo, minta jalankan tanggung jawab sebaik-baiknyo, jangan berpolitik, utamakan kepentingan bangsa di atas golongan. Kami Titip amanah agar menjadi seorang polisi yang sebenar-benarnyo,\" tutup Iwan.(ran/vis/jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: