LIPI Sisir Pulau Enggano, Temukan Spesies Baru
JAKARTA, BE - Ekspedisi Enggano Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menguak keanekaragaam hayati di Enggano, Bengkulu Utara. Dalam ekspedisi 20 hari itu, peneliti LIPI di antaranya berhasil mendata belasan spesies baru. Mulai dari jenis hewan sampai tumbuhan. Ketua Tim Ekspedisi Enggano Amir Hamidy merinci di antara spesies baru itu adalah dua spesies mamalia kecil atau kelelawar (Pteropus sp dan Rhinolopus sp), dua spesies katak, satu spesies ikan air tawar (Stiphodon nsp), 2 spesies burung (burung hantu dan burung pemakan udang) dan 2 spesies kelompok udang-udangan (Macrobrachium bariense dan M. Placidulum). Selain itu, tim LIPI juga menemukan spesies baru kelompok capung dan kupu-kupu siang serta kupu-kupu malam (ngengat). Selain dari dunia hewan (animal kingdom), Amir juga menceritakan penemuan spesies baru di dunia tanaman. Dia mengatakan flora baru yang berhasil di data itu adalah jahe Enggano (Zingeber sp). \"Kami belum memberikan nama resminya. Tetapi sudah kami pastikan spesies baru karena sudah melalui uji molekuler,\" terang Amir. Identifikasi jahe Enggano itu sebagai spesies baru adalah, bentuk bunganya yang berbeda dengan jahe pada umumnya. Wujud bunga jahe Enggano itu lebih lonjong dan lancip dibanding bunga jahe di Jawa. Selain itu, susunan kelopak bunganya juga berbeda, meskipun sama-sama berwarna merah. Selain rekor penemuan baru itu, Amir mengatakan penemuan ular tikus Enggano juga menjadi sejarah. Sebab ular itu dilaporkan tidak pernah terlihat sejak 80 tahun silam. \"Ular ini tiba-tiba lewat di belakang saya. Malam-malam di dekat tenda di tengah hutan,\" cerita Amir. Perbedaan dengan ular pemakan tikus pada umumnya, ular tikus Enggano warna sisiknya polos kecoklatan. Amir mengatakan salah satu tujuan ekspedisi Enggano ini adalah untuk menguak keanekaragaman hayati. Selain itu juga mencari potensi-potensi sumberdaya alam untuk masyarakat di pulau berpenduduk 2 ribu jiwa itu. Di antara potensi alam yang sangat menarik adalah mangrove. Menurut Amir mangrove di Enggano merupakan yang terbaik di seluruh Indonesia, karena belum banyak dijamah orang. \"Di dalam taman mangrove banyak buayanya,\" jelas dia. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkulu Utara Mustarini Abidin mengatakan, mereka menunggu laporan ekspedisi Enggano LIPI itu secara komplit. Supaya bisa dijadikan acuan untuk pengembangan pulau yang menghadap langsung ke Samudera Hindia itu. Dia menjelaskan pulau Enggano tetap mendapatkan porsi dana pembangunan. Saat ini total APBD Kabupaten Bengkulu Utara hanya Rp 1,1 trilun, jadi tidak bisa digunakan untuk merombak Enggano secara besar-besaran. Kendala lainnya adalah pembangunan di Enggano harus menggunakan material dari luar pulau Enggano. Baik itu batu, pasir, maupun kayu. \"Jadi pembangunan di Enggano tidak merusak lingkungan,\" pungkasnya. (wan/end)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: