Ide-ide Terobosan di Masa Sulit
Oleh: Dahlan Iskan PELAKU ekonomi biasanya memanfaatkan masa sulit untuk konsolidasi. Pabrik ditutup untuk dilakukan perbaikan dan perawatan mesin. Dari pada terus berproduksi tapi rugi karena sulit menjual. Karyawan dikerahkan untuk perbaikan lingkungan. Atau dididik ulang. Atau diberi ketrampilan yang berbeda. Dari pada pura-pura sibuk. Beruntung sekali bagi pengusaha yang bisnisnya tahan krisis atau bahkan anti krisis. Negara pun begitu. Banyak yang bisa kita kerjakan di masa sulit ini. Dari pada berantem. Proyek-proyek infrastruktur adalah bentuk kegiatan yang tepat di masa konsolidasi. Proyek infrastruktur adalah proyek yang nyaris tidak memerlukan barang impor. Bahkan bisa membantu menghidupi beberapa industri yang sangat sulit. Misalnya industri baja. Mereka mau memberi harga lebih murah. Atau memberikan sistem pembayaran yang longgar. Penyerapan tenaga kerja proyek infrastruktur juga besar. Manfaatnya pun luar biasa. Terutama saat kita kembali melakukan start nanti. Memang, kadang kita harus mengelus dada. BUMN harus membeli ijin proyek jalan tol yang lama digantung. Pemilik ijin bisa menjual ijin dengan harga mahal. Sungguh bisnis yang sangat enak. Mereka dapat ijin membangun jalan tol. Sudah bertahun-tahun tidak dilaksanakan. Kini negara terdesak untuk melaksanakan. Tidak berani mencabut ijin tersebut. Itulah kenyataan hidup. Ada yang di masa sulit ini bisa memanfaatkan posisinya yang seperti itu. Negara terpaksa mengambil alihnya. Sebab ijin tersebut adalah ijin infrastruktur yang vital. Infrastruktur yang kalau selesai dikerjakan dengan cepat bisa mengurangi biaya logistik. Dus, mutlak harus kita percepat. Meski pun dalam hati ini menyumpah: kok enak ya mereka itu? Dalam masa sulit ini infrastruktur harus dikebut. Terutama yang secara ekonomis bisa mandiri. Tidak perlu APBN. Kredit bank bisa lebih fokus ke arah ini. Toh kredit tersebut cukup aman. Kalau bisa, saat ekonomi pulih nanti, dua tahun lagi, infrastruktur tersebut sudah jadi. Demikian juga di bidang energi. Kita punya bom waktu yang kurang kita sadari. Saat kita melarang ekspor ore (tanah yang mengandung bijih nickel) tahun lalu, bayangan kita sangat indah. Kita larang ekspor bahan baku. Harus kita olah sendiri. Maka akan segera dibangun pabrik-pabrik peleburan nickel (smelter) di dalam negeri. Lalu, kita bisa segera ekspor bahan setengah jadi. Kelihatannya ideal dan beres. Dan memang sudah mulai banyak pengusaha yang membangun smelter. Tapi pabrik yang dibangun itu jenis yang memerlukan bahan bakar cooking coal. Batubara jenis khusus dengan kalori di atas 7.000. Batubara itu pun harus memiliki kandungan yang sangat khusus: sulfurnya maupun ashnya. Ternyata kita tidak punya jenis batubara ini. Indonesia memang penghasil utama batubara dunia, tapi tidak memiliki tambang cooking coal. Saya dengar ada sedikit di Kalteng namun belum ekonomis ditambang. Walhasil kalau semua smelter nickel itu nanti mulai berproduksi kita harus impor batubara jenis cooking coal dalam jumlah besar. Dari Tiongkok atau dari Australia. Sekali lagi kita terbelit dolar. Mau ekspor untuk mendapat dolar namun harus impor yang memakan dolar. Padahal biaya bahan bakar tersebut mencapai sedikitnya 40% dalam struktur biaya smelter nickel. Dari komposisi seperti itu terlihat bahwa pada dasarnya bahan baku smelter ternyata bukan ore. Melainkan cooking coal. Ini yang kurang kita pikirkan. Dan kini menggelisahkan. Karena itu, lewat tulisan ini saya mengundang lima orang ahli konversi energi. Atau siapa saja yang memiliki kemampuan \"menciptakan\" cooking coal ini. Mari kita membuat dan memproduksi cooking coal di dalam negeri. Hubungi saya di [email protected]. Maafkan, tolong, hanya yang merasa memiliki kemampuan di bidang ini yang mengirim email ke alamat itu. Mari kita diskusi. Kita pecahkan persoalan ini. Kita rancang sebuah pabrik pembuat cooking coal. Untuk mencukupi kebutuhan smelter kita. Kalau kita bisa pecahkan persoalan cooking coal ini, kita akan memiliki kenangan yang bersejarah. Berkat kesulitan ekonomi kita melahirkan terobosan yang bermanfaat. Adakah ide lain untuk membuat terobosan di bidang lain di masa sulit ini? (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: