SMA Idhata Tak Dapat Siswa Baru
BENGKULU, BE - Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sekolah memang sudah berakhir, namun adanya usulan sekolah negeri menambah daya tampung dari Standar Sekolah Nasional (SSN) dari maksimal 32 siswa/kelas menjadi standar pelayanan maksimal hingga 36 siswa/kelas berdampak buruk terhadap sekolah swasta. Penambahan kuota siswa itu membuat sekolah swasta kekurangan murid baru, bahkan ada sekolah yang tidak mendapatkan siswa baru sama sekali yakni SMA Idhata.
\"Tahun ini tidak mendapatkan siswa baru kelas x, tapi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan bagi kelas XI dan XII,\" ungkap kepala SMA Idhata, Rukiyah SPd pada BE kemarin.
Ia menjelaskan, siswa kelas XI dan kelas XII di sekolah inipun pun jumlahnya tidak banyak. Walaupun begitu proses belajar mengajar di sekolah ini masih berlanjut.
Minimnya peserta yang mendaftar, mungkin disebabkan sarana dan prasarana, sertakian terbuka luasnya sekolah negeri menerima siswa baru.
\"Sekolah negeri terus bertambah dan membuka lokal baru, apalagi sekolah negeri fasilitasnya bagus, \" katanya. Hal yang sama diungkapkan kepala SMKS 19 Yayasan Budi Mulya, Lismiarti, untuk tahun ini jumlah peserta didik baru di sekolahnya sangat merosot dibanding dua tahun lalu, penurunanya itu mencapai 50 persen.
Menurunnya penerimaan peserta didik baru itu lantaran perubahan pola PPDB.
\"Kalau dua tahun lalu, pelaksanaan PPDB SMA dan SMK itu serentak,maka dua tahun ini polanya PPDB SMA dan SMK terpisah, otomatis yang tidak terdaftar di SMA bisa daftar ke SMK, \" katanya.
Jika tahun lalu SMKS 19 bisa menerima sebanyak 30 siswa, maka tahun ini yang mendaftar hanya 15 orang. Jumlah itu pun kemudian berkurang dengan adanya 2 siswa yang telah mendaftar ulang kemudian mencabut berkasnya, dan siswa yang hilang tidak masuk tanpa keterangan sebanyak 5 orang.
Diakui Lismiarti peserta didiknya tidak memenuhi standar minimal kelas yang seharusnya diisi 12 orang, namun proses kegiatan belajar mengajar terus berlangsung. Ini akan menguntungkan para siswa, karena metode pembelajaran mereka layaknya bimbingan belajar. Namun secara operasional sekolah sangat dirugikan, karena dengan jumlah siswa yang sedikit maka bantuan operasional sekolahpun akan kecil.
\"Operasional inilah yang sulit mengaturnya, untuk saat ini saja kita masih mengandalkan yayasan, \" cetusnya.
Lalu apakah SMKS 19 akan ditutup? Ditanya hal ini Kepala Sekolah tidak mengetahui pasti, namun jika pengembangan sekolah negeri terus dilakukan, maka akan mengancam keberlangsungan sekolah swasta. Ia berharap pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan lebih berkomitmen dan menegakkan aturan kepada sekolah negeri.
\"Kalau standarnya harus menerima 32 siswa ya harus dipenuhi, jangan mengajukan penambahan lagi, \" katanya. (247)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: