Istri Hamil, WNA Prancis Tambah Izin Tinggal

Istri Hamil, WNA Prancis Tambah Izin Tinggal

PADANG JAYA, BE - Tiga orang Warga Negara Asing (WNA) asal Prancis terdiri satu keluarga, Zairi Randi (25), Koehler Laura Chritelle (24) dan Zairi Anas (2) yang tinggal sementara di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafi Desa Arga Mulya, Kecamatan Padang Jaya untuk memperdalam ilmu agama diketahui menambah izin tinggal.

Di dalam visa mereka yang dikeluarkan pihak imigrasi menyatakan mereka akan memperpanjang izin tinggal sampai bulan September akhir. Alasan WNA asal Prancis ini memperpanjang izin tinggal karena isteri dari WNA bernama Zairi Randi, Koehler Laura Chritelle sudah hamil 8 bulan.

Sehingga WNA ini memilih melahirkan di Ponpes, ditakutkan jika tida melahirkan di Ponpes akan melahirkan di tengah jalan saat mereka pulang ke negaranya nanti. WNA yang memperpanjang visa izin tinggal ini dikatakan Kepala Desa Arga Mulya, Janoto, seharusnya mereka sudah pulang tanggal 31 Agustus. Namun mereka menambah izin tinggal karena isteri WNA hamil 8 bulan, dan mereka lebih memilih melahirkan bayinya disini.

\"Semua persyaratan izin tinggal sudah ditunjukkan kepada saya, tidak ada masalah semuanya memenuhi syarat dikeluarkan langsung pihak imigrasi. Saya juga sudah melihat langsung keadaan tiga WNA. Jika di pesantren mereka menggunakan bahasa inggris, yang mana Abu Toruf fasih menggunakan bahasa inggris. Wajar dia (Abu Toruf,red) fasih bahasa inggris, 11 tahun dia di Yaman,\" kata Janoto.

Dikatakan Janoto lagi, tiga WNA ini memang memperdalam ilmu agama Islam, karena baru dua tahun menjadi muslim. “Hal inilah yang mendasari mereka belajar islam di sini (Ponpes), selain biaya murah mereka bisa belajar Islam sepuasnya di Ponpes,” kata Janoto.

Ponpes yang dipimpin Abu Toruf sendiri mempunyai pengikut mencapai puluhan orang. Sudah ada 8 WNA yang mendatangi Ponpes yang dipimpinnya, 5 orang dari india dan 3 orang dari Prancis.

\"Abu Toruf mewarisi keeepemimpinan bapaknya, sebelum bapaknya meningga ia menuntut ilmu di Yaman selama 11 tahun. Jika sudah 11 tahun saya rasa dia banyak mengenal keadaan diluar negeri begitu juga dengan orangnya. Apalagi dari luar negeri tersiar kabar Abu Toruf mempunyai Ponpes, tentu orang luar negeri yang mengenal Abu Toruf mengirimkan saudara, teman atau keluarganya untuk memperdalam ilmu disini. Dari hasil perbincangan saya dengan Abu Toruf, biaya masuk pesantren di luar negeri sangatlah mahal,\" imbuh Janoto.

Pimpinan Ponpes Buat Pernyataan Di sisi lain, melihat banyaknya pertanyaan terkait banyaknya warga megara asing (WNA) yang mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Salafi, Desa Arga Mulya, Unit 4, Kecamatan Padang Jaya membuat Kepala Desa Arga Mulya, Janoto dan pimpinan Ponpes Salafi Arga Mulya, Abu Toruf membuat surat pernyataan terkait Ponpes Salafi ini.

Dijelaskan Kades Arga Mulya, Janoto, isi surat pernyataan diantaranya, ponpes berlepas diri dari semua organisasi dan golongan yang bertentangan dengan norma keagamaan yang murni, atau yang dilarang pemerintah.

Ponpes menentang segala bentuk anarkisme, fitnah, makar, baik yang mengatasnamakan jihad atau perjuangan dengan tujuan atau maksud menggulingkan pemerintahan yang sah.

Ajaran onpes sama sakali tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok anarki seperti, daulah islamiyah, ISIS, Alqaidah dan NII, ponpes mengakui kelompok tersebut adalah pembuat fitnah, kekacuan dan kerusuhan dikalangan umat islam.

\"Abu Turof sudah sepakat dengan saya selaku perwakilan masyarakat, membuat surat pernyataan yang menyatakan ponpes bersih dari segala kelompok islam yang melenceng dari ajaran Islam. Mereka juga berani bertanggung jawab penuh jika nanti ada dampak negatif atas WNA yang mereka terima masuk ponpes,\" jelas Janoto. Lebih lanjut Janoto mengatakan, pihak ponpes akan segera melaporkan kepada polisi jika WNA yang mereka terima terbukti terlibat dalam kasus kriminal atau terlibat didalam kelompok islam yang disebutkan didalam surat pernyataan tadi.

\"Dengan adanya surat pernyataan ini membuktikan Ponpes sudh sedikit terbuka kepada umum, meski kita sudah tahu mereka tetap berpendirian tidak mengibarkan bendera saat 17 Agustus lalu, hal tersebut masih kita maklumi dan hargai,\" imbuh Janoto.

Perlu diketahui, baik warga yang tinggal di dalam ponpes atau warga sekitaran Ponpes Salafi memang sedikit tertutup dengan masyarakat luar. Mereka tidak menikmati fasilitas televisi, sebab dalam ajaran mereka tidak diperbolehkan.

Komunikasi dan sosial dengan masyarakat luar juga dibatasi, mereka juga tidak mau di foto, menurut mereka befoto itu dosa.

\"Meski sosialisasi mereka kurang dengan masyarakat selain jemaah salafi, tapi mereka baik, sopan dan ramah. Terlepas dengan semua aturan ajaran mereka, yang menurut masyarakat luar terdengar janggal itu aturan mereka, tidak mengganggu masyarakat luar, kita menghormati aturan mereka,\" pungkas Janoto.(167)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: