Melihat Tradisi Kering Tabat Air Rambai

Melihat Tradisi Kering Tabat Air Rambai

Awalnya untuk Membangun Masjid, Kini Tinggal Mencari Ikan \"Ari,Layaknya kearifan lokal yang ada di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, yaitu lubuk larangan.  Rejang Lebong khususnya Kota Curup juga memiliki budaya yang hampir sama dengan lubuk larangan tersebut, yaitu kering tebat.  Kearifan lokal ini dimiliki oleh Kelurahan Air Rambai yang ada di jantung Kota Curup tersebut. Bagaimana tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Air Rambai tersebut masih eksis?  Berikut laporannya; ARI APRIKO, Curup MINGGU kemarin (7/6), ratusan masyarakat Air Rambai Kecamatan Curup memadati kawasan tebat Air Rambai yang berada di seberang Masjid Darussalam Air Rambai. Masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak hingga dewasa ini akan mengikuti budaya kering tebat yang dilaksanakan menjelang puasa setiap tahunnya. Saat dipersilakan masuk oleh pengurus masjid, ratusan warga langsung berebut masuk tebat dan langsung mencari ikan. Berbagai jenis ikan didapat masyarakat mulai dari gabus, nila dan sejumlah ikan lainnya.  Tebat atau aliran sungai kecil yang dibendung sehingga membentu sebuah waduk kecil yang memilik luas 3,5 hektar.  Dimana sebelum dilaksanakan budaya kering tebat, masyarakat dilarang untuk mengambil ikan di kawasan tersebut terutama dengan cara menjaring. Dalam tradisi ini setelah tebat dikeringkan, masyarakat dipersilahkan untuk mengambil ikan yang ada di dalam tebat. Hanya saja untuk jenis ikan mas tidak boleh dibawa pulang, melainkan diserahkan kepada pengurus masjid.  Karena pengelolaan tebat dilakukan oleh pengurus masjid setempat. \"Ikan mas yang diserahkan ke masjid nantinya akan kita jual, kemudian uang hasil penjualan akan digunakan untuk membangun masjid,\" aku Sudiryo, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Hanya saja menurut Sudiryo, saat ini tradisi kering tebat ini mulai mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan jaman. Beberapa pergeseran yang terjadi diantaranya pelaksanaan kering tebat yang dulunya hanya dilakukan setahun sekali, sekarang tergantung dengan kebutuhan bisa dilakukan enam bulan sekali. Kemudian saat ini ikan mas yang seharusnya dikembalikan ke masjid saat ini tidak lagi, namun diambil oleh warga. \"Kalau dulu, ada cucu warga sini yang membawa ikan mas dari tebat ini, pasti neneknya mengajak untuk melepaskannya kembali, kalau sekarang tidak lagi. Saat ini tradisi yang masih tinggal hanyalah menangguk secara bersama-sama saja,\" tambah Sudiryo. Menurut Sudiryo, dalam memanfaatkan lagi fungsi tebat untuk pembangunan masjid, ke depannya pihaknya akan menerapkan pola baru sehingga pemanfaatan tebat akan kembali untuk pembangunan masjid. Sementara itu, Wakil Bupati Rejang Lebong Syafewi SPd MM, melihat langsung tradisi tersebut. Syafewi yang merupakan warga asli Air Rambai menjelaskan potensi yang dimilik Tebat Air Rambai ini sangat besar terutama terkait dengan pelestarian air dan ikan. Menurut Syafewi, ke depannya pengelolaan tebat ini harus dilakukan dengan baik antara masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat Rejang Lebong sesuai dengan visi dan misi Bupati Rejang Lebong, H Suherman SE MM. \"Tebat ini bisa mencukupi kebutuhan ikan masyarakat Rejang Lebong khususnya Kota Curup, bila dikelola dengan baik,\" aku Syafewi. Hanya saja menurut Syafewi tebat Air Rambai tidak seperti dulu lagi, dimana saat ini airnya sedikit banyak sudah terkontaminasi oleh limbah rumah tangga, dimana sudah banyak limbah rumah tangga khususnya dari kawasan hulu tebat yang dialirkan ke dalam tebat. \"Kalau dulu bukan hanya warga Air Rambai yang ikut mencari, namun juga dari desa atau kelurahan tetangga,\" cerita Syafewi. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: