6 tahun Tinggal di Gubuk, Tak Pernah Dapat Bantuan
Hidupi 6 Anak, untuk Makan pun Susah Keluarga Ali Rosman Daulai (40) dan sang istri bernama Yunita (39) sudah 6 tahun ini tinggal di gubuk kumuh berukuran tak lebih dari 3 x 4 meter. Mirisnya, gubuk kecil itu tak hanya mereka yang menempati, melainkan bersama 6 orang anaknya dan 2 ekor angsa peliharaannya. Dan lebih miris lagi, tak sekalipun keluarga ini mendapat bantuan dari pemerintah. Bagaimana kisahnya? Simak laporan berikut. ==================== EKO PUTRA MEMBARA, Kota Bengkulu ==================== MIRIS, inilah kata-kata yang keluar pertama saat melihat keadaan keluarga besar ini. Sudah 6 tahun, Ali Rosman bersama istri dan 6 anaknya tinggal di Gang Rukun RT 17 Kelurahan Sawah Lebar Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu ini. Gubuk yang tak layak huni berukuran 4x3 meter ini pun hanya berdinding terpal dan beratapkan seng bekas dan bambu. Keluarga yang telah bersama sejak 10 tahun ini, memiliki 6 orang anak yang masih kecil-kecil. Yang lebih mirisnya lagi, gubuk yang berukuran sempit tersebut, dihuni bersama hewan peliharaannya, yakni 2 ekor angsa. Karena keluarga ini, tak dapat membuatkan rumah untuk hewan peliharaan, sehingga terpaksa, keluarga ini meletakkan peliharaan ternaknya di dalam gubuk yang berukuran sempit tersebut. \"Kami hidup di sini sudah selama 6 tahun, karena kami tak memiliki tempat tinggal lagi kecuali di sini,\" ungkap sang istri Yunita (39) kepada BE. Gubuk itu pun bukan dibangun di tanah miliknya, melainkan di atas lahan milik orang lain. Keluarga ini menempati dengan sistem sewa. Dalam satu tahunnya, keluarga ini harus membayarnya sebesar Rp 1,5 juta. Sang suami yang berprofesi sebagai tukang pengumpul barang bekas ini, tidak tidak dapat berbuat banyak untuk dapat hidup layak bersama sang keluarga. Sedangkan sang istri yang berprofesi serabutan ini, hanya dapat menanam sayuran di lahan yang ia tumpangi. \"Tanah ini, kami sewa pertahun kami bayar Rp 1,5 juta. Karena kami tidak punya uang untuk dapat memiliki rumah sendiri. Jangankan untuk buat rumah, untuk makan saja kami masih susah,\" tambahnya dengan nada datar. Ketika datang musim kemarau kata Yunita, ia pun tak dapat memanen sayurannya karena banyak mati kekeringan. Dengan begitu, ia tak dapat menjual hasil sayurannya. Hal tersebut, membuat keluarga ini semakin tambah merasakan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. \"Kalau kering gini, kami ngak bisa jualan sayur karena banyak yang mati. Tapi kalau dapat jualan, lumayan bisa untuk beli beras untuk makan anak-anak,\" paparnya. Yang lebih disayangkan lagi, ketika BE mencoba menanyakan tentang bantuan. Ternyata keluarga besar ini, tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sehingga ia bersama keluarganya, hanya dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencukupi kebutuhan makan sehari-hati. \"Kami belum pernah sama sekali mendapat bantuan ketika tinggal di sini. Tapi apalah mau dikata, mungkin beginilah nasib kami,\" pungkas Yunita. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: