Mengenal Tiga Batu Sumatera yang Kian Diburu

Mengenal Tiga Batu Sumatera yang Kian Diburu

MAKIN banyak saja penggemar batu mulia nusantara. Bahkan beberapa penggemar rela mengeluarkan uang hingga ratusan juta hingga miliaran jika menemukan batu yang benar-benar unik dan disukai. Batu bukan hanya digemari  karena keindahannya, tapi ada pula yang menilainya memiliki energi dari alam. Batu-batu yang dianggap punya energi itu di antara lain batu lavender, chalcedony, dan blue sky. Berikut profil ketiga batu tersebut.

Batu Lavender

\"akik_lavender\"

Batu lavender yang diklaim dapat membangkitkan aura positif pemakainya. Dinamakan lavender karena warna batu ini ungu lembut mirip warna bunga lavender. Ciri khas lainnya, lavender memiliki serat batu mirip punggung kura-kura.

Salah seorang pedagang batu lavender di Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta, Syuhaib, 25, menuturkan, yang paling banyak diburu adalah batu lavender Baturaja. Karena lavender dari kota di Provinsi Sumatera Selatan itu memiliki kualitas lebih baik daripada lavender-lavender kota lainnya.

“Banyak batu yang hampir mirip dan dinamakan lavender. Tapi tetap tak bisa mengalahkan (lavender) Baturaja,” ungkap Syuhaib.

Sekilas, lavender Baturaja mudah dikenali dari warna ungunya yang cenderung soft ada pula yang ungu pekat. Untuk harga, lavender Baturaja bisa terjual di angka Rp 3,5 Juta hingga Rp 15 Juta tergantung warna dan ukurannya. “Harganya di bawah fire opal dan di atas chalcedony. Lavender cenderung stabil,” kata Syuhaib.

Daya tarik lavender didukung manfaat yang dipercaya sebagian pecinta batu mulia sebagai pembangkit aura positif dan pembawa ketenangan. Warna ungu yang soft dan mengkilap juga dianggap dapat meredam amarah.

Batu Chalcedony

\"akik_chaldenoy\"Kualitas chalcedony dari Pulau Sumatera tak perlu diragukan lagi. Termasuk batuan dari Baturaja, Sumatera Selatan. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Solo, chalcedony high quality itu banyak ditemukan di Desa Simpang Empat, Talang Ogan, Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Warga sekitar menamakan batuan chalcedony sebagai batu spiritus karena warnanya menyerupai cairan spiritus. Penemunya dikenal sebagai Kakek Kunik pada era 1980-an. Karena usia telah uzur, kegiatan penambangan dilanjutkan cucunya, Saiful Sadat.

Keberadaan batuan ini memang dapat mengangkat perekonomian warga sekitar. Namun yang tak kalah pentingnya adalah mencegah eksploitasi besar-besaran agar deposit batu berharga ini tak cepat habis. Selain itu, kelestarian alam juga patut dijaga agar chalcedony Sumatera tetap menjadi raja.

Batu Blue Sky

\"akik_bluesky\"Di Sumatera, ada pula batu yang dinamakan blue sky. Warnanya memang memukau layaknya langit yang membiru. Batu keluarga chalcedony ini juga menjadi buruan kolektor.

Adalah Wak Jai, menemukan batu ini pada 1975 di Desa Simpang Empat, Kecamatan Lengkiti. Tepatnya di tepi Sungai Lengkiti.

Wak Jai kemudian mengolahnya dengan tradisional untuk dijadikan batu cincin? Setelah dipasarkan, ternyata responsnya cukup luar biasa. Pamornya diklaim mengimbangi batu sunkis, akik darah, anggur, dan pancawarna.

Tak pelak, perajin lainnya berbondong-bondong ikut mengasahnya. Karena melihat peluang pasar yang menggiurkan. Penggemar juga tak hanya dari Tanah Air, namun juga dari Taiwan, Jepang, Tiongkok, dan negara lainnya.

Kekerasan blue sky sama dengan chalcedony dari Sumatera lainnya. Yakni 7 skala mohs. Tapi tidak semua batu yang ditambang masyarakat masuk dalam kualitas blue sky. Banyak batu yang ditemukan kualitasnya lebih rendah, sehingga dikenal sebagai biru tinta, dan lavender. (irw/wa/Jawa Pos Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: