Burung Betet, Hama Petani di Enggano

Burung Betet, Hama Petani di Enggano

BENGKULU, BE - Pulau Enggano memiliki jumlah penduduk sekitar 3 ribuan orang, dan mayoritas bekerja sebagai petani dan nelayan. Walaupun termasuk daerah terpencil di Kabupaten Bengkulu Utara, pulau Enggano ini memiliki potensi alam yang luar biasa dengan hamparan hutannya yang luas. Tak heran jika orang yang berkunjung akan melihat banyaknya berbagai jenis burung, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Namun ada salah satunya burung yang meresahkan para petani buah yaitu burung betet yang menjadi hama. Pasalnya, burung ini sering memakan buah-buahan yang ditanam oleh petani sehingga menyebabkan kerusakan pada hasil yang dipanen. Dan hal tersebut membuat petani rugi karena bekas kerusakan yang ditimbulkan burung betet tersebut menurunkan harga jual. Hampir semua petani yang ditemui BE mengeluhkan hal yang sama, salah satunya Roni Kauno seorang petani kebun pisang. \"Saya memiliki kebun pisang, namun sering dirusak oleh burung betet yang memakan beberapa biji dari pisang tersebut, sehingga harga jual pisang tersebut turun,\" ujar Roni. Untuk 1 tandan pisang biasanya dihargai sebesar Rp 30 ribu, namun harga tersebut tergantung dari kualitas dan keutuhan pisang, jika ada salah satu biji pisang yang mengalami cacat atau busuk maka harga akan diturunkan bahkan bisa mencapai Rp 20 sampai Rp 15 ribu per tandannya. \"Terlebih lagi jika hama burung betet ini menyerbu secara bergerombolan, bisa-bisa pisang tersebut tidak layak jual lagi,\" tukasnya. Selain itu dia Roni juga menambahkan, biasanya para petani melindungi pisangnya dengan menggunakan jaring, namun masih selalu ada celah untuk dia merusaknya. Selain itu untuk menangkap burung ini cukup sulit sebab menurut petani betet ini merupakan burung yang pintar karena bertindak tanpa sepengetahuan petani. \"Tetapi ketika burung ini ketangkap biasanya langsung dibunuh, ataupun jika ada orang luar yang ingin membelinya kami jual,\" tambahnya. Burung paruh bengkok yang masih satu jenis dengan kakak tua ini banyak dihidup di dataran pulau enggano, mudah untuk dikenali karena memiliki tubuh yang besar dengan corak warna yang terang seperti hijau, merah, biru, kuning dan putih. Burung ini suka tinggal di hutan-hutan dengan rerimbunan pohon yang besar terutama dekat dengan aliran sungai. Namun sayangnya walaupun dengan corak keindahannya yang menawan, telah menjadi hama yang merugikan para petani. Hal tersebut tidak bisa terlalu disalahkan karena sudah kodratnya sebagai burung pemakan bijian dan buahan, sehingga walaupun musuh bagi petani tetapi juga harus dilestarikan. (cw3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: