Ini yang Harus Diperhatikan Ibu Hamil saat Bepergian Jauh

Ini yang Harus Diperhatikan Ibu Hamil saat Bepergian Jauh

\"hamil_wanita\"MESKI sedang hamil muda, Lya Zulfa, 27, tetap ingin menikmati liburan bersama suami tercinta. Usia kandungannya memasuki bulan ke-4 saat Lya berencana menghabiskan liburan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pengalaman pertama memiliki anak menjadikan Lya terlebih dahulu berkonsultasi kepada dokter kandungannya. Setelah dinyatakan baik-baik saja, perempuan asal Brebes, Jawa Tengah, itu segera mengepak perlengkapan liburan dan tidak sabar menanti hari keberangkatan.

”Padahal, saya belum pernah naik pesawat. Entah kenapa waktu hamil malah ingin liburan. Ngidam-nya aneh, ya,” ujar lulusan Sastra Inggris Universitas Diponegoro itu.

Di perjalanan, Lya juga senantiasa menyiapkan camilan berupa buah-buahan dan air putih yang cukup. Camilan buah sengaja disiapkan untuk berjaga-jaga jika dia kekurangan serat dan asupan vitamin saat liburan.

Usia kehamilan Lya yang hampir masuk minggu ke-18 memang telah dinyatakan aman untuk bepergian. Para ahli kandungan bersepakat bahwa usia kandungan yang memasuki trimester 2 (4–6 bulan) adalah masa-masa terbaik untuk melakukan perjalanan. Kurang dari waktu tersebut, kandungan masih rawan keguguran dan keluhan-keluhan awal kehamilan masih sering muncul.

”Trimester pertama adalah fase awal implantasi. Janin sudah menempel, tapi masih belum terlalu kuat. Jadi, risiko abortus masih tinggi,” ungkap dr Pungki Mulawardhana SpOG, spesialis obstetri dan ginekologi RSUD dr Soetomo, Surabaya.

Jika sang ibu memang terpaksa melakukan perjalanan, dokter dapat memberikan obat penguat kandungan dengan dosis yang dianjurkan.

Pada masa itu, para ibu juga sering mengalami morning sickness yang ditandai dengan mual dan pusing. Ibu juga gampang lelah dan emosi cenderung naik turun karena perubahan hormonal.

\"Pada trimester kedua sudah masuk fase paling nyaman. Morning sickness tidak terlalu mengganggu, janin sudah menempel kuat, dan perut ibu juga belum terlalu besar,” ujar Pungki.

Masa-masa rawan akan kembali muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga. Beberapa maskapai penerbangan bahkan tidak mengizinkan ibu untuk terbang pada usia kandungan di atas 34 minggu.

Pada masa itu, risiko timbulnya kontraksi dan persalinan memang lebih besar. Pesawat juga diharuskan untuk segera mendarat jika penumpang mengalami kontraksi.

”Tapi, setiap ibu memang memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ada yang berisiko tinggi, ada juga yang tidak. Terpenting adalah perbanyak istirahat dan asupan gizi yang cukup selama perjalanan. Jangan lupa, konsultasikan ke dokter sebelum memulai perjalanan,” ujar Pungki.

Selain usia kandungan, riwayat kehamilan harus diperhatikan. Hal itu diungkapkan dr Eighty Mardiyan Kurniawati SpOG (K), spesialis obstetri dan ginekologi RSUD dr Soetomo, Surabaya. Ibu perlu berpikir ulang jika memiliki riwayat pendarahan, flek yang masih berulang, riwayat pecah ketuban dini, dan bermacam komplikasi lainnya.

”Kondisi kehamilan memang sangat individual pada masing-masing orang. Yang penting, ibu tidak terlalu memaksakan hingga lelah berlebihan,” ujar dokter yang juga berpraktik di RS PHC Surabaya itu.

Jika melakukan perjalanan udara, waktu terbang yang disarankan adalah kurang dari dua jam. Lebih dari itu, sebaiknya ibu memilih jalan transit atau transfer penerbangan. Perjalanan darat, ujar dr Eighty, diusahakan tidak lebih dari enam jam perjalanan.

”Sering-sering selonjorkan kaki atau tempatkan pada posisi agak tinggi. Jangan terlalu lama ditekuk karena akan memicu pembengkakan dan aliran darah terhambat,” ujar dia. Pilih juga baju yang berbahan katun dengan desain tidak ribet karena ibu sering kali berkeringat lebih dan butuh ke toilet.

Untuk camilan, pilih yang tidak berkalori berat. Saat hamil, fungsi pencernaan ibu memang sedikit berbeda. Karena itu, konsumsi camilan yang tidak terlalu mengenyangkan agar frekuensi makan ibu tetap sering.

Pada masa kehamilan memasuki usia trimester tiga, ibu juga sering kali rawan merasakan kontraksi palsu. ”Tetap harus berhati-hati karena kelelahan saat perjalanan juga dapat memicu kontraksi sebenarnya. Jadi, tetap perlu waspada,” kata dia. (rim/c10/c6/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: