Yakin Bengkulu Semakin Maju, Anggap Tuduhan sebagai Ujian

Yakin Bengkulu Semakin Maju, Anggap Tuduhan sebagai Ujian

Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah Menjawab \"wawancara Hampir 24 bulan memimpin Bengkulu, Gubernur H Junaidi Hamsyah terus bekerja keras. Banyak pekerjaan rumah yang sudah diselesaikan tapi ada juga yang masih terhambat. Pencapaian yang layak terjadi dalam rentang waktu itu. Gubernur juga memaparkan harapannya terhadap Bengkulu yang tengah berusia 46 tahun. Sejalan dengan pencapaian itu, Bengkulu masih berjuang keras mengatasi angka penggangguran dan kemiskinan. Terkait pencapaian dan tantangan menata Bengkulu dan tuduhan yang selama ini terjadi, Bengkulu Ekspress berkesempatan mewawancarai Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah. Berikut petikan wawancaranya. Hampir genap 2 tahun kini Pak Junaidi menjabat sebagai Gubernur Bengkulu. Apakah dulu pernah berpikir bisa mengemban amanah sebagai gubernur? Sesungguhnya jangankan bercita-cita jadi gubernur, bermimpi saja saya tidak pernah. Hanya dalam perjalanan peralihan dari orde lama hingga reformasi itu ada sistem yang membuka ruang bagi siapa saja untuk menjadi kepala daerah. Dan peluang ini menyeret saya sampai ke pusaran itu untuk diamanahkan sebagai gubernur. Tantangan sekaligus amanah ini tentunya bagi saya akan dijalankan semaksimal mungkin. Artinya Pak Junaidi menganggap amanah ini merupakan takdir. Karena tidak diprediksi Bapak diberikan mandat sebagai sebaga gubernur? Ya, saya menyatakan ini memang lebih kepada takdir. Dalam artian kita telah berusaha. Apakah Pak Junaidi merasa ada tanda-tanda tertentu jika akan menjadi gubernur? Ada hal yang memang sedikit aneh dan saksi hidupnya masih ada. Saya itu ketika lahir tidak menangis. Awal yang saya sebutkan adalah kalimat tauhid baru menangis. Karena keanehan itu dukun bayi itu menyampaikan kepada keanehan itu kepada ayah ngapo anak kamu ini idak samo dengan anak yang lain. Yang kedua, saya percaya ketulusan doa. Ceritanya kalau libur sekolah saya motong karet untuk membiayai sekolah. Kalau tidak musim karet sayo ngetam. Karena posisi badan saya kecik membawa beras yang berat sampai temerah muko. Ada tokoh masyarakat M Zain namanya. Dia mengatakan la ndak nian kau sekolah nak. Mudah-mudahan kau jadi orang besak. Kakak ipar jugo menyampaikan mudah-mudahan jadi orang. Memang tidak disebutkan secara spesifik menjadi apa. Tapi itulah yang saya rasakan mungkin tanda-tanda itu. Siapa gubernur yang pertama kali Pak Junaidi lihat langsung? Pak Razie (Gubernur Razie Yahya) yang saya lihat pertama kali. Tapi waktu persisnya saya lupa. Seingat saya waktu saya masih di PGA (Pendidikan Guru Agama) Dalam kurun waktu sejak dilantik sebagai gubernur definitif, apa pencapaian penting yang bisa Bapak sampaikan? Yang pertama masuknya maskapai Garuda yang sudah dinantikan selama 29 tahun. Kemudian perubahan status STAIN menjadi IAIN, menjadikan Bengkulu sebagai embarkasih haji antara, meraih status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Bisa diceritakan bagaimana prosesnya mewujudkan pencapaian tersebut? Dalam bahasa daerah sering dikatakan pola kerja saya ini bebal unyul. Dak tembus di kantor di rumah, dak tembus pagi, sore. Itulah yang saya lakukan untuk mewujudkan semua pencapaian itu. Membujuk masuk Garuda beroperasi di Bengkulu memang tidak mudah. Ini pun diakui Pak Causa Iman Karana (Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu kala itu) jika Garuda punya standar dan prasyarat yang tinggi untuk masuk ke suatu daerah. Dan hadirnya Garuda itu menjadi salah satu penanda ekonomi kita maju. Saya menghadap Dirut Garuda Emirsyah Satar. Waktu itu saya menyampaikan secara tegas jika Garuda mengulur-ulur tanpa kepastian, coret saja Bengkulu dari daftar. Akhirnya Pak Emirsyah Satar berkata jujur kepada saya jika Garuda kekurangan pesawat. Dan berjanji jika armadanya cukup Bengkulu akan secepatnya dioperasikan Garuda, apapun kondisi Bengkulu. Saya katakan saya pegang janjinya dan saya akan buktikan Bengkulu sanggup menghidupi Garuda. Dan ternyata sekarang Garuda sudah 2 kali penerbangan di Bengkulu. Pak Emirsyah Satar pun sampai telepon mengucapkan terima kasih karena tidak menyangka jumlah penumpang Garuda Bengkulu bisa diatas 85 persen setiap harinya. Soal embarkasih haji antara, Bengkulu sudah lebih dulu dibanding Jambi. Kita 2 tahun berhasil diwujudkan. Jambi sendiri tahun ini merupakan tahun ke-7 mereka berjuang untuk mewujudkan embarkasih haji antara. Waktu itu saya menghadap Dirjen Umroh dan Haji Anggito Abimanyu bersama Ketua DPRD Provinsi jika Bengkulu punya komitmen terhadap pelayanan haji. Sebagai buktinya kita siap mengalokasikan dana transportasi haji. Apa yang menjadi syarat kita akan penuhi. Akhirnya kita diberikan kesempatan menjadi embarkasih haji antara. Ketika memperjuangkan IAIN dihadapan MenPAN RB. Waktu itu ada saya, Pak Walikota dan Pak Sirajudin (saat itu Ketua STAIN). Saya sempat mempertanyakan kenapa dari 5 daerah yang diubah statusnya dari STAIN menjadi IAIN, Bengkulu tidak masuk. Saat itu kita berbarengan dengan Solo. Padahal lahan kita luas, begitu juga dengan fasilitas memadai. MenPAN RB waktu itu menjawab dan mengarahkan jika bisa disatukan antara STAIN Curup dan Bengkulu. Karena informasi yang mereka terima jarak antar keduanya hanya 20 kilometer saja. Mendengar pernyataan MenPAN saya kaget dan mempertanyakan darimana informasi itu. Ternyata ada laporan yang memberikan informasi salah tujuannya untuk menggagalkan peralihan status tersebut. Akhirnya saya jelaskan dan yakinkan MenPAN RB jika informasi itu salah. Begitu juga dengan Menag, saya juga luruskan informasi yang menyesatkan itu sehingga proses peralihan status STAIN menjadi IAIN berjalan mulus. Mengenai predikat WTP saya sempat marah sampai harus menggebrak meja. Waktu itu saya sampaikan jika saya tidak pernah mengatur proyek sekecil apapun, makanya saya minta pertanggungjawaban keuangan harus beres. Makanya dilakukan konsultasi dan koordinasi dengan BPK bagaimana pengelolaan keuangan yang baik dan benar. Ternyata ada masalah soal temuan-temuan BPK terdahulu yang belum tuntas sehingga menjadi ganjalan Pemprov untuk meraih predikat tersebut. Misalnya saja soal proyek jembatan muara. Akhirnya saya sampaikan jika masalah itu sudah masuk ranah hukum sehingga BPK pun memahami. Namun yang terberat dalam prosesnya adalah pendataan aset. Tapi saya tegas agar semua aset daerah diinventarisir dan didata. Kerja keras ini berbuah predikat WTP pertama bagi Pemprov. Selanjutnya mempertahankan itu lebih ringan. Dan dari itu kita mendapat reward dari pusat melalui royalti APBN sebesar Rp 2 miliar. Soal birokrasi, bagaimana Pak Junaidi membenahinya agar menjadi birokrasi yang melayani bukan birokrasi yang minta dilayani? Saya memang berupaya keras mengubah mindset birokrat agar bisa bekerja keras. Saya tegas di depan umum menyampaikan bahwa tidak ada setoran ke gubernur untuk mendapatkan jabatan. Tidak serupiah pun saya minta. Kalau ada yang bayar itu pasti salah pintu dan tidak masuk dengan saya. Begitu juga soal kenaikan pangkat juga saya perhatikan. Terutama yang pangkatnya mentok agar bisa diberikan pertimbangan. Memang banyak yang mengganggap saya sok suci dan sok bersih. Tentunya untuk membenahi birokrasi  memang tidak mudah, tapi ini menjadi tantangan bagi saya. Jadi bagaimana standar penilaian birokrat? Ya tentunya saja berdasarkan kinerja. Jadi yang kinerja kurang kita rotasi. Dan sampai sekarang saya tetap memberlakukan dalam penjejangan karir tidak pakai setor. Tapi itu tadi memang menimbulkan tantangan besar. Misalnya di-PTUN-kan. Lantas bagaimana Pak Junaidi memantau kinerja aparaturnya? Saya menerapkan lagi koordinasi berjenjang. Eselon II diawasi eselon III, begitu juga dengan eselon III diawasi eselon II hingga Sekda. Tidak boleh seluruh eselon II menghadap saya, kecuali urgen atau saya panggil. Karena di bawah saya ada Sekda dan asisten. Ketika ada masalah misalnya jalan, saya tanya dengan Asisten II. Sehingga Asisten II mempertanyakan SKPD yang di bawahnya. Bahkan untuk urusan koordinasi ke pusat, tidak mesti eselon II tapi saya arahkan eselon III sebagai bentuk kaderisasi. Saya ingin pada level eselon II sudah tahapan manajerial dan berjiwa entrepreneur. Jadi kerja birokrat itu tidak hanya menghabiskan anggaran, tapi juga bagaimana mengelola dan menghasilkan anggaran. Soal pemerataan pembangunan bagaimana Pak Junaidi membagi ‘kue provinsi’ untuk kabupaten/kota? Tentu kita bagi sesuai dengan usulan daerah masing-masing dan hasil Musrenbang. Secara jumlah tiap tahunnya dana yang kita gelontorkan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Misalnya tahun 2012 sebesar Rp 190,812 miliar, meningkat di tahun 2013 menjadi Rp. 287,537 miliar dan tahun 2014 menjadi Rp. 491,759 miliar. Rincian berapa besaran masing-masing kabupaten/kota akan saya sampaikan secara resmi dalam pidato HUT Provinsi Bengkulu di sidang paripurna DPRD Provinsi. Bengkulu berulang tahun ke 46 tahun. Bagaimana pandangan Pak Junaidi terkait kondisi Bengkulu di usia tersebut? Di umur tersebut dianggap telah dewasa dan jika berkaca dalam psikologi manusia masuk tahapan puber kedua. Biasanya lebih bersolek. Artinya inilah saat Bengkulu dinilai manis. Dan ini dibuktikan Bengkulu menjadi daerah yang aman dan nyaman. Dari sudut pandang Pak Junaidi tantangan terbesar bagi Bengkulu untuk maju menyaingi daerah lain? Harus diakui sumber daya manusia (SDM). Karena tidak semua bisa mengandalkan gubernur. Tapi juga harus memiliki birokrasi yang memang bisa diandalkan. Tidak mesti harus diperintah baru jalan. Namun ada inisiatif untuk berinovasi agar ada program yang bisa memajukan Bengkulu. Kemudian soal anggaran yang terbatas juga harus diakui pula menjadi kendala. Saya pernah panggil Dinas PU untuk menghitung berapa biaya membenahi jalan provinsi. Justru mereka tertawa dan menanyakan apakah saya serius. Ternyata setelah dihitung dengan panjang jalan provinsi lebih dari 1.700 km butuh dana di atas Rp 2 triliun. APBD kita baru sekarang sudah menembus angka Rp 2 triliun. Pantas saja mereka tertawa. Kalau kita anggarkan, pastinya tidak bisa belanja. Bagaimana mengatasinya tantangan dan hambatan tersebut? Soal SDM itu seperti yang saya jelas tadi kita melakukan pembenahan dan melakukan reformasi. Mulai dari perekrutan yang dilakukan secara bersih dan transparan menggunakan sistem komputerisasi CAT. Penempatan jabatan sesuai dengan kinerja dan tanpa setoran. Soal anggaran kita melakukan penghematan.  Memang ini bukan keberhasilan saya pribadi karena ada pusat moratorium CPNS, honorer dikurangi sehingga ada  uang disisihkan bisa gunakan untuk pembangunan Sekarang ini komposisi anggaran provinsi 55 persen biaya pembangunan, 45 persen biaya pegawai. Dengan anggaran yang terbatas itu kita lakukan pembangunan prioritas. Misalnya pembangunan jalan saya memberikan arahan agar dipastikan memotong jarak dan jalan usaha tani. Apakah yakin Bengkulu bisa lebih maju ke depan? Sangat yakin dan optimis Bengkulu bisa maju lebih cepat. Dengan potensi yang ada Bengkulu punya peluang. Makanya saya sudah menginstruksikan kepada jajaran saya terutama kepala dinas agar jangan hanya bisa melakukan perjalanan dinas ke Jakarta saja. Tapi turun ke lapangan dan daerah-daerah melihat potensi dan apa kebutuhan masyarakat di bawah. Nah, hasil temuan lapangan ini direalisasikan dengan program dan pengganggaran. Di sisa setahun masa jabatan ini, apa prioritas pekerjaan yang akan dilakukan? Beberapa program kita sudah on the track misalnya PAD (pendapatan asli daerah), PDRB (produk domestik regional bruto). Yang masih harus dituntaskan adalah bagaimana pengentasan kemiskinan dan penggangguran. Makanya salah satu upaya yang kita lakukan adalah memberdayakan PTSP (pelayanan terpadu satu atap). Dengan mempermudah perizinan ini kita berharap investasi akan masuk. Begitu juga yang sudah berinvestasi perpanjangan perizinan juga kita mudahkan, bahkan dengan jemput bola tanpa pungutan apapun. Terkait kasus yang disangkakan ataupun tuduhan-tuduhan yang belakangan ini mencuat apa klarifikasi Pak Junaidi? Pertama masalah RSUD M Yunus. Saya menyerahkan semuanya kepada penegak hukum. Dan saya meyakini penegak hukum menetapkan seseorang sebagai tersangka itu ada sebabnya. Ada bukti dan ada saksi. Saya jangankan menerima honor, melihat saja tidak pernah. Itu sejak saya jadi Wagub sampai sekarang. Yang bisa saya lakukan adalah membenahi manajemen RSUD M Yunus. Dan terbukti di tangan Bu Desy utang Rp 23 miliar sudah lunas dan surplus Rp 30 miliar. Itu dilakukan kurang dari 2 tahun. Kedua tentang capek Bangun Bengkulu. Itu saya jelaskan saat konferensi pers usai menijau eksplorasi PT Total saya sampaikan, tolong jangan dipelintir kita capek loh mengundang investor ke Bengkulu. Ternyata yang keluar seperti itu. Saya sempat sowan ke Datuk Razie membawa beberapa publikasi media dan berdiskusi beliau. Sehingga belia pun sempat menyampaikan kasih dengan saya. Begitu juga soal Merdeka. Maksud saya itu sebagai kritik jika Bengkulu bagian dari NKRI. Misalnya kalau sompel jalan di Pantura cepat sekali, sedangkan di kita justru lambat. Inilah yang jadinya sakitnya di daerah. Kemudian soal saya belago dengan Pak Bando saya tidak tahu itu. Seingat saya hanya salam, kemudian cipika cipiki. Cakmano nak belago di sana ada Pak Danrem dan Pak Kapolda. Dan logikanya jika saya menyakiti Pak Bando, harusnya beliau melaporkan itu ke Polda. Nah, ini tidak justru melapornya ke media. Terakhir soal Pak Zainal, Pemilihan Putri Citra. H-10, dia menghadap melaporkan ada kegiatan tersebut. Saat itu dia menyampaikan butuh dana dan mau pinjam mobil. Saya sampaikan masukkan surat dan proposalnya. Kalau anggaran dengan jumlah besar tidak bisa mendadak, tapi mobil bisa diupayakan. Nah, sampai malam saya hadir, surat yang saya minta belum ada. Waktu saya hadir juga bertepatan dengan rapat Bunda PAUD di mana Bengkulu memperebutkan juara 1 nasional. Ketika sampai di acara tidak ada respek dan saya dimarahi seperti anak kecil, saya pikir ada acara yang lebih penting makanya pilih meninggalkan acara itu. Jadi itu ceritanya, kalau orang bilang itu merajuk ya silahkan saja. Dan dari semua yang terjadi itu saya melihat ini sebagai ujian dan tantangan. Dan masyarakat bisa memilah memilih dan menilai apa yang terjadi. Tahun 2015, Pilkada serentak bergulir termasuk Provinsi Bengkulu. Apakah Pak Junaidi akan ikut kembali berkompetisi? Regulasinya kan belum jelas. Bagaimana aturan mainnya belum jelas. Saya yakin masing-masing partai akan mensurvei kandidat-kandidat yang muncul. Saya juga tetap berkoordinasi dengan partai-partai. Jika partai saya layak diusung saya siap, tapi jika partai menilai saya tidak layak saya juga tidak mau memaksakan diri. Saya seperti air yang mengalir saja. Termasuk menggunakan jalur independen.(bis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: