Jangan Dicontoh, 4 pelajar palak Siswa SD Pakai Celurit

Jangan Dicontoh, 4 pelajar palak Siswa SD Pakai Celurit

DEPOK - Aksi kekerasan terhadap anak-anak di Kota Depok terus terjadi. Kasus terakhir dialami Sahrul Nurhidayat, 11 dan Yuda, 12. Dua siswa SD itu dipalak oleh empat remaja yang masing-masing bernama Sofyan Ramadhan, 14; Febryanto Budi Kurniawan, 16, Agam Maulana, 15 dan Fajar Ahad Afrizal, 17. Empat Anak Baru Gede (ABG) yang berstatus dua siswa SMK, satu siswa SMP dan satu remaja putus sekolah itu memalak uang Rp 7.000 kepada dua siswa SD itu di bawah ancaman celurit. Peristiwa itu terjadi Rabu (26/12) pukul 10:00 di depan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI). Kepada INDOPOS (JPNN Group), Sahrul Nurhidayat mengatakan peristiwa terjadi saat dia bersama 8 temannya usai bermain futsal. Saat itu, Sofyan ”Cs” tengah mendorong dua motor mereka yang mogok. Saat melihat delapan siswa SD itu, Fajar Ahad Afrizal, rekan Sofyan memanggil kedua bocah tersebut. ”Saya dipanggil dan dimintai uang. Kalau tidak akan dicelurit. Fajar sempat nunjukin celurit. Saya takut,” ungkapnya kepada INDOPOS saat ditemui di Mapolsek Beji. Lantaran takut, Sahrul dan Yuda mengeluarkan uang dari sakunya. Dia memberikan uang Rp 5.000, sedangkan Yuda Rp 2.000. Setelah Sofyan CS pergi, Sahrul melaporkan kasus pemalakan itu ke satpam UI. ”Bapak Satpam yang kejar mereka (Sofyan CS, Red) dan langsung ditangkap,” terang siswa SD warga Jalan Juragan Samda II, RT03/01, Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji ini. Dari tangan salah satu pemuda itu, satpam mengamankan sebilah celurit. Setelah diinterogasi di pos satpam, empat ABG itu lantas diserahkan polisi. Sementara itu, Fajar Ahad Afrizal, salah satu pelaku mengaku pemalakan itu dilakukan lantaran dua sepeda motor yang mereka naiki kehabisan bensin. ”Tidak sengaja malak. Gak ada niat membacok. Cuma nakut-nakutin ajah,” ungkap warga Gang Dahlia No 45, RT01/05  Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji ini. Saat ditanyai mengenai celurit yang dibawa, remaja putus sekolah ini mengaku untuk antisipasi serangan dari sekolah lain. ”Saya memang tidak sekolah lagi tapi tiga teman saya masih sekolah,” ujarnya santai. Dia juga mengaku, celurit dibawa untuk menghindari pemalakan preman yang kerap gentayangan di sekitar lingkungan kampus UI. Apalagi, ucapnya juga, senjata tajam itu baru dia beli seharga Rp 45 ribu dari pedagang di Pasar Kemiri Muka, Depok. ”Habis beli celurit, saya sama teman-teman jalan-jalan ke UI. Lumayan buat isi liburan. Taunya bensin habis jadi malak,” ujarnya juga. Sementara itu, Kapolsek Beji AKP Agus Widodo mengatakan masih menyelidikan kasus pemalakan siswa SD tersebut. Dia juga mengatakan, empat pelajar SMK di Kota Depok itu melanggar pasal 365 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan. Mereka juga dijerat pasal 2 ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Tajam. Perwira pertama Polri ini juga mengutarakan, kasus kriminal yang dilakukan empat ABG yang masih berstatus pelajar itu mencoreng slogan ”Kota Layak Anak” yang disandang Kota Depok. Dia juga mengatakan, jajaranya sering menangani pelajar dan anak di bawah umur di Kota Depok terlibat aksi kriminalitas. Seperti tawuran dan pencurian. Apalagi, selama ini Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail asal PKS selalu menggaung-gaungkan kalau Depok merupakan ”Kota Layak Anak”. ”Kami sering imbau Dinas Pendidikan Depok memberikan sanksi tegas siswa terlibat kriminalitas. Cuma tidak pernah ada realisasi,” ungkapnya lagi. Jadi jangan heran, ujarnya juga, ketidakpedulian  kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Depok sama saja mencoreng slogan ”Kota Layak Anak” yang mereka buat sendiri. ”Kota Depok memang belum cocok menerapkan program itu (Kota Layak Anak, Red),” cetusnya juga. (cok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: