Ingin ke AS untuk Membuatkan Baju Michelle Obama
Rafi Ridwan, Desainer Tunarungu Termuda di Dunia Fashion Internasional Rafi Ridwan menjadi salah satu magnet di Mercedes-Benz Stylo Asia Fashion Week 2014 di Malaysia 20–22 Oktober lalu. Usianya baru 12 tahun, tapi desain bajunya layak disandingkan dengan karya desainer luar negeri sekalipun. Berikut catatan wartawan Jawa Pos, PUSPITA ADIYANI CANDRA yang meliput event itu. SLOT ke-20 hari kedua Mercedes-Benz Stylo Asia Fashion Week (MBSAFW) 2014 di Matrade, Kuala Lumpur, 21 Oktober lalu, terlihat lebih segar. Busana-busana yang diperagakan para model punya cutting eksperimental dengan warna-warna mencolok khas koleksi autumn/summer. Nama Rafi Ridwan¬¬-Indonesia terpampang di screen. Setelah seluruh koleksi ditampilkan, banyak yang tak menyangka, desainer yang keluar untuk diperkenalkan adalah seorang bocah laki-laki. Audiens yang terdiri atas buyer, media, pengamat fashion, fashion designer, dan pencinta fashion kontan memberikan aplaus panjang yang meriah. Sesaat kemudian, Rafi Ridwan, sang desainer cilik itu, menerima dua buket bunga dari audiens. Rafi Abdurrahman Ridwan memang pantas menerima sanjungan itu. Bukan hanya untuk karyanya yang berkelas, tapi untuk keberanian bermimpi dan semangatnya yang luar biasa. Hebatnya lagi, sang desainer adalah penyandang tunarungu. Meski begitu, keterbatasan pendengaran tersebut tak menghalangi dia untuk berkarya dan berprestasi. Desain Rafi sudah wira-wiri di berbagai fashion show dengan seleksi karya yang cukup ketat. Di antaranya, di Jakarta Fashion Week 2012 dan Festival Indonesia Melbourne 2012 di Australia. Sedangkan di ajang MBSAFW ini, panitialah yang mengundang Rafi untuk menampilkan karya-karya terbaru. Rafi juga pernah diminta secara khusus oleh Tyra Banks untuk menyiapkan rancangan baju bagi America’s Next Top Model 2013 di Bali. Itulah salah satu prestasi Rafi yang membanggakan dirinya. Tentu saja, capaian itu tak diraihnya dengan mudah dan tanpa kendala. Apalagi, Rafi tidak bisa mendengar sejak lahir. \"Anak-anak seperti Rafi, visualnya memang kuat. Dia sudah bisa menggambar sejak umur 2 tahun. Dan, umur 4 tahun dia mulai menggambar baju-baju,” jelas Shinta Ayu Andayani, 35, ibunda Rafi yang menjadi interpreter bagi anaknya itu. Gambar Rafi berubah setelah menonton film Ariel, The Litte Mermaid. Di usianya yang masih 4 tahun saat itu, Rafi merasa Ariel tidak memakai baju yang pantas karena dianggap terlalu terbuka. Karena bingung cara menjelaskan bahwa (film) itu hanya dongeng, Shinta akhirnya meminta Rafi membuatkan baju yang pantas untuk si putri duyung. \"Sejak itu, kalau dia gambar Ariel, sebelahnya selalu udah ada bajunya. Ariel pakai coat, pakai gaun, macam-macam,” jelas sang ibu. Tanda-tanda bakat Rafi tak berhenti di situ. Setiap pergi ke toko buku, Rafi selalu menghampiri rak majalah. Secara visual, majalah memunculkan lebih banyak warna. Itulah yang membuatnya tertarik mengambil majalah-majalah fashion yang kemudian menjadi referensinya saat membuatkan baju buat Ariel. Tahu bakat Rafi menggambar, Shinta lalu mencarikan guru gambar khusus. Tapi, tak seorang guru pun yang mau melatih bocah itu. Alasan mereka, Rafi tidak bisa mendengar dan sulit berbicara sehingga transfer ilmu akan sulit dilakukan. \"Saya sedih bukan main. Anak tunarungu dianggap enggak bisa apa-apa,\" tutur perempuan berjilbab itu. Ketiadaan guru yang mau mengajar Rafi itu ternyata membawa hikmah tersendiri. Sebab, Rafi justru bisa belajar secara otodidak dan alami. \"Kalau kursus, mungkin Rafi tak bisa begitu berani bermain warna dan eksperimen model seperti koleksi rancangannya saat ini,\" tambah Shinta. Pada usia kesembilan tahun, Rafi mulai diperkenalkan dengan dunia fashion oleh ibunya. Dia sering diajak melihat acara-acara fashion show. Terlebih setelah Rafi bertemu desainer terkemuka Barli Asmara. Dari perkenalan dan kunjungan ke tempat kerja Barli, Rafi jadi tahu bahwa gambar di kertas bisa diwujudkan menjadi baju yang dipakai. Cita-cita menjadi seorang perancang pun mulai tumbuh. Rafi kemudian sering meminta gambarnya diwujudkan menjadi baju. ”Nah, di situlah saya mulai pusing, ha ha ha... Saya jarang sekali membuat baju di tukang jahit. Tapi, untuk menghargainya, tetap saya buatkan meski berupa kaus. Gambarnya saya scan, lalu saya cetak di kaus,” cerita Shinta. Namun, desainer cilik kelahiran Jakarta, 20 Juli 2002, tersebut tidak puas melihat desainnya hanya dicetak di kaus. Dia ingin benar-benar mewujudkannya menjadi baju yang sesuai dengan gambar desainnya. Barli Asmara kemudian membantu Rafi menapaki langkah pertamanya dengan mengajak desainer cilik itu berkolaborasi. ”Seluruh desain Rafi yang buat. Kemudian workshop Barli membantu memproduksinya,” jelas Shinta. Dari fashion show pertama itu, Lia Chandra Foundation tergugah untuk mewujudkan mimpi Rafi selanjutnya. Siswa SLB B Santi Rama tersebut lalu didanai untuk bisa ikut dalam Jakarta Fashion Week 2012 dan dikenalkan ke kancah internasional. Lia Chandra yakin anak berbakat seperti Rafi akan mampu menghasilkan karya luar biasa yang bisa menginspirasi orang lain. Benar saja, Jakarta Fashion Week 2012 ”geger” karena Rafi, desainer termuda yang karyanya jempolan. Saat itu Rafi berkolaborasi dengan Purana Batik dan Ariani Pradjasaputra. Nama Rafi langsung meroket dan didengar banyak kalangan. Suatu hari ada e-mail yang membuat Rafi melonjak gembira dan kaki ibunya dibuat lemas. Rafi dikontak Tyra Banks, model dan selebriti terkemuka asal Amerika Serikat. Tyra Banks punya acara talk show sendiri dan menjadi produser berbagai program acara TV. Salah satunya, yang paling bergengsi, adalah America’s Next Top Model. ”Kami benar-benar enggak pernah mimpi. Tyra Banks meminta Rafi menyiapkan baju untuk acara America’s Next Top Model di Bali,” katanya bersemangat. Saat itu rancangan Rafi yang dipakai tujuh baju dan profil Rafi sebagai perancangnya ditulis di berbagai media. Tyra bahkan mengirim foto dan pesan singkatnya khusus untuk Rafi, ”To Rafi, the newest, fiercest fashion designer in the world (and the youngest!!). Dia juga memuji desain Rafi dan menyemangatinya,” imbuh Shinta. Klien Rafi pun berdatangan, rata-rata dari luar negeri. Paling banyak dari Spanyol. Suatu kali Rafi diundang fashion show di Festival Indonesia Melbourne 2012 dan enam kota lain di Australia. Saat mengerjakan proyek itu, Rafi menunjukkan bahwa dirinya tak hanya pandai dan berbakat, tapi juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan hati yang lembut. Rafi meminta seluruh pengerjaannya tak lagi menggunakan jasa tukang jahit langganannya, tapi diserahkan kepada sesama difabel yang punya kemahiran menjahit. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: