Menjaga “Surga Dunia”
Selamatkan Pulau Tikus (3) Pulau Tikus adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi, keberadaanya terus terancam. Dipredikasi 20 tahun atau lebih cepat lagi, pulau ini bakal hilang akibat abrasi. Kerusakan demi kerusakan terus terjadi. Sebab itu, sudah saatnya semua pihak bergerak dan mengambil tindakan, \" selamatkan Pulau Tikus\". SEPERTI lagu, Yuni Shara Ft Raffi Ahmad, \" 50 Tahun Lagi\", Pulau Tikus diharapkan tetap kokoh dan utuh hingga 50 tahun lagi, sebagai destinasi wisata dan penunjang ekonomi Bengkulu. Pulau menyimpan berjuta pesona dan keindahan, harus dipertahankan. Meskipun, keistimewaan ini, masih tenggelam dan belum tergali maksimal untuk pariwisata dan penunjang ekonomi daerah. Pengamat perubahan iklim dan lingkungan, Dr. Gunggung Senoaji, mengatakan Pulau Tikus memiliki terumbu karang tumbuh di dasar laut luasanya sekitar 200 hektar. Keindahan terumbu karang inilah dianggap sebagai \"surga dunia\", karena tak kalah indahnya dengan terumbu karang di Lombok dan Bali. \"Meski sayang, sudah banyak juga terumbu karang mengalami kerusakan,\" ujarnya. Jika penyelamatan Pulau Tikus ini berhasil, pariwisata akan semakin tumbuh dan berkembang. Sehingga menimbulkan dampak positif terhadap daerah. Jasa pelayaran, pariwisata dan perikanan akan hidup, berdampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat, \"tujuan sebenarnya adalah membangun ekonomi masyarakat,\" tuturnya. Sayangnya, keindahan pulau ini kurang tergarap dengan baik, belum ada perhatian maksimal pemerintah atau dinas pariwisatanya. Pulau berada di 10km di sebelah barat Bengkulu ini, apabila digarap maksimal, akan menjadi tempat wisata menakjubkan. Bukan tidak mungkin, wisatawan lokal dan luar negeri akan berduyun-duyun ke Bengkulu. Tinggal sekarang bagaimana pemerintah daerah mengelola potensi ini. Dikutip dari hasil penilitian, Prof. Urip Santoso, dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Unib, diunggah pada https://uripsantoso.wordpress.com/. Dia menyebutkan, selain masalah abrasi pantai, Pulau Tikus menghadapi rusaknya terumbu karang. Data dari Rafflesia Bengkulu Diving Club (RBDC) menyebutkan sekitar 30% terumbu karang di Pulau Tikus rusak. Dari 30% terumbu karang mengalami kerusakan, 95 persen diantaranya sudah tergolong mati sehingga sangat mengganggu ekosistem laut di sekitar Pulau Tikus. Rusaknya terumbu karang mengakibatkan turunnya hasil tangkap nelayan Kota Bengkulu. Hal ini disebabkan oleh karena terumbu karang merupakan habitat ikan laut. Rusaknya terumbu karang berarti menurunnya produksi ikan laut pada akhirnya menurunkan hasil tangkap nelayan. Di sisi lain, hasil kajian Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistis Daerah (BPPSD) Provinsi Bengkulu, bekerjasama dengan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kerusakan lingkungan terumbu karang dan perairan di sekitar Pulau Tikus, berdasarkan hasil kajiannya, Pulau Tikus dianggap masih normal dan layak untuk biota laut, karang dan ikan. Kerusakan terumbu karang terjadi umumnya disebabkan oleh kondisi kondisi alam terletak Samudera Hindia, memiliki arus dan gempuran ombak kuat, menuju arah tenggara Pulau Tikus. Gunggung Senoaji, mengatakan, bersama Komunitas Peduli Terumbu Karang Pulau Tikus, beberapa waktu lalu, telah melakukan penanaman kembali ekosistem terumbu karang. Kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong pihak-pihak lainnya ikut melaksanakan kegiatan serupa. \"Kami tidak hanya mengeluarkan ide, tapi juga ikut beraksi,\" katanya. Seperti dilaporkan sebelumnya, jika tak ada penangan serius, Bengkulu tidak hanya akan kehilangan surga dunia wisata bahari. Keberadaan mercusuar juga terancam. Padahal fungsi mercusuar sangat vital, khususnya untuk navigasi pelayaran. Di wilayah laut sekitar Pulau Tikus, setiap hari banyak dilalui kapal-kapal, membutuhkan petunjuk mercusuar. Apabila mercusuar tak lagi bisa berdiri kokoh di Pulau Tikus, keselamatan pelayaran sangat terancam, karena bisa menabrak terumbu karang yang kokoh sekitar 200 hektar di wilayah tersebut. \"Dulu Belanda memasang mercusuar disitu tentu ada fungsinya. Setiap hari kapal keluar masuk lewat laut itu. Kalau tidak ada petunjuk navigasi kapal ya sangat berbahaya,\" kata Gunggung. Dampak negatif jika Pulau Tikus amblas, yaitu tidak ada lagi pemecah gelombang di wilayah perairan Bengkulu. Selama ini, Pulau Tikus berfungsi sebagai pemecah gelombang, sehingga ombak besar, atau jika terjadi tsunami tidak sampai ke pesisir Pantai Bengkulu. \"Tanpa ada Pulau Tikus, akan sangat berbahaya apabila terjadi gelombang besar atau tsunami,\" ungkapnya. (iyud/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: