Pelajari Konsep Multiple Intelligences
Cerdas tidak hanya dilihat dari nilai ujian atau hasil tes IQ. Dr Howard Gardner, pakar pendidikan asal Harvard University, AS, mengembangkan konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Hal itu bisa dilakukan untuk menggali potensi setiap anak. Seperti apa? ***** Potensi kecerdasan anak sudah bisa terlihat sejak usia dini. Psikolog Elizabeth Santosa SPsi mengungkapkan, setiap anak tidak hanya memiliki satu tipe kecerdasan, melainkan bisa dua, tiga, bahkan lebih. ’’Umumnya ada satu yang menonjol. Yang lain menjadi pendukung,’’ ujar psikolog dari Wellness Development Center, Jakarta, itu. Berikut delapan tipe kecerdasan tersebut. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Si kecil senang mendengarkan cerita, senang bercerita, dan bermain peran. ’’Tidak hanya suka bercerita, tetapi anak bercerita dengan runtut dan jelas,’’ ujar perempuan yang akrab disapa Lizzie tersebut. Stimulasi: Saat duduk berhadapan atau mengobrol di telepon, minta anak bercerita tentang apa saja. Potensi: Anak bisa menjadi penulis, wartawan, penyiar radio, pembawa acara, atau berkarir di bidang komunikasi pemasaran. Visual-Spasial Berkaitan dengan kreativitas dan kemampuan berpikir dalam gambar. Si kecil mampu membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi. Biasanya, anak menyukai kegiatan menggambar, berimajinasi, dan mampu menuangkannya dalam bentuk visual. Stimulasi: Bebaskan si kecil bereksplorasi dengan alat gambar. Atau, libatkan dalam kegiatan memotret. Ajak anak berdiskusi tentang hasil karyanya, termasuk tekstur, warna, serta ukuran. Potensi: Arsitek, fotografer, desainer, dan animator. Logika-Matematika Anak mampu menganalisis masalah secara logis, menemukan rumus atau pola matematika, dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Si kecil punya minat besar pada kegiatan eksplorasi, menuntut penjelasan logis mengenai sebab-akibat. ’’Kecerdasan visual-spasial dan logika-matematika merupakan komponen intelligence quotient (IQ),’’ ucap Lizzie. Stimulasi: Ajak berhitung. Manfaatkan jari tangan, manik-manik, mainan, dan ajak menyusun puzzle. Potensi: Akuntan, banker, atau programer. Kecerdasan Musikal Si kecil sensitif terhadap suara, musik, menggunakan musik sebagai cara berkomunikasi, mampu mencerna musik, suka bernyanyi, atau memainkan instrumen musik. Stimulasi: Gunakan instrumen suara mulai yang sederhana dan sering didengar sehari-hari. Ajak anak bertepuk tangan mengikuti irama tepukan Anda. Buat alat musik sederhana dengan memanfaatkan peralatan makan. Potensi: Musisi, penyanyi, atau komposer. Gerak Tubuh atau Kinestetik Mencakup motorik kasar dan motorik halus. Si kecil mampu mengontrol gerakan, keseimbangan, serta ketangkasan gerak. Stimulasi: Latih si kecil mengeksplorasi beragam gerakan. Berjalan, merangkak, berlari, memanjat, melompat, berenang, atau ikut beryoga bersama bunda. ’’Anak selalu bersemangat, tenaganya seperti tidak habis-habis. Itu motorik kasarnya menonjol. Motorik halus, contohnya, anak punya ketertarikan tinggi di dapur,’’ ucap Lizzie. Potensi: Atlet atau chef. Kecerdasan Interpersonal Anak mampu mengenali suasana hati dan keinginan orang lain. Lebih peka, berempati, dan mudah menjalin interaksi sosial. ’’Dia berpeluang menjadi pemimpin,’’ tutur Lizzie. Stimulasi: Ungkapkan perasaan Anda atau orang lain. Misalnya, kakak sedang sedih karena mainannya rusak. Lihat reaksinya. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan interpersonal dan intrapersonal merupakan komponen emotional quotient (EQ). Intrapersonal bermakna lebih ke dalam diri. Si kecil bisa menjelaskan kelebihan dan kekurangan dirinya. Tahu apa yang sebaiknya dilakukan dan dihindari. Stimulasi: Gali situasi yang dia hadapi. Misalnya, ’’Adik kenapa kok nangis? Karena bonekanya basah kena air? Supaya nggak basah diapakan, Dik?’’ Kecerdasan Naturalistik Anak punya ketertarikan besar terhadap lingkungan alam. Mereka tidak segan berdekatan dan menyentuh binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Stimulasi: Ajak anak ke taman kota atau kebun binatang. Latih si kecil menanam sesuatu dan merawatnya. Potensi: Ahli biologi, geolog, arkeolog, dan fotografer petualang. Untuk mencetak generasi champion, asah bakat yang paling menonjol. ’’Meski berubah-ubah, sebaiknya difokuskan pada bakat utama. Orang tua harus peka. Cara mendeteksinya, lakukan observasi yang cermat dan lakukan beberapa simulasi tersebut terhadap keseharian anak,’’ jelas Lizzie. (nor/c5/nda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: