Usia 42 Tahun Aku Tetap Jomblo

Usia 42 Tahun Aku Tetap Jomblo

Sebut saja Mawar, umurku sekarang 42 tahun dan ironisnya aku masih mencari lelaki yang tepat untuk mendampingiku sebagai seorang suami. Sekarang ini yang datang padaku hanyalah laki-laki paruh baya yang mapan, yang hanya menginginkanku sebagai istri simpanannya.  Bukanlah istri satu-satunya yang yang akan mereka cintai dan bahagiakan dengan sepenuh hati. Penyesalan memang datangnya belakangan. Semua sudah terlambat untuk memperbaiki apa yang sudah terlewatkan. Melihat kebelakang sebenarnya aku bukanlah gadis biasa. Banyak orang bilang aku gadis luar biasa yang tidak mudah untuk ditaklukkan. Banyak sekali laki-laki yang datang ke dalam hidupku kala itu. Laki-laki dengan berbagai kriteria dan pesona yang mengantre, menunggu jawaban dariku untuk menjadi istrinya yang akan mendampingi hidupnya selamanya. Namun aku acuh. Prioritasku waktu itu belumlah menikah secepatnya. Aku termasuk perempuan ambisius yang ingin mengejar karir setinggi-tingginya. Aku ingin menjadi wanita hebat yang tidak serta merta dipandang sebelah mata oleh lelaki. Hal ini dikarenakan latar belakang keluargaku yang buruk. Ibuku sering disepelekan oleh ayahku sendiri. Hal ini memacuku untuk menjadi wanita hebat melebihi laki-laki. Aku juga bukan perempuan yang dinilai jelek oleh banyak laki-laki. Aku mantan model yang punya reputasi bagus. Bisa dibayangkan bukan seberapa tinggi diriku, bagaimana caraku berpakain, piliha baju, sepatu, celana, tas dan sebaginya bukanlah pilihan yang kampungan. Belum lagi caraku mendandani diriku supaya terlihat menarik. Setiap lai-laki yang memandang tentu saja akan menolehkan pandangannya kepadaku. Kesempurnaan fisikku membuatku sangat-sangat tersadar bahwa laki-laki yang kelak menjadi suamiku haruslah juga laki-laki yang sempurna yang memenuhi kriteriaku. Standar yang tinggi yang kemudian aku tetapkan dalam memilih laki-laki untuk pendamping hidupku. Secara fisik dia haruslah tampan, putih, tinggi, rambut lurus dan tinggi minimal 175 cm. itualh bayangan laki-laki idela yang akan mendapmpingiku. Selain kriteria fisik yang tinggi tersebut di atas, masih ada kriteria lain yang harus dipenuhi untuk setiap laki-laki yang mempunyai niat serius denganku. Masalah keuangan adalah hal berikutnya yang menjadi pertimbanganku. Mengingat aku mempunyai gaya hidup yang tinggi, suami yang kaya merupakan suatu keharusan yang mutlak untukku. Pekerjaan mapan dengan posisi yang tinggi atau paling tidak seorang managerlah yang akan bisa memenuhi semua kebutuhanku. Mobil yang dikendarainya pun haruslah mobil kelas atas yang gagah. Selain itu juga aku menetapkkan standar dia haruslah  anak orang kaya yang punya kekayaan yang tidak akan habis tujuh turunan. Aku sangat menyadari keistimewaanku maka aku sangat menerapkan kriteria yang ketat dalam memilih lelaki yang akan mendampingiku. Semua kriteria di atas adalah syarat mutlak yang harus ada dan tidak bisa tergantikan. Laki-laki kaya dan jelek sudah pasti kudepak dan tidak menarik minatku. Apalagi laki-laki tampan tapi miskin sudah barang tentu akan kubuang jauh-jauh. Standar tinggi inilah yang membuat laki-laki yang datang kepadaku semakin hari semakin sedikit karena mereka sudah paham betul denga kriteria pilihanku. Bahkan mereka akan berpikir seribu kali untuk mendekatiku ataupun mendapatkan hatiku dengan mudah. Sampai akhirnya sampailah aku pada usiaku yang sekarang ini, 42 tahun tetapi masih jomblo. Sebenarnya aku sudah sangat ingin mengikuti jejak teman-temanku yang sudah berkeluarga, dan berbahagia dengan keluarga kecilnya. Namun apalah daya. Waktu tidak dapat diulang kembali. Seandainya waktu itu aku tidak menetapkkan standar yang tinggi untuk pendamping hidupku, mungkin aku tidak seperti sekarang ini. Apa lagi yang bisa dibanggakan dariku sekarang ini: gadis cantik yang tak lagi muda.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: