Sampah Kembali Jadi Masalah

Sampah Kembali Jadi Masalah

BENGKULU, BE - Persengketaan pengelolaan masalah sampah kembali menyeruak. Ratusan pedagang dan juru parkir mengaku mengalami kerugian akibat adanya tumpukan sampah di Pasar Pagar Dewa. Sampah yang tampak menggunung di pasar yang dikelola oleh Koperasi Bangun Wijaya terjadi sejak beberapa hari yang lalu dan mulai mengeluarkan bau menyengat. Disampaikan Ely, salah satu pedagang, bau menyengat yang dikeluarkan oleh tumpukan sampah di pasar tersebut mengganggu kondisi jual beli di pasar. Ia mengatakan, sejak 2 hari terakhir, truk pengangkut sampah milik pemerintah tidak memungut sampah yang mulai menggunung. Padahal, Ely mengaku sudah membayar retribusi kebersihan sebesar Rp 2 ribu per hari. Senada disampaikan Dedi, salah satu juru parkir. Ia mengatakan, menumpuknya sampah di kawasan tersebut membuat lahan parkir yang ia jaga menjadi sepi.  Ia berharap pemerintah dapat segera merespon masalah ini agar pengunjung pasar tidak enggan menggunakan jasa parkirnya. Dikonfirmasi, Kepala Koperasi Bangun Wijaya, Junaidi Sandhetio, mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak selain mengharapkan solusi dari pemerintah. Ia menjelaskan, meski retribusi dibayarkan, namun koperasi dalam keadaan merugi karena membengkaknya biaya operasional. Sementara dana parkir tidak masuk ke kas koperasi. \"Sudah 2 tahun ini kita mengalami kerugian. Kalau untuk iuran STBHM memang sudah lancar. Tapi kios sepi. Hanya beberapa yang terisi. Mengenai sampah sendiri sudah kita laporkan kepada dinas terkait dan walikota. Silahkan PAD-nya minta diaudit. Biar tahu berapa uang yang masuk dan keluar,\" katanya. Ia menerangkan, kondisi pasar hanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Karena pasar dalam keadaan sepi, lanjutnya, menyebabkan pihak koperasi tidak bisa mengakomodir tuntutan pedagang agar pengelolaan sampah di lakukan oleh pihak koperasi. \"Jumlah biaya operasional sampah tiap bulan butuh lebih dari Rp 2 juta. Itu untuk membayar gaji petugas, beli alat-alat dan lain-lain. Sementara kalau hanya mengandalkan petugas tidak mencukupi. Sementara kios kita yang jumlahnya 100 banyak kosong. Belum lagi kita dibebankan PAD 20 persen dari sarana umum. Kalau masalah ini tidak dibantu pemerintah, kita pesimis bisa menyelesaikannya,\" pungkasnya. (009)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: