Lepas Jilbab, Berdandan Klimis, Ngaku Punya Teman Dekat
Sri Wahyuni setelah Ditetapkan sebagai Laki-Laki Sejati Langkah Sri Wahyuni begitu mantap sesaat setelah MC memanggil namanya Selasa kemarin (2/9). Dia terlihat percaya diri berjalan di hadapan sekitar 700 wisudawan dan para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar, tempatnya menempuh ilmu. *** Ya, Sri patut berbahagia. Secara akademis dia telah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar S-1 bidang keperawatan. Hebatnya lagi, dia meraih gelar itu dengan indeks prestasi kumulatif 3,65 (sangat memuaskan). Prestasi yang layak diapresiasi di tengah tekanan dan hari-hari berat yang mesti dilalui Sri saat masih terkungkung dalam ketidakpastian identitas. Namun, kemarin Sri sudah bisa mendongakkan kepala. Tampil sebagai laki-laki sejati di hadapan ratusan wisudawan yang memadati aula gedung LAN Makassar, Sri tidak lagi mengenakan hijab atau kebaya, pakaian perempuan yang sekian tahun dikenakannya setiap hari. Dia terlihat lebih klimis dengan seragam kemeja batik bermotif merah serta celana kain layaknya wisudawan laki-laki. Teman-teman Sri telah memahami kondisi laki-laki kelahiran 6 Agustus 1991 tersebut. Hal itu terlihat dari cara mereka menyambut dan memperlakukan Sri. Dia seolah telah dianggap sebagai seorang laki-laki sejak dahulu. Begitu pula civitas academica Stikes Mega Rezky pada umumnya. Mereka tidak begitu kaget melihat Sri kini berdandan ala laki-laki. ”Pada dasarnya, kami sudah lama mengetahui keadaan Sri, makanya kami tidak kaget lagi. Kami pun ikut bersyukur karena sahabat kami telah memetik buah perjuangannya sebagai laki-laki sejati,” ucap Srianto Hardiawan, teman dekat Sri di Stikes Mega Rezky. Seperti diberitakan, suasana haru terjadi di Ruang Sidang Sultan Alauddin PN Makassar, Sulawesi Selatan, Senin lalu. Sri Wahyuni tak kuat menahan tangis setelah hakim tunggal Muhammad Damis menetapkan dirinya sebagai laki-laki tulen. Dia langsung memeluk tubuh ibunya, Tarmini, sambil sesenggukan. Adegan mengharukan yang berlangsung cukup lama itu membuat pengunjung ikut terhanyut. Beberapa di antara mereka bahkan meneteskan air mata. ”Mengabulkan permohonan pemohon dan menetapkan status pemohon yang awalnya perempuan menjadi laki-laki,” kata hakim. Meski matanya sembap, Sri tampak sangat lega. ”Hampir sepuluh tahun saya harus hidup sebagai perempuan karena belum jelasnya status jenis kelamin. Sekarang sudah jelas, saya lega sekali,” ucap lelaki kelahiran Makassar, 6 Agustus 1991, itu, kepada Fajar (Jawa Pos Group). Selama 23 tahun Sri hidup tertekan. Hampir selama itu pula dia harus memendam jati dirinya yang sebenarnya. Dia mesti bergaul dengan kawan perempuan, mengenakan pakaian perempuan ketika ke kampus, dan terpaksa berkerudung. ”Saya memakai jilbab karena saat itu status saya perempuan. Perempuan menurut Islam harus menutup aurat, memakai jilbab,” tuturnya. Kendati telah menyadari dirinya adalah laki-laki, jilbab tersebut tidak pernah dilepasnya sejak SMP hingga kuliah semester VII. Sri menceritakan tanda-tanda keanehan pada dirinya yang mulai dirasakannya saat duduk di bangku kelas VI SD Inpres Antang. Dia, yang diklaim orang tuanya sebagai seorang perempuan, hingga usia menjelang remaja tidak pernah merasakan tanda-tanda menstruasi. Keanehan tidak berhenti di situ. Dalam sebuah pemeriksaan, dokter menemukan dua buah zakar di kelamin Sri. Selain itu, payudara ”gadis” tersebut tak tumbuh-tumbuh. Saat usianya 15 tahun, dokter menyarankan Sri untuk memeriksakan diri ke dokter ahli. Hasilnya makin menguatkan status Sri sebagai laki-laki. Sang dokter menemukan peningkatan hormon testosteron di tubuh Sri. Serangkaian penelitian dan kajian juga menemukan, di antara 23 kromosom di tubuh Sri terdapat pula satu yang berjenis XY, yang menunjukkan jenis kelamin laki-laki. Seiring waktu, Sri akhirnya bermetamorfosis menjadi seorang laki-laki dewasa. Tidak hanya ada peningkatan hormon testosteron dan kromosom laki-laki di tubuhnya, tetapi juga muncul daging berbentuk kemaluan laki-laki yang menutupi bagian kelamin perempuannya. Panjangnya sekitar 6 sentimeter. Terdapat pula jakun di leher pria bertinggi 169 sentimeter itu. ”Mengetahui kondisi seperti itu, saya akhirnya lepas jilbab ketika saya masuk semester VII. Selanjutnya, saya tampil layaknya laki-laki,” tambah Sri sembari menunjukkan beberapa foto momen kebersamaannya dengan teman-teman kampus. ”Saya tahu kondisi saya adalah laki-laki. Makanya, setiap kali memulai pertemanan, saya mengungkap jati diri saya yang sebenarnya. Banyak yang tidak percaya, namun beberapa malah cuek dan menerima saya apa adanya,” tutur Sri, yang kini mengaku telah mempunyai teman dekat berjenis kelamin perempuan. Walau cita-citanya telah terkabul, anak ketua RT di BTN Makkio Baji, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Makassar, itu masih harus melewati beberapa tahap sebelum akhirnya hidup sempurna sebagai seorang pria. Di antaranya, dia masih harus mengajukan permohonan pergantian nama ke PN Makassar. Dia telah memilih nama Muhammad Yusri Wahyudi Yunus sebagai namanya kelak. Selanjutnya, dia juga harus menyempurnakan bentuk kelaminnya melalui serangkaian ”operasi”. ”Masih butuh banyak biaya, semoga ada rezeki. Saya tidak ingin membebani orang tua. Makanya, saya juga merintis usaha laundry di rumah,” ucapnya dengan suara berat layaknya laki-laki. Tarmini, ibu Sri, juga menyatakan lega setelah pengadilan menetapkan anaknya sebagai laki-laki. Dia berharap yang terjadi kepada anak sulungnya itu tidak disalahpahami. ”Kondisi anak saya bukan mengubah kelamin, tetapi hanya mengubah status,” tutur Tarmini. Dukungan tak henti-henti juga datang dari seorang kawan spesial Sri. Dia bernama Birja. Perempuan itulah yang disebut Sri sebagai teman dekat. Menurut Sri, Birja-lah yang menjadi alasan sekaligus semangatnya untuk mengukuhkan identitas sebagai lelaki sejati. ”Saya belum punya target menikah dalam waktu dekat. Insya Allah di umur 28 tahun nanti. Sekarang mau fokus cari uang dulu, mengejar karir. Ke depan, semoga semuanya dipermudah,” tambah pria dengan berat badan 100 kg itu. Harapan akan masa depan juga dia paparkan dengan gamblang, termasuk rencana menyelenggarakan seminar atau talk show tentang perjalanan hidupnya. Kegiatan itu sekaligus dimaksudkan sebagai ajang penggalangan dana untuk biaya penyempurnaan kondisi fisiknya sebagai laki-laki. Dia mengaku sangat kekurangan dana dan berharap ada dermawan yang peduli akan kondisinya. Sebab, sebagai seorang yang baru lulus kuliah, tidak mudah bagi dia mendapatkan pekerjaan. Sementara itu, hasil usaha laundry yang dia rintis di rumah tidak bakal cukup untuk membiayai operasi penyempurnaan kelaminnya yang mencapai Rp100 juta. ”Semoga ikhtiar saya mendapat rida dari Allah SWT. Saya yakin itu,” tandas Sri.(*/c11/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: