Tetap Lancar Puasa meski Sakit

Tetap Lancar Puasa meski Sakit

PUASA Ramadan merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam. Meski ada kelonggaran bagi yang sakit, banyak yang tetap ingin berpuasa. Asal pola makan dijaga, puasa bisa terlaksana dengan lancar.

*****

Pengidap sakit tertentu memang bisa mengganti puasa yang ditinggalkan selama Ramadan di bulan lain atau membayar fidiah. Meski demikian, tidak sedikit yang merasa sayang meninggalkan puasa Ramadan.

Menurut Dr dr Gunawan Widodo SpPD FINASIM, umat Islam memang wajib berpuasa. Tetapi, ada kalangan yang sebaiknya tidak berpuasa. Di antaranya, orang yang dalam pengaruh dan harus mengonsumsi obat berupa pil atau suntik. Menurut Kepala Instalasi Hemodialisis RSU Haji Surabaya tersebut, boleh tidaknya pasien berpuasa dilihat dari tingkat keparahan sakitnya.

’’Sebagai seorang dokter, kami mewajibkan semua pasien untuk berpuasa. Kami bukan Tuhan yang bisa melarang,’’ ujarnya. Itulah mengapa, buat Gunawan, hubungan medis dan Tuhan sangat erat.

Berdasar pengalamannya, kata Gunawan, sejak dulu banyak pasien yang rutin menjalani hemodialisis atau cuci darah tetap berpuasa Ramadan. Kebanyakan tidak berpuasa hanya saat cuci darah. ’’Alhamdulillah, banyak yang kuat karena niatnya,’’ ungkapnya.

Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kondisi orang yang mempunyai sakit mag. Gunawan bercerita, banyak orang yang mengeluhkan hal tersebut. Apa orang yang punya sakit mag boleh menjalankan puasa? Apa nanti pas puasa, lambungnya nggaksakit? Sekali lagi, Gunawan menekankan, selama niat untuk berpuasa kuat, pengidap sakit mag pun boleh menjalankan puasa.

Sakit mag dalam bahasa medis sering disebut juga sebagai dispepsia. Berdasar keluhannya, dispepsia dibedakan menjadi empat. Yakni, muntah-muntah, sebah, perut seperti ditusuk, dan yang terakhir campuran ketiganya.

Selain itu, setelah pemeriksaan lambung atau yang biasa disebut endoskopi, dispepsia bisa dikelompokkan menjadi dua. Yakni, fungsional dan organik. Dispepsia fungsional adalah sakit mag tanpa adanya kelainan. Sebaliknya, dispepsia organik adalah sakit karena ada luka pada lambung. ’’Analoginya, kalau bibir lagi sariawan, kanperih tuh, ya itulah yang terjadi pada lambung,’’ paparnya.

Untuk orang dengan dispepsia fungional, pola dan jenis makanan perlu diatur. Menurut Gunawan, justru puasa dengan pola makan baik dan teratur akan membantu menyembuhkan sakit mag. ’’Sakit mag kan bukan hanya karena makanan, tapi juga sekresi asam lambung yang berlebihan akibat stres,’’ tuturnya.

Saat berpuasa, yang perlu dilakukan pengidap sakit mag adalah menjaga pikirannya. Sebab, berpuasa tak hanya tidak makan atau minum, tapi indra perlu dikendalikan. ’’Percuma kan kalau sedang puasa, tapi saat tetangga bakar sate, otak merespons sehingga membuat perut lapar dan asam lambung meningkat. Itulah sebabnya faktor vertikal dengan Tuhan harus kuat,’’ ujarnya.

Sementara itu, dispepsia organik disebabkan adanya luka di lambung. Luka itu bisa muncul karena riwayat sering minum obat penghilang rasa sakit atau jamu yang di dalamnya terdapat banyak bahan oplosan. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut rawan merusak lambung. Namun, sakit lambung juga bisa dipicu kuman Helicobacter pylori. ’’Untuk kondisi seperti ini, dilihat dulu tingkat keparahannya. Jika sudah parah hingga muntah darah, penderita tidak dianjurkan berpuasa,’’ katanya.

Yang jelas, ada pantangan makanan untuk penderita dispepsia. Salah satunya makanan yang meningkatkan asam lambung. Di antaranya, makanan asam dan pedas. Untuk minuman, dilarang yang mengandung alkohol ataupun kopi.

Selain pasien cuci darah dan dispepsia, pengidap tekanan darah tinggi yang terkontrol boleh berpuasa. Dr dr Purwanti SpPD FINASIM mengatakan, pengidap hipertensi sebaiknya mengatur pola dan jadwal diet serta teratur minum obat antihipertensi. Terlebih selama menjalankan ibadah puasa. (cik/c7/nda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: