Piala Dunia, Stop Ngopi Siang Hari

Piala Dunia, Stop Ngopi Siang Hari

JAKARTA, BE - Demam piala dunia dipastikan mengubah pola jam tidur warga yang menyaksikan laga besar empat tahunan itu, yang mayoritas disiarkan langsung tengah malam atau dini hari. Dampak ikutannya, pagi harinya kinerja akan menurun lantaran mata ngantuk, badan penat kurang istirahat. Dokter Andreas Prasaja, seorang sleep scientist ternama, mengatakan, sebenarnya cara agar badan tetap fit saat musim piala dunia seperti sekarang ini, sangat lah sederhana. \"Cukup tambah jam tidur, dengan memajukan jam tidur dari hari-hari biasanya. Jika biasa tidur jam 12 malam, maka bisa lebih awal misalnya jam 9 malam,\" ujar dokter yang juga ahli RPSGT (Registered Polysomnographic Technologist) itu, kepada JPNN di Jakarta, kemarin. Tapi mengubah pola jam tidur kan juga hal tak gampang\" Andreas mengakui hal itu. Karenanya, mestinya perubahan jam tidur dilakukan pelan-pelan, jauh hari sebelum musim piala dunia. \"Misal 10 hari sebelum piala dunia digelar, setiap harinya jam tidur dimajukan sedikit-sedikit, misal setengah jam, sehingga pas piala dunia, kita sudah terbiasa tidur lebih awal,\" urainya. Nah, bagi yang tidak bisa mengubah jam tidur dan paginya harus beraktifitas normal, seperti PNS dan karyawan kantoran di perusahaan-perusahaan swasta, Andreas memberikan resep sederhana. Pertama, pagi hari sebelum berangkat kerja, minum kopi, tapi jangan terlalu banyak. Alasannya, pengaruh cafein itu bisa mencapai sekitar 12 jam. Nah, porsi minum kopi harus disesuaikan agar siang hari pas jam istirahat kerja, mata sudah bisa mengantuk. \"Di jam istirahat itu, sisihkan waktu 15 menit hingga 20 menit untuk memejamkan mata. Karena 15 menit hingga 20 menit itu sudah bisa membuat tubuh rileks,\" pesan dia. Setelah siang hari itu, dia menyarankan para PNS atau karyawan swasta, jangan lagi minum kopi. \"Karena kalau minum kopi, petang atau malam harinya jadi susah tidur lagi padahal dinihari nonton bola lagi,\" ulas Andreas. Dia juga menyarankan para pimpinan di instansi pemerintah atau pun swasta, agar kesempatan para bawahannya untuk menggunakan jam istirahat untuk tidur sejenak. \"Jangan jam istirahat masih dibebani pekerjaan, hasilnya juga tidak akan baik,\" katanya. Dia membandingkan kebiasaan-kebiasaan di negara-negara maju, di mana para pegawai atau karyawannya, malah dikondisikan bisa tidur sesaat di jam istirahat. \"Di Jepang misalnya, pas jam istirahat, lampu dibuat temaram, ruangan sejuk, sehingga karyawan bisa istirahat sebentar, setelah itu badan fit, kerja pun jadi bagus,\" pungkas Andreas. (jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: