Stasiun Kereta Mirip Mal, Mesin Tiket Otomatis
Dari Tour Gratis Malaysia Persembahan Walikota dan Ketua KNPI Kota Bengkulu (2)
Akses transportasi massal di Kuala Lumpur,
Malaysia memang luar biasa. Menyaingi negara maju di Asia maupun Eropa.
Indonesia masih harus berbesar hati ketinggalan jauh.
Di negeri Jiran itu semua dibuat mudah dan nyaman.
Para pemenang tour gratis ke Malaysia pun merasakan dan \'mencicipi\' langsung bagaimana mudahnya menjajal transportasi umum di Kuala Lumpur.
================ SUHERDI,
KUALA LUMPUR ================
Bandara LCCT Kuala Lumpur berada jauh dari pusat kota dan dikelilingi perkebunan kelapa sawit. Pun begitu kami tak kesulitan. Ada banyak pilihan berkendara ke pusat kota. Hebatnya, tak ada calo yang mencoba menarik-narik tas maupun yang \'memaksa\' dengan menawarkan naik kendaraan tertentu.
Terlihat nyata Malaysia mencoba membuat nyaman dan aman pengunjung yang datang ke negaranya. Ini sejalan dengan tujuan negara tersebut menjadi salah satu destinasi kunjungan wisata terbaik di Asia.
Kami pun memilih menaiki bus menuju pusat kota. Namun jangan dibayangkan bus umum yang kerap pengap maupun tidak fit kondisinya seperti bus umumnya di Indonesia.
Di sana, busnya adem dan masih terbilang baru. Harganya tiketnya pun relatif murah. Perorangnya hanya sekitar 8 ringgit atau sekitar Rp 28.800. Bus tersebut beroperasi tiap 30 menit. Jadi tidak perlu harus berdesak-desakan maupun rebutan naik bus. Asal memiliki tiket bisa memilih bus untuk sekali jalan berlaku hingga dini hari.
Untuk menuju pusat kota kami transit di Kuala Lumpur (KL) Sentral. Jaraknya sekitar 64 kilometer dari bandara atau 1 jam perjalanan. KL Sentral merupakan stasiun kereta api. Jangan bayangkan stasiun tersebut suram, kurang teratur mulai dari masalah parkir, taksi yang berebut penumpang, atau loket karcis yang dijejali calon penumpang dan calo yang menawarkan karcis.
Ini bukan stasiun kereta biasa. Tapi sebuah pusat konektivitas antarmoda transportasi terbesar di Malaysia, bahkan di Asia Tenggara.
Gedungnya sangat luas dengan 4 lantai. Semua akses transportasi darat ada. Mulai dari taxi, bus, kereta cepat LRT (Light Rail Transit), KTM Komuter hingga monorail. Dari delapan jalur kereta api yang melayani Kuala Lumpur, enam di antaranya melalui KL Sentral, yaitu, RAPID KL, KTM Komuter, KTM Intercity, KL Monorail, serta KLIA Express dan KLIA Transit yang melayani jalur khusus ke KLIA.
Tidak hanya itu, sejumlah layanan kereta api antarkota yang melayani beberapa tujuan di Semenanjung Malaysia hingga ke Singapura pun berangkat dari sini. Bahkan KL Sentral pun menjadi tujuan beberapa bus dengan tujuan menuju wisata Genting Highland.
Di dalam bangunan tersebut juga tertata rapi dan nyaman. Kalau dirasakan seperti berada di dalam mal. Soalnya aneka kedai makanan dari restoran hingga yang cepat saji seperti Mc Donald atau Burger King hingga KFC ada di sana. Ada pula beberapa kedai yang menjual cinderamata, perlengkapan traveling seperti tas, payung, atau sepatu. Bahkan atrium yang terdapat di tengah stasiun, cerita warga setempat sering dijadikan ajang pameran.
Toiletnya juga sangat bersih dan menjadi lokasi favorit bagi \'backpacker\' untuk sekadar mandi gratis. Di KL Sentral ini ada penyewaan loker, harganya 5-20 ringgit, tergantung besarnya loker.
Jadi, bagi pelancong yang masih mau ke tempat lain tapi sudah check out hotel bisa sewa loker untuk menyimpan tas. Tapi jangan buka lagi setelah meletakkan barang pertama karena akan kena bayar lagi.
Kekaguman kami pun bertambah saat bus dari bandara melintasi jalan menuju di KL Sentral. Bus berjalan mulus lantaran tak ada lubang menganga maupun bekas tambalan jalan yang rata.
Jalannya sangat terawat, tidak licin, plus pengendaranya juga tertib. Kami jadi berandai andai kapan kiranya Indonesia memiliki jalan seperti ini. \"Idak ado lubang di siko (jalan) bang,\" ucap siswa SMAN Plus 7 Kota Bengkulu, Panca Septawijaya terheran-heran. Antrean kendaraan maupun kemacetan juga tidak terlihat. Justru terkesan sepi lantaran jalan tol yang lebar.
Padahal jika dilihat durasi mobil yang melintas terbilang padat. Pemerintah setempat terlihat membuat perencanaan matang antara pertumbuhan kendaraan dengan kapasitas jalan.
Setiba di KL Sentral, transportasi yang kami pilih menuju hotel adalah kereta cepat LRT. Walaupun tidak mengenal hafal kawasan Kuala Lumpur, pelancong bisa dipermudah. Soalnya, peta maupun rute LRT menuju berbagai stasiun terpampang jelas. Baik di KL Sentral maupun di dalam LRT itu sendiri.
Untuk membeli tiket masuk LRT juga sangat mudah. Tidak perlu berdesak-desakan. Semuanya dilayani dengan mesin-mesin otomatis. Layarnya touch screen. Cukup memilih stasiun yang dituju dan pilih berapa banyak penumpang. Mesin tersebut kemudian menunjukkan jumlah uang yang mesti dibayarkan. Selanjutnya tinggal memasukan uang sesuai dengan jumlah tersebut.
Bisa uang receh maupun kertas. Jika dibayarkan lebih, uang akan dikembalikan sisanya. Uniknya pula tiket yang diberikan bukan berupa kertas maupun kartu. Setelah transaksi selesai akan keluar gemerincing dari mesin. Ternyata koin dari plastik berwana biru bertuliskan Rapid KL. Koin yang disebut token ini yang dipakai untuk akses masuk ke dalam palang pintu menuju LRT.
Bila hendak masuk token tadi sentuhkan di sensor, maka palang pintu akan terbuka. Saat sampai di stasiun tujuan token dimasukkan ke dalam lubang untuk membuka palang pintu keluar. Tapi token ini untuk sekali sentuh saja. Bila palang pintu sudah terbuka, sedangkan kita tidak segera melintas maka palang akan tertutup. Dan token ini tidak berlaku lagi untuk membuka.
Kondisi ini sempat membuat kami khawatir. Sebab, pemenang tour gratis termuda Hanif Abdul Fattah yang duduk di kelas 2 itu sempat jadi \'korban\'. Ia tak bisa keluar.
Token yang dipegangnya dimain-mainkan di sensor. Berulang-ulang dicoba sensornya menolak. Untung saja ada petugas yang berbaik hati mendatangi membukakan palang pintu. Ternyata memang sensor tersebut sudah tersistem. Jadi memang token itu hanya sekali pakai. Ini menghindari duplikasi penumpang. Benar-benar canggih.
Dan satu lagi yang membuat token ini ditolak sensor pintu. Jika kita turun di stasiun yang berbeda dengan saat kita beli di mesin. Kasus ini akan lebih gawat. Sebab, tak hanya tidak bisa keluar tapi juga didenda.(bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: