PKL di Jakarta Diprotes Mahasiswa
ARGA MAKMUR, BE - Mahasiswa program studi (Prodi) Kesehatan Masyarakat, Universitas Ratu Samban (Unras), memprotes kebijakan pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL), yang diwajibkan harus di Jakarta. 72 orang mahasiswa yang akan mengikuti PKL, hanya 11 orang yang sudah membayar biaya PKL sebesar Rp 5,5 juta. Keberatan mahasiswa itu dikarenakan biaya yang mahal, dan tempat PKL yang sangat jauh. \" Kami ini tidak semuanya berasal dari keluarga mampu. Kenapa kampus memaksakan harus ke Jakarta hanya untuk PKL,\" ujar salah seorang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya. Padahal, untuk pelaksanaan PKL, di Provinsi Bengkulu masih ada rumah sakit yang layak. Bahkan universitas lain di Provinsi Bengkulu juga menggelar PKL di wilayah Provinsi Bengkulu. \" Waktu tiga bulan di luar kota itu sangat lama, dan biaya yang dikeluarkan sangat banyak. Orang tua kami kebingungan mencarikan dananya,\" bebernya. Pun begitu, protes mahasiswa semester enam itu tidak digubris pihak kampus. Pasalnya, Unras menilai tidak setuju dengan PKL ke Jakarta hanya beberapa orang saja. Sekretaris prodi kesehatan masyarakat, YB Masudi SSos MKes membantah kalau PKL mahasiswa semester akhir itu wajib ke Jakarta. Ia beralasan PKL itu sudah dibicarakan, dan hampir semua mahasiswa setuju. Ia mengaku ada beberapa mahasiswa yang keberatan, lantaran biaya yang terbatas. Namun, pihak kampus harus mengikuti pilihan yang terbanyak dari mahasiswa. \"Sebelumnya kita sudah bahas secara demokrasi, dan yang setuju lebih banyak daripada yang tidak setuju, dan mau tidak mau yang sedikit ini ikut yang banyak,\" ujarnya. Untuk PKL ke Jakarta itu diakui Marsudi merupakan pengembangan kurikulum mata kuliah tahun 2014. Hal itu juga sudah dikoordinasikan dengan rumah sakit yang ada di Jakarta. PKL ke Jakarta itu bertujuan untuk belajar terkait kesehatan yang memang tidak ada di Provinsi Bengkulu. Salah satunya untuk pembelajaran bedah. \"Ini pengembangan kurikulum, yang memang di rumah sakit di provinsi tidak ada, makanya harus ke Jakarta. Semua ini untuk ilmu mahasiswa, dan bukan permintaan kampus, makanya sebelumnya kita bahas dulu,\" jelasnya. Edmin Junidi SSos MM selaku bidang kemahasiswaan dan pengabdian masyarakat prodi kesehatan masyarakat mengakui, kalau untuk keberangkatan PKL belum diketahui kapan waktunya. Pasalnya masih tahap perencanaan dan persiapan. Dan untuk perencanaan tersebut pun harus dikaji lagi semaksimal mungkin, serta meminta izin beberapa rumah sakit yang ada di Jakarta. Tak Beli Buku Batal Wisuda Selain PKL wajib ke Jakarta, mahasiswa semester akhir itu juga wajib membeli buku panduan penulisan karya tulis ilmiah (KTI). Sontak saja hal itu memberatkan mahasiswa. Apalagi buku yang sudah dicetak itu sesuai dengan jumlah mahasiswa dan wajib dimiliki mahasiswa. Jika tidak membeli, mahasiswa dilarang mengikuti ujian tengah semester maupun semesteran, dan terancam tidak diwisuda. \"Selain itu kami juga wajib membeli buku panduan, jelas banyak sekali biaya yang harus kami keluarkan, dan ini memberatkan mahasiswa,\" terangnya. Sementara itu, Edmin Junidi SSos MM selaku bidang kemahasiswaan dan pengabdian masyarakat prodi kesehatan masyarakat, terkait pembelian buku itu, memang wajib. Hal itu dikarenakan memang buku itu penting sekali untuk pengetahuan mahasiswa dalam membuat KTI. Tujuannya saat bimbingan dengan dosen wajib membawa buku itu. Kalau memang mahasiswa tidak memiliki uang untuk membeli, untuk meringankan biaya silahkan foto copy, asalkan mahasiswa memiliki panduan KTI tersebut. \"Ujian ya silahkan mahasiswa kita ujian, masalah buku silahkan bawa dulu kalau belum bisa bayar, buku itu sudah kita cetak diluar kabupaten sebanyak jumlah siswa kita ini, jadi tidak mungkin tidak ada biaya. Soal terancam tidak wisuda itu tidak benar,\" jelasnya. (117)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: