1.150 Unggas Mati, Tim dari Lampung Turun

1.150 Unggas Mati, Tim dari Lampung Turun

ILIR TALO, BE - Diduga jumlah unggas yang mati di Kecamatan Ilir Talo, Kabupaten Seluma, mencapai lebih kurang 1.150 ekor. Namun belum diketahui apakah unggas itu terserang flu burung atau tidak, karena penyebab kematian baru diketahui secara kasat mata yakni secara mendadak dengan warna kulit memerah. Guna memastikan penyebab kematian unggas itu, tim dari Balai Veteriner Lampung langsung turun ke Desa Rawan Indah, yang merupakan lokasi unggas yang paling banyak mati. Dokter Hewan Sulisnawati selaku dokter yang didatangkan dari Lampung, ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kematian unggas tersebut, namun dari ciri fisiknya memang diduga mengidap flu burung. “Kita tidak bisa memastikan sekarang penyebab kematian unggas ini, namun jika dilihat dari ciri-cirinya memang diduga mengidap virus flu Burung,” kata drh Sulisnawati, kemarin. Guna memastikan penyebab kematiannya, Sulisnawati mengatakan, harus terlebih dahulu diperiksa secara mendalam di laboratorium peternakan hewan. Dia mengatakan, setalah mengecek lokasi dan mengambil sampel unggas yang mati itu, pihaknya akan membawa beberapa sampel organ tubuh unggas yang diduga terjangkit flu burung ini. Selain itu, mereka juga membawa satu ekor unggas jenis bebek yang masih hidup namun sudah mulai melemah untuk diperiksa di laboraturium Lampung. “Sampel kita bawa untuk diperiksa terlebih dahulu, sehingga hasilnya baru bisa dipastikan dalam waktu 4 hari ke depan,” ujar drh Sulinawati. Selain itu, kata dia, penyakit unggas ini bisa saja karena perubahan musim seperti saat ini. Serta disebabkan kandang unggas tersebut tidak pernah dibersihkan. Di sisi lain, untuk mencegah agar penyakit unggas itu tidak menular kepada unggas lainnya dan manusia, maka kemarin kandang unggas yang hewannya sudah mati, disemprot menggunakan disinvektan yang dibawa oleh Distannakbun Seluma. Sementara Pjs Kades Rawa Indah, Tohir Saputro menyebutkan, unggas yang mati itu diantaranya milik Suwarno, Arpandi, Slamet, Dalimin, Pasiran, Sunoko, Guntur dan Lardi. Mereka tersebar di RT 4, RT 3, RT 2, RT 1 serta RT 13. Awalnya, kata Tohir, warganya tidak tahu kalau rata-rata ternak mereka mati. Namun karena sudah banyak melapor ke kades, akhirnya kades melapor ke Dinas Peternakan. “Sebagain besar warga hanya menguburkan saja di pagi hari, namun lama kelamaan semakin banyak dan melapor ke saya. Sehingga saya pun melapork ke dinas,” kata Tohir. (333)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: