BI: Ketidakpastian Global Masih Hantui Ekonomi RI

BI: Ketidakpastian Global Masih Hantui Ekonomi RI

JAKARTA, BE – Bank Indonesia (BI) memperkirakan, kondisi perekonomian ke depan masih diwarnai tingginya ketidakpastian global dan permasalahan domestik yang bersifat struktural. “Untuk memantapkan hasil yang telah diraih, BI akan senantiasa mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara terukur,” ujar Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo, dalam siaran persnya di Jakarta. Agus menilai, kondisi fundamental perekonomian yang belum sepenuhnya pulih ini masih mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, dengan berlanjutnya pelemahan pada triwulan IV-2013. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah sepanjang 2013 melemah sebesar 10,4% dari Rp9.358 per dolar AS pada 2012 menjadi Rp10.445 per USD pada 2013. “Namun, kondisi tersebut tetap dapat dikelola pada tingkat volatilitas yang relatif rendah dan lebih baik dibandingkan dengan negara Asia lainnya,” tukasnya. Dia menambahkan, respons kebijakan yang ditempuh BI dan koordinasi dengan pemerintah berpengaruh positif pada menurunnya tekanan inflasi pada triwulan IV-2013. “Setelah mengalami tekanan tinggi akibat gejolak pangan dan kenaikan harga BBM bersubsidi pada triwulan II dan III-2013, inflasi IHK pada triwulan IV ini menurun signifikan dari triwulan sebelumnya,” paparnya. Menurutnya, di tengah berbagai tekanan tersebut, ketahanan industri perbankan tetap dapat terjaga, didukung oleh rasio permodalan yang kuat. Selain itu, fungsi intermediasi perbankan juga tetap berjalan lancar, meski penyaluran kredit melambat seiring dengan perlambatan perekonomian. “Kualitas kredit tetap terjaga, tercermin dari rasio kredit bermasalah yang rendah, dengan NPL gross sebesar 1,77%,” ucap Agus. Lebih lanjut BI menilai, Kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup, turut menopang kinerja perekonomian. Volume transaksi sistem pembayaran non tunai meningkat sebesar 33,24 juta (3,29%) dibandingkan dengan periode sebelumnya. “Peningkatan ini terutama berasal dari meningkatnya penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK),” jelasnya. Menurutnya, dengan mencermati dinamika yang terjadi selama Triwulan III-2013 serta perkiraan ke depan, BI mengambil sejumlah langkah kebijakan yang difokuskan pada upaya pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan yang lebih sehat untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi. “Selain itu risiko ketidakpastian global yang masih tinggi, semakin memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah dan mengganggu stabilitas ekonomi. Untuk itu, BI melakukan penyesuaian suku bunga acuan dan memperkuat operasi moneter yang sejalan dengan arah kebijakan moneter terkini,” tutup Agus. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: