Bertengkar dengan Pasangan Berdampak Buruk untuk Jantung

Bertengkar dengan Pasangan Berdampak Buruk untuk Jantung

BERTENGKAR dengan pasangan bisa jadi hal paling menyakitkan bagi setiap orang. Ternyata bertengkar dengan pasangan juga berdampak buruk bagi kesehatan jantung.

Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari University of Utah, AS menemukan orang-orang yang pasangannya tidak selalu mensuport dan terkadang menjengkelkan lebih berisiko mengalami kalsifikasi (pengapuran) arteri.

Ini artinya pembuluh darah mereka bisa penyakitan dan pada akhirnya mendatangkan risiko kematian dini lebih besar pada orang yang mengalaminya.

\"Ada riset berskala besar yang mengatakan hubungan yang kita jalin adalah alat prediksi tingkat kematian kita. Namun kebanyakan studi cenderung mengabaikan fakta bahwa banyak hubungan yang diwarnai dengan aspek positif maupun negatif atau ambivalensi,\" kata pakar psikologi dari University of Utah, Bert Uchino, seperti dilansir laman Daily Mail, Senin (10/2).

Dr. Uchino dan rekan-rekannya tertarik menggali bagaimana kompleksitas hubungan ini dapat memprediksi kesehatan kardiovaskular seseorang. Mereka kemudian meminta 136 pasangan dengan usia rata-rata 63 tahun untuk mengisi kuesioner.

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur kualitas hubungan pernikahan mereka, sekaligus tinggi rendahnya dukungan dari pasangan. Secara spesifik, kuesioner itu mengindikasikan apakah pasangan cenderung bersikap suportif atau menjengkelkan di saat-saat mereka butuh dukungan, saran ataupun bantuan.

Ternyata hanya 30 persen partisipan yang mengaku pasangannya selalu memberikan dukungan positif, sedangkan sisanya atau 70 persen menganggap pasangan mereka ambivalen, kadang membantu dan kadang hanya mengganggu dan membuat mereka kesal.

Setelah kondisi pengapuran arteri koroner partisipan dicek dengan CT scan, peneliti pun menemukan tingkat pengapuran arteri paling banyak terlihat pada pasangan yang menganggap belahan jiwanya seringkali menjengkelkan.

Akan tetapi bila hanya salah satu pihak saja yang merasakan hal ini, maka risikonya juga lebih sedikit. Yang pasti, efeknya tidak berbeda antara pria maupun wanita.

\"Mereka cenderung berinteraksi atau memproses informasi dari pasangannya dengan cara yang membuat mereka makin stres atau malah menekan potensi dukungan di dalam hubungan. Pada akhirnya ini akan mempengaruhi risiko penyakit kardiovaskular mereka,\" pungkas Dr Uchino. (fny/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: