Semangat Bersekolah, Bercita-cita Menjadi Dokter

Semangat Bersekolah, Bercita-cita Menjadi Dokter

Rapita; Anak Pengemis Tunanetra \"Rapita\"Wajahnya tetap ceria, meski beban berat terpikul dipundaknya. Kedua orang tuanya tunanetra dan hanya seorang pengemis.  Namun semangatnya untuk bersekolah pantas untuk ditiru oleh semua.   Simak laporannya. ================== TEDI CAHYONO,

Kota Bengkulu ================== RAPITA Cahnia, atau biasa dipanggil Pita dilahirkan ditengah-tengah keluarga tak punya.  Kedua orangtuanya, Lidian (35) sang ayah dan Susi (30) sang ibu, tunanetra sejak dilahirkan.  Karena itulah, orangtuanya memutuskan untuk menjadi pengemis, untuk membiayai ketiga anaknya. Anak yang lahir pada 23 Februari 2003 tersebut tak jarang ikut orangtuanya mengais rezeki di pinggir jalan.  Diakuinya, kalau hari libur, ia turut meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah.  \"Kalau libur biasanya ikut orangtua. Tapi kalau sekolah, paling cuma di rumah, bantu-bantu pekerjaan rumah,\" ungkapnya. Di tengah kondisi yang sulit itu, semangat Pita untuk tetap bersekolah begitu membara.  Anak yang beralamat di Jalan Merapi Kebun Tebeng itu mengaku ingin menjadi seorang dokter.  \"Aku pingin jadi dokter,\" ucap Pita saat ditanya cita-citanya. Diucapkan dari bibir mungilnya, keinginannya untuk jadi dokter karena sedih melihat kondisi kesehatan orangtuanya.  Selain itu, dia berniat ingin bisa membantu banyak orang.  \"Kalau jadi dokter kan bisa membantu banyak orang. Dokter juga pekerjaan yang mulia,\" jelas Pita. Karena cita-citanya tersebut, siswi kelas 5 SDN 22 ini selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah.  Di sekolah, prestasinya dalam bidang akademik juga cukup memuaskan.  Setiap semesternya, dia selalu masuk sepuluh besar.  Diakuinya, pelajaran yang paling ia sukai adalah pelajaran agama dan matematika. \"Paling enak belajar matematika dan agama. Keduanya sangat penting untuk kehidupan kita,\" tegasnya. Dengan prestasi dan kondisinya tersebut, pihak sekolah memberikannya beasiswa. Namun, tentu saja beasiswa tersebut jauh dari cukup untuk memenuhi kesehariannya. Besar harapannya, ada donatur yang sedia berderma agar sekolahnya tak terabai dan cita-citanya tercapai.   \"Semoga saya bisa tetap bersekolah, berprestasi, bisa membanggakan kedua orangtua,\" kata Rapita. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: