Sering Pindah Rumah Negatif Bagi Kejiwaan Anak

Sering Pindah Rumah Negatif Bagi Kejiwaan Anak

PINDAH rumah lebih dari sekali tidak jarang dilakukan sebuah keluarga. Bahkan, di kota besar seperti Jakarta, bukan hal aneh ada keluarga pindah tempat tinggal hingga lebih dari dua kali dalam setahun.

Tapi jika anda salah satunya dan mempunyai anak berusia di bawah lima tahun, sebaiknya kebiasaan pindah-pindah rumah itu dipertimbangkan lagi. Mengacu pada studi Cornell University, Amerika Serikat yang melibatkan 3.000 keluarga, diketahui bahwa sering pindah rumah bisa berdampak pada anak-anak yang belum memasuki usia sekolah. Imbasnya bisa pada masalah konsentrasi, gangguan kecemasan, dan hiperaktif.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development ini mempelajari keluarga yang lahir di kota-kota besar di AS tahun 1998 sampai 2000. Peneliti menemukan bahwa anak yang sudah pindah rumah tiga kali atau lebih sebelum usia lima tahun lebih mungkin mengalami gangguan konsentrasi dan perilaku. Sedangkan bagi mereka yang pindah rumah satu atau dua kali lebih cenderung memiliki masalah dalam kesehariannya. Dampak negatif ini terutama menonjol pada keluarga dengan tingkat pendapatan rendah.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa orang yang pindah rumah sebanyak tiga kali di masa kecil mereka, dua kali lebih mungkin menggunakan obat-obatan terlarang di usia 18 tahun. Psikolog anak dan keluarga, Dr. Sandra Wheatley mengatakan, ketika anak mengalami banyak gangguan di kehidupan awalnya, mereka bisa tumbuh dengan perasaan cemas dan tidak aman.

\"Dengan sering pindah rumah, anak bisa berpikir mengapa orang tua mereka sering berpindah tempat dan kemungkinan adakah hubungan yang buruk antara orang tuanya dengan orang lain atau ada upaya melarikan diri dari masalah,\" kata Dr Whaeatley, seperti dilansir laman Telegraph, Senin (24/2).

Pada tahun 2012, studi terhadap 7.000 orang dewasa di AS menemukan bahwa semakin sering orang pindah rumah di masa kanak-kanak, makin besar juga kemungkinan mereka melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah. Hal itu terlepas dari usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

Sedangkan anak-anak cenderung bisa ulet dan mengatasi masalah dengan baik ketika mereka melihat orang tuanya bisa menetap di suatu tempat tinggal tanpa berpindah-pindah lagi.(fny/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: