Pedagang Kian Tertekan
BENGKULU, BE - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) Pasar Minggu merasa kian tertekan. Di satu sisi mereka merasa diancam dengan penertiban Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Di sisi yang lain mereka merasa selalu membayarkan uang sewa lapak kepada oknum pasar dan juru parkir. \"Saya ini uang kebersihan bayar, uang parkir bayar, tapi kenapa barang dagangan dan lapak saya disita? Gimana saya mau hidup kalau begini,\" kata Anja (50), warga Setiong Kelurahan Sukamerindu, usai dagangan dan lapaknya dibongkar Satpol PP Kota Bengkulu, kemarin. Ia meminta kepada pemerintah untuk dapat memberikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Ia menyatakan, saat berjualan di badan jalan, bukan berarti ia tidak mendukung program Bengkuluku Bersih. \"Harusnya sebelum barang-barang dan lapak saya diambil, solusinya dulu tawarkan kepada saya. Kalau memang tidak ada solusinya kenapa langsung main bongkar. Kalau saya tidak boleh jualan di sini, terus saya harus ngapain?\" tanyanya. Senada diungkapkan Sulastri (38). Ia mengeluhkan adanya oknum-oknum yang mengaku sebagai petugas pemerintah mengambil retribusi parkir dan keamanan. Ia berharap pemerintah dapat menjelaskan kepada mereka, jenis retribusi apa saja yang sah di kawasan Pasar Minggu. \"Kita ini sudah bayar sewa lapak dan parkir, masih juga diusir,\" kesalnya. Sementara Kepala Satpol PP Kota Bengkulu, Jahin LB SSos, mengatakan, setiap pedagang telah mereka ultimatum untuk tidak berjualan di trotoar maupun di jalan. Ia merasa gentar dengan penolakan PKL atas penertiban yang mereka lakukan. \"Mereka yang kita bongkar ini selama ini sudah kita beritahu. Tapi membadel,\" ungkapnya. Pantauan BE, sejumlah pedagang sempat protes atas kegiatan penertiban yang dilaksanakan Satpol PP. Meski sempat terjadi tarik menarik, namun penertiban berlangsung aman. Sejumlah PKL mengambil kembali dagangannya di kantor Satpol PP setelah membuat surat pernyataan. (009)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: