Bengkulu (Eks:Keresidenan) Lebih Dikenal Masa Orde Lama

Bengkulu (Eks:Keresidenan)  Lebih Dikenal Masa Orde Lama

 Bengkulu Doeloe dan Bengkulu Kini (5/Habis)

Oleh: H. Kaharuddin Thahir, BSW. (Pengamat Sosial Politik dan Agama)

SECARA fisik material, finansial khususnya periode reformasi saat ini jauh lebih menguntungkan dibanding periode masa (Periode Orde Lama). Sebagai konsekuensi logisnya secara fisik pembangunan secara lahiriyah nampak lebih semarak saat ini. Tapi secara hakiki Bengkulu (Baca eks. Keresidenan) Bengkulu jauh lebih terkenal bahkan populer pada masa Orde Lama. Pada periode Orde Lama Bengkulu secara nasional mampu memiliki, tepatnya mendistribusi dan memiliki asset 4 orang Menteri 1. Ir. Indra Tjaya, 2. Prof. Dr. Mr. Hazairin, 3. Mohamad Hasan, 4. Dr. Oei Tjoe tat), enam orang duta besar 1. Prof. Dr. Siddik, 2. Mr. Mohamad Amin Azharie, 3. Mohamad Ali Chanafiah, 4. Hanafi, 5. Asmara Hadi, 6. Ibrahim Isa. Dua Perwira TNI AD yang mendapat kesempatan memasuki Pendidikan Tinggi Militer di Amerika Serikat masing-masing Nawawi Manaf dan Zakaria Kamidan pernah mendapat kepercayaan menjadi Panglima dan Kepala Staff TT II Sriwijaya, Kolonel Barlian dan Mayor Nawawi Manaf. Sedangkan Periode II dekade akhir-akhir ini untuk mendapatkan esselon I saja Bengkulu tidak bisa, kecuali ada seorang Semenda yaitu Dr. Hamidah Ali Syahbana alias anak menantu Prof. Sutan Takdir Ali Syahbana yang dipercaya sebagai Menteri Ketua Bappenas. Dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 01-10 Februari 2014 ini pantas peristiwa di atas mendapat perhatian media nasional baik elektronik maupun media cetak. Hal ini penting diketahui bahwa sejak lama Bengkulu sudah dikenal dan terkenal yaitu sejak jaman penjajahan baik Inggris maupun Belanda. Bung Karno sekali berdayung dua tiga pulau terlampau, demikian orang tua-tua Bengkulu berpatuah yang bunyinya seperti sub judul di atas. Kata kias di atas adalah seperti dimaklumi bahwa Kota Bengkulu adalah bagi Inggris yang berivalitas dengan Belanda dibuang (internir) oleh Belanda dan telah ditangkap pada tanggal 31 Agustus di Batavia sehabis rapat di rumah M. Husni Thamrin dia langsung dijebloskan ke penjara Sukamiskin di Bandung. Selanjutnya Gubernur Jenderal (de Jonge) dengan tangan besi menyingkirkan Bung Karno ke Endeh Flores. Seperti dimaklumi faktor utama atau pertimbangan penjajah dalam menyingkirkan pejuang besar seperti Bung Karno adalah dengan mempertimbangkan daerah atau lokasi tempat pembuangan yang dapat pejuang tersebut mati kutu, tidak bisa leluasa bergerak dan banyak penyakit. Untung saja pembuangan pejuang besar seperti Bung Karno mendapat pengawasan langsung dari Bapak M. Husni Thamrin. Seperti dimaklumi semua setiap pembuangan Bung Karno dipastikan ditempat sarang penyakit terutama malaria. Hal ini oleh Bapak M. Husni Thamrin yang menjabat wakil ketua Volksraad parlemen Jajahan dan Ketua Fraksi Nasional mempersoalkan hal ini ke Parlemen Jajahan. Mengancam Pemerintah Kolonial Belanda yang harus bertanggung jawab. Pemerintah Hindia Belanda terpaksa mencari tempat pembuangan baru bagi Bung Karno dengan memilih Kota Bengkulu. Mengapa kota Bengkulu? Asisten Residen Belanda menulis dalam laporan umumnya tahun 1874 mengemukakan pada Pemerintah Inggris di Bengkulu terdapat beberapa keluarga terkemuka dari tempat-tempat lain. Terutama dari Jawa, Madura, dan Sulawesi. Sampai begitu jauh mereka berhasil menciptakan kelas tersendiri. Selanjutnya di bawah Wakil Gubernur Joseph Harlock (1746-1752) datang pula di Bengkulu Raden Tumenggung Wirahadi Ningrat dan adiknya Raden Sang Nata, putra-putra Cakraningrat Penembahan Bangkalan. Mereka minta suaka politik karena bapaknya ditawan Belanda lalu dibuang ke Tanjung Harapan, Afrika. Dengan surat rahasia Pemerintah Hindia Belanda tanggal 02 Desember 1833, Sentot Alibasyah dibuang ke Bengkulu. Dia bertempat tinggal di Jitra dekat kuburan Inggris dan meninggal tanggal 17 April 1855, makamnya terawat baik sampai saat ini dan terdapat banyak kunjungan. Makamnya terletak di Kelurahan Bajak kota Bengkulu. Pada waktu itu turut pula diasingkan ke Bengkulu Pangeran Kusumanegaran dan Tumenggung Surajinggala semua yang dianggap terlibat Perang Diponegoro. Kemudian pada tahun 1883 dua belas bangsawan Yogyakarta dibawa ke Bengkulu yang ditunjuk sebagai tempat tinggal mereka selanjutnya.

Proklamasi

Bengkulu menerima informasi tentang Indonesia merdeka dari mantan Gyugun bernama Rahim Damrah yang baru datang dari Palembang pada tanggal 3 September 1945 dan menginap di rumah Hadis Lani (Pengantungan), berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 terdapat dari surat kabar “Palembang Shinbun”. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertambah jelas setelah adanya kawat dari Adinegoro, Bukit Tinggi tanggal 5 September 1945 yang berbunyi: “berdasarkan Atlantic Charter, San Fransisco, berkenaan dengan maklumat Soekarno – Hatta tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah merdeka. Kibarkanlah di seluruh Sumatera di Hari Raya mulia ini Merah Putih saja, lambang Agama dan Raja. Raja Sumatera dibalehkan, keamanan sempurnakan. Selamat Hari Raya Selamat Merdeka Adinegoro, 5 September 1945. (Dikutip dari buku yang berjudul Perlawanan terhadap Penjajahan dan Perjuangan menegakkan Kemerdekaan Indonesia di Bumi Bengkulu, hal. 48, M.Z. Ranni). Waktu itu tentara Jepang di daerah ini masih bersenjata lengkap, walaupun mereka tidak berkuasa lagi. Rakyat menyambut Proklamasi dengan semangat yang meluap-luap. Mereka tidak lagi memperdulikan tentara Jepang, seolah-olah dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu terkikis habislah semua “kengerian” mereka. Bahkan timbul keberanian yang kadang-kadang sukar dikendalikan. Segera terlihat Sang Merah Putih mulai berangsur-angsur dipasung oleh rakyat di depan rumahnya masing-masing. Selain dari itu para pemuda memasang lencana Merah Putih di kopiah dan di dada, mobil-mobil dipasang bendera kecil, demikian pula delman-delman sampai gerobak sapi, walaupun pada permulaan belum semuanya. Pekik “MERDEKA” terdengar dimana-mana, bersahut-sahutan sambil mengacungkan tinju ke atas. Itulah sekelumit gambaran masyarakat/ rakyat Bengkulu menyambut Proklamasi 17 Agustus 1945. Demikian sekilas sekelumit gambaran situasi waktu itu. (Habis)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: