Lemang Tapai dan Tradisi Warga

Lemang Tapai dan Tradisi Warga

LEMANG tidak asing lagi ditelinga warga Seluma, Manna, Kaur (Semaku). Lemang adalah makanan dari ketan dicampur dengan santan lalu dibakar dalam bambu muda ini akan sulit ditemui. =================

ASROFI,

Bintuhan ================= LEMANG di wilayah Kecamatan Nasal, tak kalah eksistensinya dengan makanan modern saat ini.  Makanan khas daerah ini masih mudah ditemui sebagai hidangan, disandingkan dengan tapai yang juga terbuat dari ketan, dikemas rapi dibungkus daun. Di daerah ini beberapa desa masih menjadikan Lemang, sebagai menu pembuka kue, dalam setiap acara terutama acara resepsi pernikahan. Bahkan untuk membudayaan makanan tersebut belum lama ini, menyambut tahun baru 2014 lalu, sempat digelar lomba memasak lemang.  \"Masih menjadi tradisi warga, bahkan bila disaat bulan ramadhan hampir setiap warga memasak lemang, dan budaya ini akan dipertahankan,\" kata Camat Nasal Jafilus SSos, kemarin. Lemang yang dimasak warga Nasal berbeda dengan lemang yang diolah warga daerah lain, seperti Padang Guci. Di kecamatan  Nasal, itu lemang ukurannya hanya sebesar senter dan dikemas dalam bambu dan dibungkus rapi dengan daun pisang.  Kemudian dibakar dengan cara dipanaskan diatas bara api hingga matang. \"Proses memasaknya bisa mencapai 1 jam lebih tergantung dengan kondisi bara api, kemudian lemang di Nasal rasanya lebih legit dan enak,\" jelasnya. Dijelaskanya, saat ini disebagian desa yang sudah peradabannnya, memang warga sudah enggan untuk mengolah lemang tersebut. Pasalnya selain ribet juga membutuhkan modal yang tidak sedikit baik uang maupun tenaga. Selain itu sekali masak tidak mungkin hanya 5 atau 10 batang lemang. \"Biasanya warga memasak paling sekit 50 batang, namun sayang banyak anak muda banyak belum tahu masak lemang,\" jelasnya.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: