Dahulu Dibayar Mahal, Kini Banting Harga

Dahulu Dibayar Mahal, Kini Banting Harga

Kisah PSK Terminal Air Sebakul Setelah tidak berfungsi lagi, Terminal Air Sebakul Kota Bengkulu kini menjadi sarang alias tempat pekerja seks komersial (PSK) mangkal. Wartawan BE berhasil mengorek cerita masa lalu salah satu PSK yang mangkal di terminal tersebut. Simak laporannya. ==================

DODI PRAYENATA,

Kota Bengkulu ==================

Dari informasi yang dihimpun BE, PSK yang ada di terminal tersebut berumur dari 30 tahun sampai umur 45 tahun. Kebanyakan mereka berasal dari Bengkulu Selatan. Kamar atau ruangan sisa dari terminal tersebut menjadi tempat usaha si pemilik. Guna menutui lokasi prostitusi terselubung itu, PSK menjadi pelayan di salah satu warung di terminal tersebut. Biasanya warung itu menyajikan kopi seharga Rp 5 ribu pergelas dan barang manisan. Di setiap warung ada 3 sampai 5 orang PSK  yang mangkal. Salah satu PSK sebut saja namanya Menik (45) mengaku, saat masih muda dia sering menjajakan diri di kafe dan warem yang ada di wilayah Pantai Panjang, Kota Bengkulu. Awalnya mereka memasang tarif dari Rp 75 ribu sampai Rp 150 ribu untuk sekali “ngamar”. Dari hasil pendapatan, mereka juga harus memotong sewa kamar sebesar Rp 20 ribu per sekali “ngamar”. Namun karena sudah tua, pendapatan mereka mangkal perharinya hanya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu. Jika masih muda biasanya pelanggan paling banyak 4 orang perhari, namun saat ini terus berkurang. Pelanggan mereka saat ini biasanya orang sekitar terminal, supir, pekerja tambang dan banyak lainnya. Biasanya pelanggan ini mereka diberi diskon sesuai kesepakatan yang telah ditentukan. \"Kami tidak laku lagi kalau masih mencari pelanggan di Pantai Panjang, lagi pula kami sudah tua hanya bisa menunggu pelanggan disini saja (terminal),\" ungkap Menik. Ia menambahkan, kalau sekarang simpanan om-om bukan seperti mereka lagi melainkan anak-anak muda. Menurutnya PSK yang ada di kafe tersebut menjadi incaran bukan seperti mereka lagi. Biasanya tarif mereka bisa mencapai jutaan rupiah. \"Kami jual murah saja, dari pada tidak dapat penghasilan sama sekali,\" ujarnya. Mereka mengakui kalau mereka lebih senang dengan pekerjaan mereka sekarang dari pada menipu orang lain. Walaupun dipandang hina oleh masyarakat, mereka tidak peduli karena dari hasil itu mereka bisa menghidupi anak-anak mereka. \"Kerja seperti kami lebih enak daripada pengemis dan maling. Kami bekerjakan tidak merugikan orang lain,\" tutupnya.(cw3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: