Industri Coklat Tak Seenak Rasanya

Industri Coklat Tak Seenak Rasanya

JAKARTA, BE – Industri komoditas cokelat di Indonesia masih kurang bergairah. PT Davomas Abadi Tbk (DAVO), salah satu emiten yang bergerak di bidang produksi komoditas kakao atau biasa di sebut cokelat, mengaku mengalami penurunan produksi dan penurunan volume penjualan. Tercatat volume produksi cokelat butter DAVO terjadi penurunan dari kuartal III 2012 sebesar 18.820 ton menjadi 7.420 ton di kuartal III 2013. Cokelat powder pun mengalami penurunan di kuartal III 2012 yang tercatat 69.825 ton menurun menjadi 16.372 ton di kuartal III 2013. Kondisi ini juga mendorong volume penjualan pun ikut menurun, untuk coklat butter dari sebesar 12.780 ton menjadi 7.731 di kuartal III 2013. Begitu juga coklat powder dari 13.692 ton menjadi 8.119 ton di kuartal III 2013. “Cokelat adalah komoditas, kita tidak punya pegangan harga terkait harga komoditas, harga biji lemak yang kita produksi tergantung suplai negara penghasil komoditas,” kata Sekretaris Perusahaan Davomas Abadi, Hasiem Willy, kepada wartawan, di Gedung BEI, Jakarta. Menurut Hasiem, bisnis dan harga komoditas kakao akan membaik jika investor asing marak berinvestasi di bidang kakao dan mengembangkan usahanya di Indonesia. “Bisnis coklat akan bagus jika para investor mulai melirik ke bisnis cokelat sehingga harga cokelat bergairah,” tambahnya. Meski produksi dan volume penjualannya menurun, namun pihaknya optimis industri kakao kedepan akan menjadi salah satu sektor yang mampu diminati para investor. “Kalau asing sudah masuk ke bisnis coklat di Indonesia, kita perkirakan harga coklat akan lebih baik. Industri kakao di Indonesia menurut kita akan terus berkembang dengan masuknya para perusahaan-perusahaan coklat baik asing maupun lokal yang akan mengembangkan usahanya di Indonesia akan menggairahkan harga coklat,” imbuhnya. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: