Butuh Realisasi Janji Pemerintah

Butuh Realisasi Janji Pemerintah

Duka Eks PKL Pasar Subuh Belum Berakhir \"RUDI DAHULU, saat masih berjualan pada subuh hari di Jalan KZ Abidin II, meski hanya berjualan sayur mayur, mereka dapat menghidupi seluruh keluarga. Saat ini, mereka mengaku harus terpaksa berhutang untuk dapat melanjutkan usaha yang mereka jalani. Bagaimana duka kehidupan para pedagang eks Pasar Subuh saat ini? Berikut laporannya. ===================

RUDI NURDIANSYAH,

Kota Bengkulu. ===================

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa inilah yang dengan tepat mencerminkan kehidupan eks pedagang Pasar Subuh di Pasar Barukoto II saat ini. Dahulu ketika masih berjualan di Jalan KZ Abidin usaha mereka lancar. Mereka bisa menyekolahkan anak, berobat dan hidup sebagai golongan warga masyarakat yang mendapatkan nafkahnya secara halal. Hingga akhirnya Pemerintah Kota memutuskan kebijakan untuk merelokasi mereka. Awalnya mereka menolak. Tidak sedikit perlawanan yang mereka lakukan. Mereka bahkan pernah merobahkan bangunan seng yang dibangun pemerintah untuk menghalau mereka kembali berjualan. Klimaksnya, 3 pimpinan mereka ditangkap dan dipenjara. Perlawanan ini pun berakhir. Mereka pasrah dan bersedia pindah. Mereka sebenarnya masih memiliki harapan ketika pindah dari Jalan KZ Abidin II ke Pasar Barukoto II. Bagaimana tidak, saat itu Pemerintah Kota berkomiten untuk senantiasa memobilisasi para pegawai untuk berbelanja secara rutin di pasar itu. Pemerintah Kota juga berjanji akan menetapkan seluruh jalur angkot dapat melewati kawasan Pasar Barukoto II. \"Sekarang semua itu tinggal harapan. Saya yang tadinya tidak pernah harus meminjam dari koperasi untuk meneruskan usaha saya ini, tapi sekarang terpaksa saya akhirnya meminjam,\" keluh Ida Farida (49), warga Kebun Veteran yang berjualan sayur mayur di Pasar Barukoto II. Dia menceritakan, keinginannya untuk berjualan kembali di Jalan KZ Abidin II memang ada. Ia pun menyambut baik ketika berhembus kabar bahwa diantara rekan mereka ada yang memutuskan akan menyewa gedung eks Barata, sebuah gedung besar yang pernah menjadi sentral penjualan busana di Kota Bengkulu. \"Tapi hanya isu saja. Sejuah ini tidak jelas siapa yang koordinir,\" ungkapnya. Pada akhirnya, Ida besar berharap agar Pemerintah Kota dapat menggenapi janji untuk memasukkan jalur angkot ke kawasan tempat mereka berusaha. Ia merasa yakin dan optimis, apabila jalur seluruh angkot dapat memasuki kawasan mereka, usaha mereka dapat bergairah kembali. \"Biarlah kami tidak pindah. Sebenarnya kami sudah enak disini. Bayar retribusi hanya Rp 3 ribu per hari. Tapi teman-teman kami banyak mengeluh mahalnya biaya angkot kesini. Katanya untuk kesini dari Sawah Lebar aja bisa habis Rp 10 ribuan.  Asal ini saja dipenuhi oleh pemerintah kami sudah bersyukur,\" tukasnya. Sama halnya dikemukakan Musinah (55), warga Kelurahan Tengah Padang yang sehari-hari juga berjualan sayur mayur. Ia tak tertarik dengan adanya gerakan untuk pindah ke eks Barata. Ia hanya meminta agar pemerintah tidak membatasi jalur angkot untuk datang ke kawasan mereka. \"Nanti kalau di Barata malah bayar lagi. Kami ini utang sudah tertumpuk. Sudah, bebaskan aja jalur angkot. Cuma itu harapan kami,\" imbuhnya. Sekretaris Daerah Kota Bengkulu, Drs H Yadi MM menegaskan, eks Barata tidak bisa menjadi pasar. Menurut dia, peruntukkan kondisi bangunan tersebut bukan untuk pasar, melainkan untuk barang-barang jadi olahan pabrik seperti elektronik, busana atau barang-barang pecah belah. Kepada para pedagang, ia mengimbau agar tetap optimis dalam menatap masa depan. Disampaikannya, Pemerintah Kota terus berkomiten untuk mensejahterakan pedagang eks Pasar Subuh tersebut, salah satunya dengan mencairkan Rp 50 juta dana untuk koperasi pedagang Pasar Barukoto II. \"Saya sendiri sering subuh-subuh berada disana. Memang tidak menggunakan baju dinas. Kami akan terus memikirkan kesejahteraan pedagang disana. Jangan khawatir, semua dilakukan bertahap,\" ujar pria yang dikenal berpembawaan kebapakan ini. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: