Tabot Milik Masyarakat Bengkulu

Tabot Milik Masyarakat Bengkulu

BENGKULU, BE - Ketua KKT (Kerukunan Keluarga Tabot) non aktif, Syaiful Hidayat mengatakan,  fetival tabot merupakan milik seluruh masyarakat Bengkulu. “Jadi saya mengharapkan agar jangan ada orang-orang atau kelompok yang berusaha untuk memojokan KKT terkait dengan ritual tabot yang dilaksanakan oleh KKT,” ujar Syaiful Hidayat ketika ditemui awak media di dalam Lapas Malabro Kota Bengkulu Kemarin (22/11). Pernyataan terpidana korupsi dana tabot tahun sebelumnya ini merupakan reaksinya terkait polemik yang terjadi pasca dilaporkannya ustad Amri oleh perwakilan KKT terkait khotbanya di Masjid Ar Rahman beberapa waktu lalu, bahwa tabot itu syirik. \"Animo masyarakat sudah cukup baik, karena setiap tanggal 1 sampai 10 Muharam ada tabot. Sehingga saya harap janganla ada kelompok atau orang-orang yang menyebarkan isu untuk menciptakan polemik ditengah masyarakat,\" ungkap Syaiful. Dijelaskan, rangkaian kegiatan tabot merupakan seni budaya Kota Bengkulu yang mengangkat Kota ke tingkat nasional. Serta dapat dijadikan ajang untuk mempromosikan budaya Bumi Raflesia. Sebab sejauh ini hanya fetival tabot yang dapat dijadikan festival nasional oleh Kota Bengkulu. \"Tabot ini milik masyarakat, jangan ada yang menciptakan polemik ditengah masyarakat,\" terangnya. Dijelaskan Syaiful yang sudah menjalani masa tahanan beberapa bulan di Lapas Malabro ini, ritual tabot syakaral itu merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh keturunan KKT tidak ada tujuannya untuk hal-hal gaib atau untuk mendatangkan sesuatu. \"Ritual menggunakan kemeyan bukan untuk memanggil apa apa, tetapi untuk melaksanakan ritual kewajiban keturunan KKT. Tidak ada yang syirik dalam kegiatan tersebut,\" ujarnya. Untuk orang-orang yang menilai tabot menyimpang jangan langsung mengumbar perkataan di media massa, lebih baik semua pihak duduk bersama dan membahas permasalahan yang dianggap menyimpang tersebut sehingga semuanya mengetahui makna ritual tersebut apa. \"Mari duduk bersama kita bahas apa maknanya ritual skarat tersebut.\" kata Syaiful. Mantan Lurah Malabro tersebut, membantah keras ungkapan yang mengatahkan bila tidak dilaksanakan ritual tabot maka akan terjadi bencana atau balak di Kota Bengkulu. Menurut Syaiful ungkapan tersebut merupakan bagian dari hal-hal yang lakukan untuk oleh unsur-unsur yang ingin memojokkan. Tetapi sayangnya Syaiful tidak menjelaskan secara detail siapa kelompok atau unsur-unsur yang ingin memojokan KKT, seperti yang diungkapnyanya tersebut. \"Festival tabot ini untuk meningkatan ekonomi kerakyatan, tanya kepada para pedangan berapa keuntungan yang didapatnya saat tabot dilaksanakan,\" ujaranya.(320)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: