Menkeu: Tidak Masalah Rupiah Melemah
JAKARTA - Depresiasi nilai tukar Rupiah hingga 20 persen sepanjang tahun ini memang signifikan. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, pergerakan atau volatilitas nilai tukar Rupiah terlihat lebih smooth atau lembut.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, bagi makro ekonomi, yang terpenting bukanlah di level berapa Rupiah bertahan. \"Karena itu, tidak masalah kalau Rupiah dalam tren melemah. Yang penting, stabilitasnya terjaga, tidak naik turun tajam,\" ujarnya kemarin (22/11).
Menurut ekonom yang juga mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini, kondisi Rupiah saat ini jauh lebih baik dibanding beberapa bulan lalu. Ketika itu, volatilitas Rupiah memang cukup tajam. Pergerakan harian Rupiah bisa sampai 300 - 400 poin.
\"Yang repot itu kalau Rupiah begini begini (sambil tangannya naik turun). Sekarang memang masih berfluktuasi, tapi kan smooth, 30 rupiah, 50 rupiah, balik lagi. Stabilitas ini yang diinginkan pasar,\" katanya.
Sebagai gambaran, nilai tukar Rupiah berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Rupiah kemarin ditutup di posisi 11.706 per USD, menguat 11 poin dibanding penutupan sehari sebelumnya yang di posisi 11.717 per USD.
Di pasar spot, Rupiah terlihat bervariasi. Data kompilasi Bloomberg menunjukkan, kemarin Rupiah ditutup di posisi 11.700 per USD, melemah 5 poin atau 0,04 persen dibanding penutupan Kamis (21/11) di posisi 11.695 per USD. Sementara itu, data Reuters menunjukkan Rupiah menguat cukup signifikan hingga 230 poin, dari 11.703 menjadi 11.473 per USD.
Chatib lantas mengutip laporan lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings yang mengapresiasi otoritas Indonesia dalam penangananan gejolak saat ini. Misalnya, keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI Rate hingga 7,5 persen, serta membiarkan depresiasi Rupiah secara smooth. \"Persepsi pasar juga seperti itu (seperti Fitch, Red),\" ucapnya.
Sebelumnya, Analis Utama serta Direktur Fitch Ratings Hongkong Thomas Rookmaaker mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah BI yang tidak lagi menghamburkan cadangan devisa untuk mempertahankan posisi nilai tukar Rupiah.
\"Otoritas Indonesia lebih memilih stabilitas daripada mengejar pertumbuhan ekonomi. Langkah ini krusial dan membuat outlook Indonesia tetap stabil dengan rating BBB-,\" ujarnya.
Menurut Rookmaaker, ekonomi Indonesia masih dalam trek yang bagus. Namun demikian, ada beberapa isu yang harus dicermati oleh otoritas di Indonesia. Pertama, rencana pengurangan stimulus atau tapering off oleh Bank Sentral AS (The Fed) yang bisa memicu lairan modal keluar dari emerging market.
Kedua, pemerintah harus terus mengelola anggaran dengan baik. Ketiga, stabilitas politik di masa Pemilu 2014. \"Faktor-faktor itu yang akan menentukan outlook Indonesia ke depan,\" katanya. (owi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: