Puluhan Desa Terancam Terisolir
BENTENG, BE - Lantaran minimnya anggaran untuk perbaikan jembatan yang menjadi akses masuk ke puluhan desa di Kecamatan Pondok Kelapa dan Bang Haji, puluhan desa di dua kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) itu terancam terisolir.
Hal ini dikarenakan jembatan yang terletak di Desa Kembang Ayun Kecamatan Pondok Kelapa itu, kondisinya semakin parah dan memprihatinkan.
Badan jembatan yang banyak berlubang tersebut telah mengakibatkan beberapa orang mengalami kecelakaan akibat terjatuh dari jembatan. \"Kondisi jembatan ini cukup membahayakan warga yang melintas di atasnya,\" keluh Kades Kembang Ayun, Pakulna.
Pakulna mengatakan, jembatan gantung yang berada di pangkal desanya tersebut dibangun pada tahun 1996 lalu. Selama itu pula sejak dibangun, belum pernah sekalipun mendapat perbaikan, bahkan setiap hari kerusakan jembatan semakin parah.
Puncaknya pagi kemarin, banyak pengendara sepeda motor terutama anak sekolah yang terperosok ke dalam lubang jembatan karena tidak bisa mengendalikan sepeda motor saat melewati badan jembatan yang banyak bolong tersebut. \"Kalau dibiarkan begini terus, makin hari akan memakan akan semakin banyak menelan korban,\" terangnya.
Ditambahkannya, kondisi tersebut sudah beberapa kali dilaporkan ke pihak pemerintah. Melalui kecamatan hingga mendatangi langsung dinas terkait agar bisa dimasukkan dalam perencanaan pembangunan. Namun hingga saat ini belum juga diperbaiki. \"Tahun kemarin juga sudah saya laporkan, namun belum ada tindak lanjut yang nyata,\" tambahnya.
Kedepannya diharapkan agar pembangunan ataupun perbaikan dapat dilakukan dengan sempurna. Seperti perbaikan jangan hanya setengah-setengah saja. Kondisi badan jembatan yang sudah sangat parah, dimana kayu badan jembatan yang sudah lapuk sangat riskan sekali sehingga bisa mengancam keselamatan pengguna jembatan yang lewat.
Padahal, jembatan tersebut mrupakan akses masuk yang dipilih masyarakat puluhan desa. Karena, akses masuk lainnya melalui perusahaan perkebunan PT Bio Nusantara kondisinya lebih parah lagi. \"Penghasilan sebagai petani, sudah sedikit malah harus dikurangi lagi untuk biaya angkut agar bisa dibawa keluar,\" demikian Pakulna.(111)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: