NASA Kirim Misi Peneliti Debu Bulan

NASA Kirim Misi Peneliti Debu Bulan

PASADENA - Badan luar angkasa Amerika Serikat, NASA, mengirimkan misi terbarunya ke bulan dari fasilitas roket Wallops di pantai timur AS  Jumat (6/9), pukul 23:27 waktu setempat. NASA mengusung misi senilai USD 280 juta melalui roket tanpa awak LADEE untuk melakukan investigasi terkait atmosfir tipis yang mengelilingi bulan.

Roket ini juga akan mencoba untuk menyelidiki perilaku aneh debu bulan atau moondust yang melayang tinggi di atas permukaan bulan saat-saat tertentu.  \"Misi ini mungkin akan mengejutkan sebagian orang yang percaya bahwa bulan tidak memiliki lapisan atmosfir,\" ujar ilmuwan NASA, Sarah Noble seperti dilansir BBC, Sabtu (7/9).

Bulan dipercaya memiliki lapisan atmosfir, meskipun sangat tipis sehingga molekul individual sangat terlalu dan tidak berinteraksi satu sama lain, tetapi tidak berbenturan. “Ini sesuatu yang kita bisa sebut sebagai eksosfer. Bumi juga memiliki eksosfer, tetapi anda harus keluar menuju orbit Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk melihat kondisi yang disebut sebagai eksosfer. Di bulan, situasi itu terjadi tepat di permukaan,\" lanjutnya.

Ilmuwan tertarik untuk memahami lapisan tipis ini karena merupakan jenis atmostif paling umum di sistem matahari. Merkurius memilikinya, sama dengan banyak bulan lainnya di planet-planet raksasa. Bahkan asteroid juga memiliki lapisan ini.

Fenomena debu ini menggelitik rasa penasaran dalam beberapa dekade. Astronot Apollo dilaporkan melihat cahaya menyebar di atas cakrawala bulan sebelum matahari terbit.

Spekulasinya adalah bahwa cahaya ini disebabkan oleh partikel debu bermuatan listrik yang terangkat dari permukaan bulan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Sensor jarak jauh dan instrumentasi contoh dari LADEE akan menguji hipotesa ini.

Karenanya sebagai tambahan, LADEE akan melakukan tes terhadap sistem komunikasi laser baru yang diharapkan dapat digunakan dalam misi luar angkasa pada masa depan.Laser itu memiliki kapasitas untuk mengirim data yang lebih canggih dibandingkan koneksi radio konvensional.  (esy/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: