Rupiah Tembus Rp 11 Ribu per USD

Rupiah Tembus Rp 11 Ribu per USD

Diproyeksi Stabil Usai September

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah masih terus bergerak liar. Selain rencana tappering off quantitative easing (QE) bank sentral Amerika Serikat (The Fed), kini muncul kekhawatiran baru terkait rencana aksi militer di Suriah yang berpotensi memicu instabilitas geopolitik.

Ekonom Senior Raden Pardede mengatakan, rencana serangan AS dan beberapa negara sekutu ke Suriah bakal memanaskan harga minyak dunia. Jika harga minyak naik, negara net importer minyak seperti Indonesia akan terkena imbasnya. \'Harga naik, impor naik, dan defisit akan makin besar, ini yang jadi perhatian pelaku pasar,\' ujarnya Raden, Rabu(4/9).

Menurut Raden, nilai tukar Rupiah akan terus bergerak untuk merespons berbagai perkembangan, baik di perekonomian dunia maupun Indonesia. \'Dalam kondisi saat ini, pasar memang lebih sensitif pada berbagai sentimen,\' katanya.

Di dalam negeri, nilai tukar Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya dan menembus level 11.000 per USD. Data Bank Indonesia (BI) berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) menunjukkan, Rupiah kemarin ditutup di posisi 11.093 per USD, melemah 110 poin dibanding penutupan sehari sebelumnya yang di posisi 10.983 per USD. Ini merupakan posisi terendah sejak 13 April 2009, ketika itu Rupiah ditutup di level 11.125 per USD.

Sementara itu, di pasar spot, Rupiah menguat tipis setelah Selasa lalu melemah tajam. Data kompilasi Bloomberg menunjukkan, hingga sore kemarin, Rupiah ditutup di level 11.411 per USD, menguat 34 poin atau 0,3 persen dibanding penutupan hari sebelumnya yang di posisi 11.445 per USD. Kemarin, hampir semua mata uang Asia menguat terhadap USD, kecuali Baht Thailand dan Dolar Hongkong yang masing-masing melemah 1,17 persen dan 0,01 persen.

Namun, di pasar kontrak derivatif non-deliverable forward (NDF), Rupiah sudah diperdagangkan di level 11.756 per USD. Kemarin, Bloomberg memuat laporan terkait potensi tekanan pada defisit neraca dagang Indonesia jika AS dan sekutunya benar-benar menyerang Suriah dan harga minyak melonjak.

Menurut Raden, selama perekonomian dunia masih diliputi uncertainty atau ketidakpastian terkait langkah tappering off QE oleh The Fed pada September ini, serta potensi memanasnya geopolitik di Timur Tengah, nilai tukar mata uang di seluruh dunia masih akan terus bergerak. \'Saya memproyeksi, Rupiah akan stabil di ekuilibrium baru setelah September,\' katanya.

Di kisaran berapakah ekuilibrium baru tersebut\" Raden tidak bisa memproyeksi. Meski demikian, menurut dia, berapapun nilai tukar Rupiah asal stabil maka positif bagi Indonesia. \'Kecenderungan sekarang kan melemah. Jika Rupiah murah, ini justru bisa meningkatkan daya saing produk kita di pasar ekspor,\' jelasnya. (owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: