Gubernur ‘Ndilalah’

Gubernur ‘Ndilalah’

BENGKULU, BE- Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah SAg MPd menyebut dirinya sebagai gubernur \'ndilalah\'. Ndilalah adalah bahasa jawa yang artinya kebetulan.  \"Saya menjadi gubernur ndilalah,\" ucapnya saat halal bihalal di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Provinsi, kemarin.  \"Ndilalah saya jadi gubernur, maskapai Garuda masuk, ndilalah saya jadi gubernur, STAIN jadi IAIN. Ndilalah saya jadi gubernur resmi jadi Embarkasi Antara ditetapkan,\" ucapnya. \"Jadi saya ini menjadi gubernur ndilalah\" ujarnya disambut tawa. Dia mengatakan banyak yang bertanya, siapa konsultan  politiknya. Sehingga banyak program yang berhasil dijalankannya saat menjadi gubernur. \"Tahun ini, ada HPN atau tidak, target kita insfrastruktur semua selesai,\" katanya. Junaidi menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan masalah infrastruktur, seperti masalah jalan, masalahan jembatan. Setelah itu baru pendidikan dan lainnya. \"Kalau harga sawit turun, tapi jalan bagus, beban rakyat sudah berkurang. Karena mudah membawa hasil produksi kebunnya. Dia bisa membawa sendiri ke perusahaan untuk menjualnya,\" jelas Junaidi. Bahkan, Gubernur juga memprogramkan pembuatan jalan dua jalur untuk jalan Sungai Hitam- hingga Sungai Suci pada tahun 2015, karena jalan tersebut sudah mulai padat. \"Kita berharap, dinas PU sebagai potret provinsi, dapat bekerja keras menyelesaikan masalah infrastruktur ini,\" jelasnya. Dalam ceramahnya, Junaidi mengingatkan agar manusia tidak rakus. Dia mengatakan bangkai manusia lebih busuk dibandingkan bangkai hewan. Sebab jika hewan hanya memakan rumput. Tidak mau yang lainnya. \"Kalau manusia semua dimakan, nasi, daging, toko besi, toko semen, dan toko bangunan dimakan (Korupsi). Dia mengingatkan agar bekerja sesuai aturan, sehingga tidak tersangkut masalah hukum. Meski dia mengaku heran, orang yang dihukum karena korupsi, justru lebih tenar, disorot televisi, menggunakan dasi.  \"Sedangkan orang yang istiqomah justru kalah ngetopnya,\" katanya. Namun, dia mengingatkan semua pihak harus berlajar dengan nabi Yusuf, AM Fatwa,  yang pernah dipenjara bukan karena kejahatannya. \"Tetapi karena istiqomahnya kepala Allah SWT.  Mari, kita arahkan kiblat kita kepada Allah,\" ujarnya memberikan nasihat.(100)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: