Barat Ragu Serang Syria
Inggris Menyatakan Mundur dari Aksi Militer
WASHINGTON – Rencana serangan militer Amerika Serikat ke Syria semakin dekat. Gedung Putih menyatakan, Presiden Barack Obama tengah mempersiapkan kemungkinan aksi militer dalam beberapa hari mendatang meski tidak mendapat bantuan dari Inggris. Sebab, usul Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk terlibat dalam aksi itu ditolak parlemen.
Intervensi militer di Syria sejatinya tidak populer di dalam negeri Paman Sam. Namun, pemerintah terus berupaya meyakinkan wakil rakyat di parlemen dengan membagikan data-data intelijen terkait dengan penggunaan senjata kimia oleh militer Syria.
Meski gagal membentuk koalisi internasional, Obama tampak yakin dengan rencananya. Sejumlah penasihat mengungkapkan, presiden yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia tersebut siap menyerang Syria sendiri. ’’Presiden Amerika Serikat dipilih untuk menjalankan tugasnya melindungi kepentingan keamanan nasional di AS,’’ ujar Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest.
Bahkan, sebelum pengambilan keputusan di London, AS sudah berencana bertindak tanpa persetujuan formal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau parlemen. Sejatinya, Inggris sudah mengajukan rancangan resolusi yang menyetujui penggunaan kekuatan militer untuk menyelesaikan krisis Syria.
Namun, resolusi tersebut ditolak Rusia, anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Tetapi, Washington sebenarnya sangat menginginkan Inggris sebagai sekutu utamanya yang bergabung dalam upaya menumbangkan rezim Bashar al-Assad.
Sejumlah pejabat tinggi AS berbicara dengan anggota parlemen lebih dari satu setengah jam melalui telekonferensi pada Kamis malam (29/8) waktu setempat. Mereka menjelaskan sejumlah fakta yang membuat Washington yakin bahwa rezim Assad-lah yang memakai gas beracun di pinggiran Damaskus pekan lalu.
Meski begitu, beberapa anggota parlemen, baik dari Demokrat maupun Republik, meminta Obama untuk terus memaparkan bukti legal dan rasional yang bisa mendasari serangan militar.
Dukungan justru datang dari Prancis. Presiden Francois Hollande menegaskan bahwa meski parlemen Inggris menolak terlibat dalam aksi militer ke Syria, itu tidak mengubah pendirian Prancis dalam mengambil tindakan tegas terhadap Damaskus. ’’Semua opsi kami pertimbangkan dan sebuah serangan dalam beberapa hari ke depan mungkin saja dilakukan,’’ ujar Hollande.
Komentar tersebut muncul setelah Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengungkapkan bahwa Washington masih berupaya membentuk koalisi dalam mengambil keputusan untuk melakukan aksi militer.
Hollande menegaskan, jika DK PBB tidak bisa bertindak karena tidak mendapat persetujuan dua anggota permanennya, Rusia dan Tiongkok, koalisi bakal dibentuk dengan melibatkan Liga Arab dan negara-negara Eropa. ’’Setiap negara berdaulat untuk memutuskan apakah akan berpartisipasi atau tidak dalam sebuah operasi (militer). Itu juga berlaku untuk Inggris dan Prancis,’’ paparnya. (AP/BBC/cak/c15/dos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: