Ratusan Massa Peduli Mesir
BENGKULU, BE - Aksi kudeta yang dilakukan militer mesir terhadap Presiden Mesir Muhammad Mursi, yang saat ini berujung unjuk rasa besar-besaran dan menimbulkan ribuan korban jiwa, mengundang simpatik warga Bengkulu. Kemarin, lebih dari 500 warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Mesir (AMPM), menggelar kegiatan aksi simpatik di bundaran Simpang 5 Kota Bengkulu. Ratusam massa tersebut berasal dari berbagai organisasi keagamaan seperti KAMMI, FLSDK, IKADI, TAZNIA, PKPU dan masih banyak lagi. Dalam menyampaikan orasinya, Koordinator Lapangan Khairul Rajikin mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh militer mesir tersebut bukan hanya sekadar masalah politik, agama ataupun yang lainnya. Namun sudah menyentuh hak azazi manusia dan kebebasan berdemokrasi. \"Ini bukan hanya sekadar masalah politik, ini bukan sekadar masalah ekonomi, ini bukan sekadar masalah agama. Tapi ini merupakan masalah kemanusian yang tidak bisa kita diamkan begitu saja,\" ungkap Khairul dalam orasinya yang langsung disambut takbir ratusan peserta aksi. Khairul menjelaskan bahwa kudeta yang dilakukan oleh militer merupakan perbuatan yang salah karena sebagian besar masyarakat Mesir tidak menginginkan hal tersebut. Namun dengan kekuatan militernya para militer Mesir melakukan kudeta. Selanjutnya Khairul meminta kepada pemerintah Indonesia untuk bersikap tegas dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di Mesir saat ini. Karena Mesir mengambil peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia, karena Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia setelah dibacakan proklamasi oleh presiden Soekarno. \"Kita meminta pemerintah bersikap tegas akan masalah ini, terlebih lagi saat ini momentum HUT Kemerdekaan RI, sebagaimana kita ketahui 68 tahun silam, Mesir lah negara pertama yang mengakui kemerdekaan kita, bagaimana nasib bangsa ini, jika saat itu Mesir tidak mengakui kemerdekaan kita,\" jelas Khairul. Permintaan peserta aksi agar pemerintah tegas tak terlepas dari hubungan erat yang dimiliki Indonesia dan Mesir. Selain sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI, pada saat penyerangan sekutu pada tanggal 10 November 1945, masyarakat Timur Tengah khususnya Mesir mengadakan aksi demo besar-besaran anti Belanda dan Inggris. Selain melakukan aksi simpatik, dalam kesempatan aksi kemarin beberapa perwakilan dari peserta aksi melakukan penggalangan dana dari masyarakat yang melintas di Simpang Lima Kota Bengkulu. Dana yang terkumpul tersebut akan mereka sumbangkan kepada masyarakat Mesir yang saat ini sedang bergejolak. \"Dana tersebut akan kita serahkan kepada yayasan yang selama ini menangani penyaluran dana untuk Palestina, namun karena Mesir masih bergejolak, sehingga kita meminta dana tersebut dialihkan dulu ke Mesir,\" ungkap Khairul. Aksi damai tersebut diawali dengan dengan Salat Zuhur dan Ghaib berjamah di Masjid Jamik Kota Bengkulu. Kemudian massa mulai bergerak ke arah simpang lima Kota Bengkulu sekitar pukul 13.00 WIB. Namun sempat mendapat penghadangan dari pihak kepolisian yang dipimpin langsung oleh Kabag Ops AKP Mada Ramadita SIK. Alasan penghadangan ini sendiri tidak lebih karena izin yang disampaikan panitia kepada pihak kepolisian hanya hanya sehari sebelum kegiatan aksi. Namun setelah dilakukan diskusi antara pengunjuk rasa dengan pihak kepolisian, akhirnya pihak kepolisian mengizinkan dengan limit waktu hingga pukul 15.00 WIB. Meskipun sempat terjadi aksi tegang antara kepolisian dan para koordinator aksi, bahkan polisi sempat meminta aksi tersebut dibubarkan. Namun setelah beberapa pertimbangan, akhirnya polisi mengizinkan. \"Ini masalah perizinan saja, karena mereka mengajukan izin pada Sabtu (17/8). Padahal berdasarkan Undang-Undang yang ada, perizinan harus masuk minimal 3 X 24 sebelum kegiatan dilaksanakan,\'\' ungkap AKP Mada. (251)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: